89

1024 Kata
Tiffany menatap ke arah Kriss yang juga menatap ke arahnya. "Jangan melihat ke arah wanita lain." Gumam Tiffany pelan. "Apakah aku pernah melakukannya?" Tanya Kriss pelan. "Fokuslah sama kesehatan papa kamu, setelah itu segeralah kembali." Lanjut Kriss sembari mengusap rambut Tiffany pelan. Tiffany menganggukkan kepalanya dan mendekatkan diri pada Kriss untuk memeluknya. Tiffany benar-benar sangat bergantung pada Kriss, dirinya tidak dapat menjauh dari laki-laki yang dapat melindunginya itu. Kriss terus mendekap Tiffany dalam pelukannya, membiarkan Tiffany memejamkan matanya dan istirahat sejenak sebelum kembali ke rumah sakit untuk menunggu papanya. Sore hari, deringan ponsel yang terdengar membuat Kriss membuka matanya dan mengambil ponsel milik Tiffany yang ada di dalam tas. Kriss menerima panggilan itu setelah tahu siapa yang menelpon. "Ayo kita kembali ke rumah sakit." Ajak Heri kakak sepupu Tiffany yang menghubungi. "Tiffany masih tidur, tolong biarkan dia istirahat beberapa jam lagi." Jawab Kriss memberitahu. Heri yang mendengarnya tentu saja hanya bisa diam dan mematikan sambungan telponnya. Heri tidak bisa memaksa karena memang Tiffany susah tidur di rumah sakit. Pamannya itu selalu mengatakan jika Tiffany hanya memainkan ponselnya dan tidak tidur sama sekali. Jadi kali ini dirinya akan membiarkannya. Dua jam setelahnya, Tiffany akhirnya terbangun dan memutuskan untuk segera bersiap kembali. "Suami dokter Anya sudah menelpon tadi." Kata Kriss ikut bangun dan memberitahu. "Seharusnya aku kembali tadi, soalnya itu jadwal dokter mengunjungi papa." Balas Tiffany memberitahu. "Seharusnya aku membangunkanmu, maaf ya." Ucap Kriss merasa bersalah. Tiffany hanya tersenyum tipis dan mencium bibir Kriss singkat. "Tunggu aku kembali ya, aku akan segera kembali dan menemani kamu setiap waktu." Ucap Tiffany yang langsung saja dijawabi anggukan oleh Kriss. Tiffany beranjak pergi meninggalkan kamar Kriss dan menghubungi kakak sepupunya untuk mengajaknya kembali ke rumah sakit. Setelah mengetahui kakak sepupunya masih ada di kamarnya, Tiffany pun memutuskan untuk menunggu di depan kamar. "Dokter Anya, aku titip Kriss ya? Sebagai gantinya aku akan jaga kak Heri nanti." Ucap Tiffany begitu dirinya melihat dokter Anya. "Jangan khawatir, aku akan menjaganya." Jawab dokter Anya yang langsung saja mendapatkan ucapan terima kasih dari Tiffany. Tiffany berjalan pergi lebih dulu, meninggalkan kakak sepupunya yang masih ingin bicara dengan istrinya. "Aku akan menjemputmu nanti, jadi kamu tidak akan tidur sendirian lagi." Kata Heri yang langsung saja dijawabi anggukan oleh dokter Anya. Heri mencium kening istrinya dan berpamitan pergi. Setelah melihat kepergian suaminya, dokter Anya pun segera berjalan ke arah kamar Kriss untuk melihat kondisinya. "Apakah ada yang sakit?" Tanya dokter Anya sembari menatap ke arah Kriss yang memejamkan matanya. "Tidak ada, dokter Anya istirahatlah lagi." Jawab Kriss masih dengan mata yang terpejam. "Kalau ada apa-apa langsung hubungi aku ya, aku akan menunggu di kamar Tiffany." Kata dokter Anya yang langsung saja dijawabi anggukan oleh Kriss. Dokter Anya membiarkan Kriss sendirian dan kembali ke kamar Tiffany untuk istirahat. Meskipun singkat, suaminya benar-benar tidak membiarkan dirinya untuk istirahat. Para tadi dirinya sudah mengatakan jika ini tidak di rumah, tapi seolah-olah suaminya tidak mendengarkan dan tetap menyentuhnya. Dokter Anya berbaring di atas ranjang dan memejamkan matanya untuk istirahat. Dirinya belum tidur karena harus melayani suaminya tadi. Kriss bangun dan berjalan ke arah komputernya untuk melihat perkembangan tentang bendungan anastasius. Tidak