55

2242 Kata
Setelah selesai makan, Anya pun kembali tertidur dalam pelukan Heri. Sedangkan Heri tidak bisa tidur dan memutuskan untuk mengamati wajah manis Anya dengan tangan yang mengelus rambutnya pelan. Saat pertama kali Tiffany mengatakan ingin memperkenalkan seseorang padanya, Heri menolak. Saat itu dia tidak berpikir untuk menjalin hubungan dengan wanita lain. Heri cukup sadar tentang napsu yang ia miliki jika melihat wanita yang sudah ia anggap sebagai miliknya, daripada kembali ditinggalkan dengan alasan yang sama, Heri memutuskan untuk tidak mendekati siapapun lagi setelah perceraiannya. Sedangkan mantan istrinya segera menikah tidak lama setelah perceraian, dan wanita itu pun sudah memiliki seorang putri yang mirip dengan ibunya. Padahal saat bersamanya wanita itu tidak berniat untuk memiliki keturunan. Lalu saat dirinya tengah bertugas, lengannya terkena peluru yang niat awalnya ingin melumpuhkan dirinya. Karena takut membuat scandal dengan pergi ke rumah sakit, Heri pun memutuskan untuk pergi ke tempat pamannya dan pergi ke klinik yang ada di sana. Karena setahu Heri, ada beberapa orang yang berjaga setiap saat. Tapi Heri hanya menemukan satu orang, dan itupun perempuan yang terlihat sangat lemah. Perempuan itu bahkan langsung mengkhawatirkan keadaannya disaat rambutnya masih basah. Pada dirinya sendiri memiliki kemungkinan untuk masuk angin karena hal itu. Lalu Heri juga memperhatikan setiap gerakan yang dilakukan wanita itu dalam menanganinya. Itu benar-benar sangat hati-hati, seolah-olah takut melakukan kesalahan. Padahal jika peluru itu tidak berhasil dikeluarkan, Heri berpikir untuk membiarkannya tertanam di dalamnya. Tapi wanita itu berhasil melakukannya sendiri. Setelah selesai, wanita itu terlihat lega. Dia menuliskan resep yang sangat ampuh dalam pengobatannya. Hingga dalam dua hari dirinya sudah bisa kembali beraktifitas dengan nyaman, meskipun dirinya masih harus menggunakan perban. Lalu saat hari janjian yang ditentukan sudah tiba, Heri ingin menolaknya dengan tegas. Tapi setelah mendengar jika wanita itu adalah wanita yang mengobatinya, membuat Heri berubah pikiran dan memutuskan pergi lebih awal. Heri tidak terkejut saat melihat kedatangan wanita itu, tapi wanita itu sepertinya terkejut dan juga masih mengkhawatirkan lengannya. Terlihat sekali tatapannya selalu melihat ke arah lengannya yang pernah ia obati itu. Tidak sampai di sana, Heri pikir itu hanya pertemuan biasa seperti pasangan pada umumnya, tapi ternyata wanita itu menawarkan untuk check-in hotel bersama. Awalnya Heri tentu saja terkejut, tapi melihat wanita itu yang terlihat sungguh-sungguh membuat Heri menyetujuinya. Saat itu, Heri pikir dirinya dapat menahan diri dari godaan wanita yang bahkan belum ia kenal sepenuhnya. Tapi ketahanannya hancur saat tahu wanita itu hidup sendiri, tidak memiliki keluarga yang mungkin saja akan menentang hubungannya. Untuk itu Heri pun mulai menyentuh wanita itu seperti bagaimana dirinya menyentuh mantan istrinya. Tidak sedikitpun berpikir jika wanita itu masih perawan dan menjadikan dirinya sebagai orang pertama. Saat mengetahui kebenaran itu, Heri merasa semakin bernapsu dan terus meniduri wanita itu berkali-kali dalam pengalaman pertamanya, dan Heri tidak menyesalinya sampai sekarang. "Sebelum kamu menemukan laki-laki yang kamu pilih, maka jangan harap untuk pergi dariku." Ucap Heri dengan suara pelan. Karena Heri sudah bertekad untuk memiliki wanita itu tanpa memaksa perasaannya. Dimana dirinya juga siap jika wanita itu memutuskan untuk memilih laki-laki lain yang lebih cocok dengannya. Tapi untuk sekarang, Heri akan melakukan yang lebih baik agar wanita itu tidak menghindarinya. Anya membuka matanya dan menatap ke sekeliling ruangan yang ia tempati. Anya ingat dirinya ada di mana, untuk itu Anya tidak merasa aneh. Semalaman, sebelum tidur laki-laki itu membantu dirinya untuk mengeringkan rambutnya, hal sekecil itu tentu saja membuat Anya tersentuh. Tapi Anya masih takut untuk menerima laki-laki itu sebagai pasangannya. Anya turun dari ranjang dan berjalan keluar dari kamar. Dirinya masih menggunakan kimono mandi yang semalam ia pakai, dirinya pun tidak menggunakan apa-apa di baliknya. "Kamu bisa melatih mereka seperti biasa, aku tidak datang hari ini." Suara laki-laki itu yang terdengar membuat Anya menoleh, menatap ke arah laki-laki itu yang tengah berada di ruang tengah dengan merokok. Anya berjalan mendekat dan duduk di sebrang Heri yang langsung mematikan rokoknya dan mengabulkan asap rokoknya ke arah lain. "Kalau ada apa-apa langsung kirimkan pesan, jika tidak ada hal serius jangan ganggu." Kata Heri lagi yang langsung saja mematikan sambungan telponnya dan meletakkan ponselnya di atas meja. "Apakah kamu sudah bangun? Masih capek?" Tanya Heri yang langsung saja dijawabi gelengan orang Anya. Tubuhnya benar-benar terasa segar dan sudah tidak lelah lagi, tapi sepertinya Anya masih merasa ngantuk dan kembali tidur. "Kalau begitu aku ambilkan sarapan, aku membuat nasi goreng spesial untuk kamu." Kata Heri yang langsung saja beranjak, meninggalkan ponselnya dan juga putung rokoknya di atas asbak. Anya menatap ke arah p****g rokok itu dalam diam, Anya sadar jika laki-laki itu langsung mematikan rokoknya begitu melihat dirinya, dan Anya merasa sedikit tidak enak karena hal itu. "Apakah kamu ingin jus? Aku punya beberapa buah di kulkas." Tanya Heri dengan suara hangat. "Tidak, air putih saja." Jawab Anya yang langsung saja dijawabi anggukan oleh Heri. Anya memakan nasi goreng itu dengan lahap. Masakan laki-laki itu benar-benar cocok di lidahnya. Dirinya saja tidak bisa memasak, tapi laki-laki itu bisa melakukannya dan juga selalu memperhatikan makannya dengan baik. Porsi yang diberikan pun sangat cukup untuk dirinya yang memang sering makan dalam porsi yang cukup banyak. Heri kembali dan meletakkan gelas berisi air putih di atas meja. Setelah itu Heri kembali duduk dan memperhatikan wanita yang sedang memakan masakannya dengan lahap. "Anda tidak sarapan?" Tanya Mila pelan. "Aku sudah selesai tadi, jadi jangan terlalu khawatir." Jawab Heri yang langsung saja dijawabi anggukan oleh Anya. "Anda bisa merokok lagi." Kata Anya memberitahu. "Aku akan mencoba untuk tidak melakukannya saat ada di sekitar kamu. Kamu seorang dokter, pasti tidak suka dengan asap rokok." Jawab Heri memberitahu. "Mantan pacarku dulu juga perokok aktif, meskipun kita jarang bertemu, tapi aku terbiasa saat menghirup asapnya, jadi anda tidak perlu menahan diri." Kata Anya memberitahu. Heri yang mendengarnya tentu saja hanya menganggukkan kepalanya. Memang susah untuk lepas dari rokok. Jika dulu, dirinya pasti tidak akan menahan diri karena mantan istrinya pun juga sering merokok, tapi wanita di depannya berbeda. Dia tidak pernah melakukan itu dan hanya menyukai makanan, jadi Heri juga harus mencoba untuk menahannya agar membuat wanita itu semakin nyaman saat bersamanya. Setelah menyelesaikan sarapannya, Anya pun segera meminum air putih yang sudah tersedia. "Apakah anda sibuk? Jika iya anda bisa kembali bekerja. Saya juga akan kembali ke tempat saya." Tanya Anya pelan. "Ini masih weekend kan? Jadi tetaplah di sini, aku akan mengantarkan kamu kembali pada Senin pagi." Kata Heri yang langsung saja membuat Anya terdiam saat mendengarnya. "Tenang saja, aku akan menahan diri sebaik mungkin." Lanjut Heri yang langsung saja membuat Anya terdiam dan tidak bisa mengatakan apa-apa lagi. Seperti permintaan Heri, Anya pun memutuskan untuk tetap tinggal, rasanya sangat bosan karena tidak ada hal yang bisa ia lakukan selain bermain ponsel. "Ayo kita pergi keluar." Ajak Heri yang langsung saja membuat Anya terdiam dan bertanya-tanya. "Kamu suka belanja kan? Ayo kita pergi untuk belanja." Tanya Heri sembari mengajak Anya untuk pergi. Anya pun beranjak bangun dan kembali ke kamar untuk mengambil tasnya. Setelah itu Anya dan Heri keluar dari rumah dengan naik mobil. Sesampainya di pusat perbelanjaan, Heri pun menggandeng tangan Anya dan membawanya ke tempat khusus, di mana nanti akan ada pelayan yang menyarankan pakaian untuk Anya. "Di sini pasti harganya mahal." Ucap Anya menghentikan langkahnya. "Aku yang akan membayarnya jadi jangan khawatir, ayo masuk." Jawab Heri yang langsung saja tersenyum tipis dan mengajak Anya untuk masuk ke dalam. Kedatangan keduanya tentu saja disambut ramah oleh pelayan, seperti yang biasa Heri lihat, para pelayan datang dan menanyakan berbagai hal yang mungkin saja disukai oleh pengunjung. "Tolong berikan aku baju merk c keluaran terbaru." Ucap seorang wanita yang langsung saja membuat Heri menoleh, menatap ke arah wanita yang mencoba untuk mengambil sesuatu yang baru saja ditawarkan oleh pelayan pada Anya. "Berikan saja, saya bisa memilih yang lain." Ucap Anya yang langsung saja membuat Heri mengambil napas. Wanita itu adalah mantan istrinya, sangat buruk karena dirinya memilih tempat ini untuk mengajak Anya berbelanja. "Haruskah kita pergi ke tempat lain?" Tanya Heri yang langsung saja membuat Anya sadar dan segera menatap ke arah wanita cantik dengan postur tubuh yang sangat bagus itu. Anya menganggukkan kepalanya dan mencoba untuk tidak membuat keributan. "Apakah akhirnya kamu sudah bisa melupakanku?" Tanya wanita itu uang langsung saja membuat Anya menelan ludahnya sendiri. Wanita itu berjalan mendekat dan berdiri tepat di depan Heri dan juga Anya. "Berapa kali dia menaikimu?" Tanya wanita itu yang langsung saja membuat Anya terdiam saat mendengarnya. "Pergilah sekarang, atau kamu akan menyesal karena tidak akan pernah bisa besas." Lanjut wanita itu memberitahu. "Hentikan sekarang juga! Punya hak apa kamu mengatakan itu pada orang yang datang bersamaku?" Ucap Heri dengan suara pelan namun terdengar sedikit kesal. "Aku hanya memberitahunya, kamu pikir aku akan membiarkan wanita lain memiliki nasib sepertiku? Memiliki suami yang tidak pernah memikirkan tentang perasaan istrinya dan hanya mementingkan hubungan s*x?" Jawab wanita itu yang langsung saja membuat Anya menoleh ke arah sekitar. Dimana pada pegawai bisa mendengar hal itu dengan jelas. "Sadarlah! Mungkin uang dia banyak, tapi kamu tidak akan bahagia. Dia hanya mementingkan egonya dan tidak akan pernah bisa mengerti kamu. Dia juga pemaksa, bagaimana bisa dia meminta orang lain memakan semua masakan yang ia buat?" Lanjut wanita itu sembari menyentuh kedua bahu Anya. "Maaf, saya tidak tahu permasalahan kalian." Balas Anya sembari menyingkirkan tangan wanita itu dari bahunya. "Jika ada sesuatu yang belum selesai diantara kalian, kalian bisa menyelesaikannya. Saya akan keluar lebih dulu." Lanjut Anya yang langsung saja beranjak pergi dari tempatnya dan keluar dari ruangan itu. "Apakah suamimu tidak membuat kamu bahagia?" Tanya Heri begitu menyakitkan. "Dari awal perpisahan kita adalah keputusan yang kamu buat sendiri, lalu kenapa kamu tidak membiarkan aku dekat dengan seseorang?" Tanya Heri lagi yang langsung saja membuat wanita itu diam. "Clara, kamu harus ingat! Tidak semua hal berpusat pada kamu. Jadi berhentilah mengganggu hidupku dan juga wanita pilihanku." Kata Heri sembari berniat untuk pergi. "Apakah kamu sengaja mencari wanita polos? Dia pasti tidak akan bisa melawan jika merasa tertekan." Kalimat yang keluar dari mulut Clara membuat Heri menghentikan langkahnya dan menatap ke arah Clara yang tersenyum sinis. "Setidaknya dia tidak sepertimu yang murahan." Balas Heri yang langsung saja keluar dari ruangan itu dan pergi untuk mencari keberadaan Anya. Heri menghela napasnya pelan, menatap ke arah Anya yang tengah mengantri pada stan ice cream. Benar-benar berbeda dengan wanita pada umunya, dia benar-benar tidak memikirkan masalah yang baru saja terjadi. "Apakah kamu pergi sendiri?" Suara yang terdengar membuat Anya menoleh, menatap ke arah mantan kekasihnya yang tiba-tiba saja muncul dan menyapanya. "Aku pergi dengan seseorang." Jawab Anya dengan cuek. "Apakah kamu tidak ingin pergi tidur denganku? Aku tidak akan mengecewakanmu. Aku juga tidak akan masalah jika aku bukan yang pertama untukmu." Tanya mantan kekasihnya yang langsung saja membuat Heri berjalan mendekat karena kesal. Anya membuka dua kancing kemejanya, memperlihatkan tanda yang ditinggalkan Heri di sana. "Apakah kamu pikir aku masih kurang puas? Lawanku saja seperti ini, jadi aku tidak butuh laki-laki lain untuk memuaskanku." Jawab Anya yang langsung saja mengambil ice creamnya dan kembali mengancingkan kemejanya. Anya berbalik, berniat ingin pergi. Namun langkahnya terhenti saat melihat Heri sudah ada di belakangnya. "Maaf untuk yang tadi." Ucap Heri yang hanya dijawabi anggukan oleh Anya. "Ayo pergi." Ajak Anya sembari memberikan satu ice creamnya pada Heri. Mantan kekasih Anya tentu saja langsung diam, tidak seperti yang ia pikirkan, ternyata Anya sudah tidak berhubungan lagi dengan laki-laki yang selama ini menghajarnya. "Haruskah aku menghajarnya? Aku bisa menghabisinya tanpa ketahuan." Tanya Heri yang langsung saja dijawabi gelengan oleh Anya. "Semua kehidupan itu berarti, jadi jangan mempermainkan kehidupan seseorang seperti itu." Jawab Anya memberitahu. "Tadi mantan istrimu bukan?" Tanya Anya sembari menatap ke arah Heri. "Hem," jawab Heri pelan. "Dia cantik, apakah dia tidak pernah makan tengah malam? Bentuk tubuhnya sangat bagus." Tanya Anya lagi. "Kamu pasti marah," ucap Heri pelan. "Tidak, aku senang karena bisa tahu wanita seperti apa yang menjadi istrimu dulu." Jawab Anya dengan jujur, bibirnya pun tersenyum dan tidak terlihat sedikitpun jika dia kesal. "Apakah kamu yakin?" Tanya Heri yang langsung saja dijawabi anggukan oleh Anya. "Aku yakin, aku tidak pernah mempermasalahkan orang lain. Lagipula kalian juga pernah berbagi kasih sayang, dan itu memang kenyataannya, jadi tidak perlu merasa tidak enak." Jawab Anya sembari memakan ice cream miliknya. "Dia mantan pacarku yang pernah aku ceritakan. Dia tidak pernah mencintaiku, kita menjalin hubungan selama lebih dua tahun, dia bertahan selama itu hanya karena ingin mengajakku tidur bersama. Saat itu aku memang jarang keluar karena memang baru awal-awal bekerja dan tidak pernah meninggalkan tempat." Kata Anya memberitahu. "Apa yang kamu suka dari dia?" Tanya Heri penasaran. "Dia manis dan juga tampan, selain itu dia sangat perhatian jadi aku menyukainya. Tapi ternyata tidak sebaik itu, Tuhan memperlihatkan semuanya untuk membuat aku sadar." Jawab Anya dengan tertawa pelan. "Apakah aku punya kesempatan untuk menjadi bagian dari kamu?" Tanya Heri tiba-tiba. "Aku tidak tahu." Jawab Anya dengan cepat. "Apakah kamu juga tidak menyukainya karena aku bermain lebih sering dan juga sedikit memaksa?" Tanya Heri lagi. Anya terdiam, menatap ke arah laki-laki itu. Sepertinya laki-laki itu percaya dengan apa yang dikatakan oleh mantan istrinya, untuk itu dia mengajukan pertanyaan seperti itu. "Aku menyukainya, tapi jika itu dilakukan setiap hari, mungkin aku tidak akan bisa mengatasinya." Jawab Anya dengan jujur. "Tidak masalah jika sehari sekali, tapi jika berkali-kali aku tidak akan sanggup mengimbanginya." Lanjut Anya memberitahu. "Baiklah, kalau begitu jangan sesali kata-kata kamu." Kata Heri yang langsung saja dijawabi anggukan oleh Anya. Keduanya pun meninggalkan pusat perbelanjaan dan pergi ke pusat perbelanjaan yang lainnya, membeli beberapa barang untuk Anya. Bahkan Anya juga memiliki baju tidur yang cukup vulgar, dan hal itu membuat Heri terdiam dan diam-diam senang.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN