53

1006 Kata
Tiffany dan juga Anto kembali, membawa banyak sekali tentangan yang ada di tangannya. Kriss yang baru saja ingin berbaring tentu saja kembali bangkit. Menatap ke arah Tiffany dan juga Anto yang sudah kembali. "Ayo makan dulu." Ajak Tiffany yang langsung saja duduk di lantai dan membuka semua hal yang ia beli. Kriss menatap satu persatu makanan yang dibeli oleh Tiffany, melihat semua itu tentu saja Kriss ingin mengatakan jika wanita itu terlalu boros, tapi Kriss tidak bisa mengatakan itu karena dirinya sadar siapa keluarga Tiffany yang sebenarnya. Tiffany beranjak bangun dan mengambil gelas plastik yang dikumpulkan oleh Kriss. Tiffany memutuskan untuk menggunakan gelas itu saat meminum alkohol yang baru saja dibeli Anto, dan semua itu benar-benar kesukaannya. Tiffany membuka tutup botol alkohol dan membuat Kriss menutup hidungnya, hal itu tentu saja menarik perhatian anto dan juga Tiffany. Tiffany tertawa pelan saat melihatnya, berbeda dengan Anto yang menilainya lebay karena memberikan respon berlebihan. Kriss mengambil sebungkus nasi dan juga ayam chicken. Setelah itu Kriss pun memakannya, sesekali menoleh ke arah Tiffany yang masih sibuk menuang alkoholnya. "Makan dulu, jangan minum dengan perut kosong." Kata Kriss sembari mencegah Tiffany meminum alkoholnya. Mendengar hal itu tentu saja Tiffany langsung mengurungkan niatnya untuk minum dan membuka mulutnya lebar, mengkode Kriss agar disuapi laki-laki itu. Kriss hanya menggelengkan kepalanya pelan dan mengambil satu ayam chicken dan menyuapkannya untuk Tiffany. Tiffany menggigit ayam itu dan memeganginya dengan bibir yang manyun ke depan. Anto sendiri hanya bisa menertawakan dirinya sendiri karena dirinya malah terjebak di antara dua orang yah membuatnya yang terlihat mengenaskan. Anto meminum alkoholnya dan membuat Kriss menarik ke arah laki-laki itu dengan menggelengkan kepalanya tak percaya. Kris mengambil satu lagi paha ayam dan menyuapkannya pada mulut anti yang terbuka lebar, bersiap untuk minum. "Makan dulu, jangan minum dengan perut kosong." Meskipun terlambat, Kriss tetap melakukan itu dan berharap agar laki-laki itu mau mendengarkan apa yang ia katakan. "Dia kuat minum, jadi jangan khawatir." Kata Tiffany memberitahu. "Bukan masalah kuat atau tidak, tapi kesehatan dia nantinya." Jawab Kriss yang langsung saja membuat Tiffany terdiam saat mendengarnya. Anto yang mendengarnya tentu saja segera meletakkan botol minumannya dan memutuskan untuk makan lebih dulu. Setelah selesai makan, Kriss pun meminum alkohol sedikit dan bersiap untuk tidur. Hal itu tentu saja membuat Tiffany tertawa saat mendengarnya. Tiffany sangat ingat bagaimana laki-laki itu langsung tertidur setelah meminum segelas alkohol yang ia berikan. Saat itu Tiffany berpikir jika Kriss benar-benar terlalu polos, dia benar-benar belum pernah minum dan juga tidur dengan perempuan dengan tubuh dan juga wajahnya yang tampan itu. Dan dirinya beruntung karena bisa mendapatkannya. Berbeda dengan Anto yang merasa aneh, Anto tidak tahu jika Kriss tidak bisa minum, untuk itu Anto menatapnya dengan sedikit sinis. "Apakah dia akan tidur? Padahal ada aku dan kamu di sini." Tanya Anto yang langsung saja membuat Tiffany menoleh dan tertawa pelan. "Dia tidak akan bangun." Jawab Tiffany yang langsung saja beranjak bangun mendekati Kriss. Tiffany mencubit dan juga memanggil nama laki-laki itu agar bangun. Tapi seperti dugaannya, Kriss sudah tertidur, kalaupun membuka matanya, dia hanya mengatakan kata-kata yang tidak jelas. "Dia tidak bisa minum, tapi dia malah