ada informasi terbaru, tapi air sudah surut dan warga juga mengirim sesajen ke bendungan setelah air surut. Dari yang ia baca, para warga memang sering melakukannya dalam setahun sekali untuk melindungi daerah itu. Belum lagi dengan bendungan anastasius yang sering memakan korban, jadi mereka benar-benar harus sering melakukan ritual untuk pencegahan. Kriss membuka gamenya dan mengamatinya lebih dulu, setelah merasa cukup Kriss pun memakai lensanya dan masuk ke dalam game yang ia temukan. Kriss menatap ke arah sekitar yang sangat sepi, hingga suara makhluk yang terdengar membuat Kriss segera mencari tempat persembunyian. Kriss bersembunyi dibelakang semak-semak, dirinya menatap ke arah makhluk itu yang tengah berlarian untuk mengejar sesuatu. Mata Kriss terbelalak saat melihat makhluk itu berkerumun untuk memakan kerbau. Dari yang ia lihat, itu sepertinya persembahan dari warga hanya saja kenapa baru sekarang mereka memakannya? Kriss menutup mulutnya agar tidak bersuara, dirinya menoleh ke sana sini untuk melihat keadaan sekitar. Setelah merasa aman, Kriss pun mulai bergerak untuk mengikuti makhluk kecil yang meninggalkan gerombolannya. Kriss terus berjalan pelan hingga akhirnya dirinya kembali bersembunyi dibalik batu besar yang ia lihat. Makhluk itu terlihat ada banyak sekali di sana. Mereka berkerumun dan menikmati sesuatu yang tidak Kriss ketahui. Melihat bagaimana jumlahnya, tentu saja Kriss tahu jika itu adalah tempat berkumpulnya semua makhluk. Kriss menatap ke arah sekitar untuk melihat dimana tepatnya tempat itu. Setelah melihat aliran sungai tentu saja Kriss sudah tahu posisinya. Kriss memutuskan untuk melepas lensanya dan segera kembali karena dirinya sudah menemukan tempat berkumpulnya makhluk-makhluk itu. Segera setelah kembali, Kriss memutuskan untuk menggambar denah lokasi yang tadi ia datangi. Malam harinya, Kriss merasa kepalanya sangat sakit. Dirinya benar-benar menghabiskan waktu sorenya dengan menggambar dan juga berpikir tentang makhluk itu. Dokter Anya datang dan melihat ke arah Kriss yang tengah kesakitan. Karena khawatir tentu saja dokter Anya segera menghampirinya dan memeriksa luka Kriss. Darah yang mulanya sudah berhenti mengalir kini kembali mengalir lagi. Dokter Anya segera memapah Kriss ke arah ruangan dokter untuk memberikan perawatan. Sesampainya di ruangan itu, dokter Anya pun menatap ke arah orang baru yang juga terlihat panik. "Tolong siapakan anestesi dan juga alkohol." Pinta dokter Anya yang langsung saja dituruti oleh dokter yang baru saja bertugas itu. Dokter Anya segera menyuntikkan anestesi dan mulai untuk membersihkan luka Kriss kembali. Sedangkan dokter baru hanya melihat dan memperhatikan dengan baik. Setengah jam setelahnya, dokter Anya pun selesai dan menatap ke arah Kriss yang masih tidur sadarkan diri. "Anda dokter yang bertugas sebelumnya?" Tanya wanita itu yang langsung saja dijawabi anggukan oleh dokter Anya. "Namaku Anya, kita akan bekerja lebih sering kedepannya." Kata dokter Anya memperkenalkan diri. "Ani," balas wanita itu memberitahukan namanya. "Apakah dia baru saja mengalami kecelakaan?" Tanya dokter Ani dengan hati-hati. "Tidak tahu bagaimana ceritanya, lukanya tiba-tiba saja terbuka kembali. Dia baru saja dipulangkan dari rumah sakit." Jawab dokter Anya memberitahu. Ani pun menganggukkan kepalanya mengerti, dirinya menatap ke arah Kriss yang memang terlihat tampan. "Jangan berani menggodanya." Kata dokter Anya mengingatkan. "Ah, saya tidak akan melakukannya." Jawab Ani dengan sedikit gugup. Karena tadi Ani sempat berpikir untuk menjalin hubungan dengan laki-laki tampan itu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN