Dokter Anya berdiri di rumah yang hanya berjarak beberapa meter dari laboratorium. Tangannya terulur dan mengetuk pintu itu dengan pelan.
Tidak lama kemudian, pemilik rumah pun membukanya. Tersenyum lebar saat melihat siapa yang datang.
Dokter Anya masuk ke dalam rumah, menatap ke sekeliling rumah yang ukurannya cukup luas itu dengan sedikit nyaman.
"Aku sudah menunggumu sedari tadi." Ucap Heri sembari menghampiri dokter Anya dan merangkulkan tangannya dari belakang.
Tentu saja dokter Anya terkejut, tapi dokter Anya berhasil mempertahankan rasa terkejutnya dan memutuskan untuk mendongakkan kepalanya ke atas, menatap ke arah laki-laki yang tengah menatapnya dengan intens.
Heri menundukkan kepalanya, mencium bibir dokter Anya dengan rakus. Dokter Anya yang tidak nyaman dengan posisinya tentu saja langsung berbalik dan sedikit berjinjit untuk merangkulkan kedua tangannya.
Keduanya berciuman dengan sangat panas, tas dokter Anya terjatuh, diikuti oleh helai demi helai pakaian yang sudah terlepas paksa.
Heri mengangkat tubuh dokter Anya yang sudah benar-benar telanjang, membawanya ke atas meja. Dengan hati-hati, Heri menidurkan dokter Anya di sana dan merangkak turun, menikmati area pribadi dokter Anya dengan rakus. Dokter Anya berkali-kali menjerit, merasa geli dan juga nikmat di waktu bersamaan.
Padahal tadinya dokter Anya sudah berinisiatif untuk tidak melakukannya, dirinya hanya ingin berkunjung saja. Tapi setelah melihat tatapan yang diberikan oleh laki-laki itu, dokter Anya pun hanyut dan ikut menikmatinya.
"Emhhhhh." Lenguh dokter Anya saat merasakan ada sesuatu yang masuk ke dalam miliknya, bergerak keluar masuk dengan tempo pelan.
Pinggul dokter Anya bergerak, tidak bisa menahan rasa nikmat yang menyerangnya begitu saja.
Cukup lama Heri melakukan pemanasan, mempersiapkan milik dokter Anya dalam kondisi hingga benar-benar siap menyambut hangat kunjungannya.
Dengan perlahan, Heri pun mulai memposisikan miliknya tepat di dalam milik dokter Anya. Setelah merasa pas, Heri menekannya dengan kuat hingga membuat miliknya masuk dengan sekali hentak.
"Ahhhhh." Teriak dokter Anya sembari memegangi perutnya yang terasa penuh, selain itu dokter Anya juga menahan gerakan laki-laki di atasnya dengan cara menahan perutnya.
"Ayo kita menikah!" Ajak Heri yang langsung saja membuat dokter Anya terkejut saat mendengarnya.
Heri mengambil ancang-ancang untuk bergerak. Menarik miliknya dan juga mendorongnya dengan hentakan yang membuat dokter Anya membuka bibirnya lebar.
"Kamu yang menggodaku lebih dulu, dan aku juga tertarik denganmu." Lanjut Heri memberitahu dengan membiarkan dokter Anya berteriak-teriak di bawah kendalinya.
"Alasan aku bercerai karena istriku tidak sanggup mengimbangiku di saat melakukan hal seperti ini, dia memutuskan untuk pisah rumah dan membawa laki-laki lain ke rumah itu." Lanjut Heri bercerita.
"Dia tidak membutuhkanku, dia tidak suka dengan caraku yang sering menelanjanginya setiap kali kita bertemu. Dia pikir, miliknya akan rusak jika kita terus melakukannya sepanjang malam dan juga sepanjang hari."
Dokter Anya benar-benar tidak bisa menjawabnya, dirinya hanya bisa mendesah dan juga membuka mulutnya lebar karena menerima hentakan pinggul laki-laki itu hingga membuat milik laki-laki itu masuk terlalu dalam dan membuatnya semakin nikmat.
"Apakah kamu juga berpikir seperti itu?" Tanya Heri menghentikan gerakannya dan menatap ke arah dokter Anya yang terlihat mengambil napasnya panjang dan menghembuskannya berkali-kali.
"Aku tidak bermain dengan selain bersama istriku, jadi aku melampiaskan semuanya padanya." Lanjut Heri memberitahu.
"Setidaknya, anda bisa bergerak dengan perlahan. Dengan begitu lawan anda juga tidak terlalu kelabakan saat menerima milik anda." Jawab dokter Anya dengan sedikit susah menahan napasnya.
"Lalu, apakah kamu tidak masalah jika kita melakukannya setiap saat kita bertemu?" Tanya heri sembari menurunkan posisinya dan membenamkan kepalanya di antara dua gunung kembar milik dokter Anya. Heri mengusap kedua gunung itu bergantian hingga akhirnya dirinya melahap salah satunya. Hal itu yang saja langsung membuat tubuh dokter Anya menggelinjang dan sedikit kejang karena mendapatkan pelepasannya.
Heri menggerakkan lidahnya, dan juga mulutnya secara bergantian. Menjilati dan juga menghisapnya dengan kuat hingga membuat dokter Anya merasakan nikmat yang luar biasa.
"Kamu belum menjawab pertanyaanku!" Seru dokter Anya dengan suara pelan.
"Bisakah memberiku contoh? Setidaknya lakukan dalam seminggu ini." Tanya dokter Anya yang langsung saja membuat Heri membuka matanya lebar, menatap lurus ke arah wanita polos di bawahnya.
Wajahnya yang manis, hidungnya yang mancung, dan juga kulitnya yang putih. Itu benar-benar membuat Heri semakin b*******h. Heri memutuskan untuk meninggalkan benda kenyal itu dan mulai bergerak naik turun dengan tempo yang lebih lambat dan juga halus dibandingkan sebelumnya.
Suara yang terdengar membuat dokter Anya sedikit malu, takut-takut jika ada orang yang mendengarnya dan juga melihat kegiatan yang ia lakukan dengan laki-laki bertubuh besar di atasnya.
Heri terus bergerak dengan tempo yang berubah-ubah dan hal itu membuat dokter Anya kembali kejang karena nikmat yang ia terima.
Heri melepaskan miliknya, menatap ke arah milik dokter Anya yang terlihat sangat basah.
"Apa yang ada lakukan?" Jerit dokter Anya mencoba untuk menutup kedua kakinya karena Heri berniat untuk menjilati miliknya yang sudah basah itu.
Heri tidak mendengarkan dan membuka paksa kedua kaki dokter Anya dengan hati-hati. Heri menghisap dan juga menjilati milik dokter Anya dengan rakus, hingga membuat dokter Anya tidak bisa melakukan apa-apa kecuali mendesah dan menjambak rambut Heri.
Setelah lebih dari lima menit, Heri pun berhenti dan bergerak naik. Mencium bibir dokter Anya dengan pelan.
"Kamu menikmatinya?" Tanya Heri yang langsung saja membuat dokter Anya membuka matanya perlahan. Hal itu tentu saja tidak lepas dari pandangan Heri yang sedari tadi mengamati wajah sayu wanita itu.
"Apakah anda akan menerima saya apa adanya?" Tanya dokter Anya memberanikan diri.
"Sebelumnya mantan kekasih saya hanya ingin melakukan hal ini dengan saya. Tapi saya terus menghindarinya, hingga akhirnya saya tahu, saya bukanlah satu-satunya." Lanjut dokter Anya bercerita.
Dibandingkan dengan sakit hati karena di duakan, dokter Anya tidak keberatan jika harus menerima dan juga menahan nikmatnya hujaman laki-laki itu setiap harinya.
Heri mengendus leher dokter Anya, menciuminya dengan pelan sembari mendengarkan apa yang dikatakan oleh wanita itu.
"Lalu apa yang membuatmu melemparkan diri padaku?" Tanya Heri penasaran, menghembuskan napasnya pada leher dokter Anya hingga membuat dokter Anya merinding saat merasakannya.
"Karena aku penasaran, aku mendengar suara Tiffany yang terus menjerit saat melakukannya dengan Kriss, dan aku juga ingin melakukannya. Selain itu, aku juga menghindari mantan kekasihku yang sesekali masih datang dan berniat untuk memperkosaku." Jawab dokter Anya memberitahu.
"Siapa namanya? Haruskah aku menghancurkannya dengan cara yang kejam?" Tanya Heri sembari beradu pandang dengan dokter.
"Tidak, anda tidak perlu melakukannya. Karena dia tidak akan pernah datang lagi." Jawab dokter Anya sembari mencoba untuk meraih bibir Heri dan memulai ciumannya.