Dokter Anya menggeliat dalam tidurnya. Matanya perlahan terbuka, menatap ke arah lengan yang memeluknya dengan erat.
Dokter Anya menyingkirkan tangan itu dan beranjak bangun dengan pelan. Miliknya masih terasa perih setelah kembali melakukan hal itu dengan laki-laki yang tadi melamarnya. Baru saja dokter Anya ingin turun, tangan laki-laki itu sudah bergerak dan menahan gerakannya.
"Mau ke mana?" Tanya Heri yang langsung saja bangun dan menatap ke arah calon istrinya yang ingin pergi.
"Aku lapar." Kata dokter Anya memberitahu.
Heri yang mendengarnya tentu saja baru ingat, semalam dirinya bahkan tidak memberikan makan malam pada wanita itu dan asik bergumul dengannya hingga tertidur.
"Tidurlah lagi, jika tidak ingin kembali tidur maka kamu bisa membersihkan diri. Aku akan membuatkan sesuatu untukmu." Kata Heri yang langsung saja beranjak turun dan mengambil celananya.
Dengan telanjang d**a, Heri keluar dari kamar dan membuat dokter Anya melihat ke arah jam dinding yang menunjukkan pukul 2 dini hari. Ternyata masih cukup malam dan dirinya malah mengganggu seseorang hanya karena lapar.
"Ssst...." Desis dokter Anya pelan saat merasakan perih pada organ intimnya.
Miliknya masih belum terbiasa menerima serangan berkali-kali seperti itu, dan bisa dikatakan ini kedua kalinya dokter Anya melakukan hal itu.
Anya bangun dan berjalan ke arah kamar mandi, mengisi bak mandi dengan air hangat untuk berendam sebentar. Setelah selesai, Anya masuk ke dalam bak mandi, meninggalkan selimut itu tergeletak di atas lantai.
Anya menatap ke arah bagian dadanya yang penuh dengan tanda yang dibuat oleh laki-laki itu. Anya benar-benar tidak menyangka jika dirinya akan sampai pada tahap ini, menyerahkan dirinya pada seorang laki-laki yang memiliki napsu s*x yang luar biasa.
Jari jemarinya bergerak mengusap tanda itu, mencoba untuk membersihkannya meskipun dirinya tahu itu tidak akan memiliki hasil apapun. Membayangkan apa yang terjadi semalam tentu saja membuat miliknya sedikit berkedut. Ukurannya sangat besar tapi bisa masuk ke dalam dirinya.
Anya mengusap miliknya dengan jari tangannya, sesekali memasukkan jarinya untuk membuang sisa-sisa s****a laki-laki itu yang tertinggal di dalam.
Entah berapa kali laki-laki itu ejakulasi di dalamnya, dan entah berapa kali juga dirinya ejakulasi dalam permainan laki-laki itu yang sangat luar biasa. Satu hal yang pasti, dirinya merasa sangat nikmat hingga terbaring lemas pada akhir babak.
Tiga puluh menit berlalu, Anya kembali tertidur di dalam bak mandi. Membuat Heri yang khawatir menerobos masuk dan menatap ke arah Anya yang tertidur dengan pulas.
Heri melepas celananya dan menyalakan air hangat yang mengalir langsung ke dalam bak mandi. Setelah itu Heri masuk ke dalam dan bergabung bersama wanita yang belum memberikan jawaban atas lamaran yang ia ajukan.
Heri mengangkat tubuh wanita itu ke atas pangkuannya dan mulai menjilati area atas milik wanita itu yang basah. Selain lidahnya, tangannya juga ikut bergerak untuk merangsang puncaknya hingga mengeras.
Anya melenguh dalam tidurnya, tubuhnya benar-benar lelah hingga dia tidak terganggu sedikitpun dengan gerakan-gerakan yang dibuat oleh Heri.
Setelah merasa cukup bermain dengan aset atas, Heri pun menggerakkan tangannya untuk menyentuh pusat inti milik Anya dan mencoba untuk memasukkan kedua jarinya.
"Ahhh," desah Anya pelan. Heri mengendus leher Anya sembari menggerakkan jarinya keluar masuk, mengorek isi dalam milik wanita itu yang terasa panas dan menjepit jari-jarinya.
Suara aliran air yang tumpah membuat Anya terganggu, terkejut saat merasakan ada sesuatu yang aneh tentang dirinya. Anya sadar dan mencoba untuk mendorong Heri.
"Ini aku, tenanglah." Ucap Heri yang langsung saja membuat Anya menghentikan pemberontakannya.
Heri mengeluarkan jarinya dan memposisikan miliknya yang sudah tegang untuk masuk.
"Achh." Desah Anya begitu milik Heri kembali masuk ke dalam miliknya.
Anya tidak merasa nyeri ataupun sakit, semua itu terasa saat dirinya selesai melakukan kegiatan itu.
Heri menangkap wajah Anya dan mencium sudut bibirnya. Setelah itu Heri mengisap bibir bawah Anya hingga membuat Anya memejamkan matanya dan bergerak pelan di atas laki-laki itu.
"Apakah yang tadi malam tidak cukup?" Bisik Heri yang langsung saja membuat Anya membuka matanya dan menatap ke arah Heri dengan mata sayunya.
"Lupakan, aku juga menyukainya." Kata Heri lagi yang langsung saja mencium bibir wanita itu rakus.
Keduanya saling bertukar liur dengan lidah yang berbelit, diikuti oleh gerakan Anya yang bergerak naik turun.
Jam menunjukkan pukul tiga dini hari saat Heri dan juga Anya keluar dari kamar mandi. Heri menggendong Anya yang terbalut kimono mandi berwarna putih.
Tidak membiarkan Anya istirahat, Heri pun membawa Anya keluar dari kamar dan menurunkannya di atas sofa. Wanita itu terbangun karena lapar, dan saat dirinya menyiapkan pasta untuk wanita itu, wanita itu malah tertidur dengan posisi yang menggodanya.
"Tunggulah di sini, aku akan membuatkan yang baru karena ini sudah dingin." Kata Heri yang langsung saja membuat Anya menggerakkan tangannya untuk menahan lengan yang ingin menyingkirkan piring itu.
"Aku bisa memakannya." Kata Anya memberitahu.
"Akan lebih baik jika kamu memakan sesuatu yang hangat setelah lelah, jadi tunggulah sekitar sepuluh menit lagi." Jawab Heri yang langsung saja membuat Anya tidak bisa mengatakan apa-apa lagi dan menatap sayang ke arah pasta yang dibuang ke dalam tempat sampah.
Anya duduk dengan bersandar pada sofa. Tubuhnya benar-benar terasa kaku karena laki-laki itu terlalu banyak bergerak di dalam bak mandi yang terasa sempit saat dipakai oleh dua orang.
Anya menggerakkan tangannya untuk memijat belakang kepalanya pelan, hingga tanpa sadar Heri sudah kembali dengan membawa satu piring pasta dengan porsi yang lebih banyak dibandingkan sebelumnya.
"Apakah kamu lelah?" Tanya Heri yang langsung saja membuat Anya menggelengkan kepalanya pelan. Tidak ingin mengakui jika tubuhnya terasa sedikit sakit karena terlalu banyak bergerak.
Heri mengangkat tubuh Anya dan membiarkan wanita itu duduk di atas pangkuannya. Heri bergerak memijat tubuh wanita itu dengan pelan, dan hal itu membuat Anya sedikit tidak nyaman karena harus menerima pijatan dari seorang laki-laki yang membuatnya seperti itu.
"Apakah tidak cocok dengan seleraku?" Tanya Heri dengan suara pelan.
"Tidak, ini enak." Jawab Anya dengan suara pelan.
"Anda tidak perlu memijat saya seperti itu." Ucap Anya pada akhirnya.
"Aku yang membuatmu seperti itu jadi aku akan mencoba untuk membantu mengurangi rasa lelahnya juga. Jadi fokuslah untuk makan." Jawab Heri dengan suara pelan.
"Soal mantan istri anda, apakah anda masih menyukainya?" Tanya Anya memberanikan diri.
"Tidak, tapi aku tidak pernah membencinya. Kita masih bertemu beberapa kali dan tidak ada kata yang keluar saat kita bertemu." Jawab Heri memberitahu.
Anya yang mendengarnya tentu saja langsung diam. Anya takut, jika laki-laki itu belum melupakan masa lalunya yang pasti memiliki banyak hal yang lebih baik dibandingkan dengan dirinya.
Anya sadar, dirinya hanyalah seorang diri, tidak punya saudara ataupun uang, jadi jika laki-laki itu membuangnya setelah pernikahan, maka Anya tidak bisa mengatakan apa-apa.
"Jika kamu tidak menyukainya, aku akan menghindar darinya." Kata Heri lagi.
"Tidak, anda tidak perlu melakukan hal itu untuk saya." Jawab Anya dengan suara pelan.
"Saya belum bisa memberikan jawaban atas lamaran anda semalam, jadi maafkan saya." Ucap Anya lagi.
"Aku akan menunggu dengan tenang, jadi jangan mencoba untuk menghindariku, karena aku benar-benar serius soal ajakan itu." Jawab Heri yang langsung saja dijawabi anggukan oleh Anya.
Anya memakan pastanya dengan tenang. Heri tersenyum tipis saat melihat Anya menghabiskan pasta yang ia buat. Padahal dirinya hanya dua kali makan dengan wanita itu, tapi dirinya tahu jika Anya memiliki porsi makan yang sedikit lebih banyak daripada kebanyakan wanita jaman sekarang.
"Apakah kamu tidak takut gemuk?" Tanya Heri yang langsung saja membuat Anya menoleh dengan pasta yang menggantung.
Heri mendekat dan menggigit pasta itu, mencium bibir Anya dengan sengaja.
"Tidak banyak wanita yang makan pada jam segini, karena mereka menjaga berat badannya." Kata Heri lagi.
"Itu karena saya tidak bisa menahan rasa lapar saya. Di tempat saya, saya juga menyimpan beberapa kue dan makanan ringan lainnya, jaga-jaga jika saya lapar pada jam-jam seperti ini." Balas Anya memberitahu.
"Aneh ya?" Tanya Anya pelan dengan bibir yang tersenyum tipis.
Mungkin setelah mengetahui hal itu, laki-laki itu akan menyerah padanya karena tidak suka memiliki pasangan yang memiliki berat badan berlebihan.
"Aku lebih menyukai wanita sepertimu, jadi saat aku ingin memasak sesuatu kamu bisa bantu memakannya." Jawab Heri yang langsung saja membuat Anya terdiam saat mendengarnya.
Anya meneruskan memakannya yang tinggal sesuap, menghabiskan pasta itu tanpa sedikitpun sisa, hingga membuat Heri yang memasaknya senang saat melihatnya.
"Minggu depan aku akan pergi ke luar kota untuk pekerjaan, jika sudah pulang aku akan langsung mendatangimu dan membawakan makanan." Kata Heri memberitahu.
"Ah, iya." Jawab Anya pelan.
"Apakah kamu tipikal wanita yang harus mendapatkan kabar saat ditinggal jauh?" Tanya Heri dengan suara pelan.
"Tidak, anda bisa melakukan apa yang biasa anda lakukan. Jadi tidak perlu menyesuaikan diri dengan saya." Jawab Anya dengan suara pelan.
"Apakah kamu menolakku?" Tanya Heri yang langsung saja membuat Anya menoleh dan terdiam.
"Saya belum memiliki jawabannya, jika anda ingin menyimpulkan seperti itu saya juga tidak masalah." Jawab Anya lagi.
Heri yang mendengarnya tentu saja langsung tertawa pelan, setelahnya Heri mengendus leher Anya dan menggigitnya pelan. Tidak suka dengan kalimat terakhir yang wanita itu katakan.