meminumnya." Kata Tiffany memberitahu. Anto yang mendengarnya tentu saja tidak percaya. Bagaimana bisa hal seperti itu terjadi pada seorang laki-laki? "Apakah kamu yakin?" Tanya Anto yang masih tidur percaya. Tiffany menganggukkan kepalanya dan menyingkir, membiarkan Anto membangunkannya sendiri. "Wkwkwk, bagaimana bisa kamu menyukai laki-laki seperti ini." Gumam Anto yang langsung saja membuat Tiffany tersenyum lebar. "Bukankah itu yang membuatnya terlihat lucu?" Balas Tiffany dengan tersenyum tipis. "Pertama kali aku mengajaknya ke bar, aku hanya minum dengan dokter Anya, dia sudah tidur dan juga merepotkan sepanjang perjalanan pulang. Benar-benar tidak bangun sedikitpun, mana tubuhnya tinggi, untungnya saja dia kurus, jadi aku dan dokter Anya bisa membawanya pulang." Kata Tiffany menceritakan hal itu pada Anto. "Ah benar, apakah kamu berbagi laki-laki dengan dia? Aku pernah dengar saat dia ribut seorang laki-laki dia menyebutkan nama Kriss sebagai kekasihnya." Tanya Anto penasaran. "Itu karena dokter Anya menyukai Kriss, tapi dia tidak. Sekarang dokter Anya sudah bertemu dengan orang yang bisa melindunginya, jadi aku tidak perlu khawatir lagi untuk bersaing." Jawab Tiffany memberitahu. Tiffany tentu saja sadar, dirinya masih harus berusaha untuk mendapatkan hati laki-laki itu. Karena meskipun laki-laki itu menjaganya dengan baik, Tiffany tetap belum mendapatkan pengakuan dari laki-laki itu. "Apakah kamu tidak takut papa kamu menyingkirkan dia?" Tanya Anto pelan. Tentu saja semua orang tahu cerita tentang itu. Di mana dulu ada laki-laki yang juga bekerja di laboratorium. Dia menjadi rekan kerja Tiffany, dan keduanya saling menyukai dan memperlihatkan kemesraannya di depan umum. Namun, pada suatu hari. Tiba-tiba saja orang-orang yang mengenakan jas hitam datang dengan berbondong-bondong dan membawa laki-laki itu pergi. Dan sampai sekarang tidak ada yang tahu bagaimana kabar orang itu. Tiffany menatap ke arah Kriss dan tersenyum tipis. Bisa saja Kriss juga mendapatkan perlakuan seperti itu, tapi entah kenapa Tiffany merasa jika Kriss akan mampu melindunginya. "Hal itu mungkin saja terjadi, tapi aku yakin itu tidak akan terjadi. Kebanyakan orang-orang yang disingkirkan papa adalah orang yang suka memanfaatkan aku dan juga mengambil banyak keuntungan dari hubungan yang aku anggap tulus." Jawab Tiffany dengan suara pelan. "Keuntungan? Seperti apa?" Tanya Anto penasaran. "Banyak hal, dan kamu tidak perlu mengetahuinya." Jawab Tiffany dengan cepat. Papa Tiffany selalu melakukan itu di saat semua keluarga berkumpul, dengan begitu Tiffany tidak punya kesempatan untuk membantu pasangannya. Untuk itu, sampai sekarang Tiffany juga masih takut. Tiffany takut jika nanti Kriss juga akan mendapatkan perlakuan yang sama. Meskipun sebenarnya Kriss tidak pernah sekalipun mengambil keuntungan untuk dirinya seperti yang lainnya. Kriss tidak pernah meminta uangnya, dia hanya tidur dengannya, jadi mungkin itu tidak masalah. Anto menatap ke arah Tiffany dan tersenyum tipis. Melihat wanita itu yang gelisah tentu saja membuat dirinya merasa bersalah. Tapi Tiffany tidak bisa melakukan apa-apa kata. Jam menunjukkan pukul sebelas malam saat Tiffany masih berjaga dengan sedikit mengantuk. Mendengarkan curhatan yang keluar dari bibir Anto tentang tante-tante yang menanggung beban hidupnya. "Kalau begitu berhenti saja, hiduplah dengan nyaman." Kata Tiffany yang ke saja membuat Anto menoleh dan tersenyum tipis. Tiffany benar-benar tidak tahu apapun. Tbc
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN