90

1013 Kata
Jam menunjukkan pukul sembilan malam saat Kriss akhirnya sadar dan membuka matanya. Kriss menatap ke arah orang baru yang sebelumnya belum pernah ia lihat. Kriss mencoba untuk bangun, namun gerakannya segera dicegah oleh Ani yang memiliki tanggung jawab untuk menjaganya dengan baik. Tadi, Ani pikir laki-laki ini adalah kekasih dari dokter Anya, tapi saat tahu dokter Anya sudah memiliki suami tentu saja Ani berpikir kembali untuk merawat Kriss dengan baik dan mencoba untuk menjalin hubungan setelahnya. "Dokter Anya berpesan agar anda tidak banyak bergerak lebih dulu." Kata Ani sengaja memakai nama dokter Anya untuk memberitahu. "Di mana dokter Anya?" Tanya Kriss sembari memegangi kepalanya yang terasa nyeri. "Dokter Anya sudah pulang setelah dijemput oleh suaminya tadi." Jawab Ani memberitahu. Mendengar hal itu tentu saja Kriss langsung paham. Kriss menatap ke arah wanita yang terlihat polos dan juga manis itu. "Aku akan kembali ke kamarku sendiri, tidak baik jika kita berduaan seperti ini." Kata Kriss berdua. "Anda adalah seorang pasien jadi tidak ada yang perlu dikhawatirkan." Jawab Ani dengan cepat. "Lagipula jika anda tinggal di sini membuat saya mudah untuk memantau." Lanjut Ani lagi. Kriss mengambil napasnya dalam dan membuangnya, dirinya benar-benar tidak dapat menolaknya, tapi jika Tiffany tahu keadaan ini mungkin dia akan salah paham. Kriss memutuskan untuk kembali berbaring dan memejamkan matanya begitu saja. Dirinya tidak ingin bersuara lagi hingga akhirnya membuat Ani diam dan kembali ke kursinya untuk menyiapkan obat buat besok. Sepanjang malam, Kriss tidak dapat tidur, dirinya terus terbayang akan kedatangan Tiffany yang tiba-tiba. Hingga menjelang pagi, Kriss memutuskan untuk tidur dengan nyenyak. Pagi-pagi sekali, gedoran pada pintu ruang kesehatan membuat Ani segera bangun dan juga berlari ke depan untuk membukakan pintu yang ia kunci. Ani menatap ke arah Tiffany yang juga tengah menatapnya tajam. Ani menurunkan pandangannya untuk mengatur detak jantungnya dengan baik. "Apakah ada yang bisa saya bantu?" Tanya Ani dengan suara pelan. "Kriss, dimana laki-laki itu?" Tanya Tiffany tidak sedikitpun terlihat ramah. "Dia ada di dalam mbak." Jawab Ani memberitahu. Mendengar hal itu tentu saja Tiffany segera nyelonong masuk dan membuat Ani ikut masuk dan mengejarnya. Tiffany menatap ke arah Kriss yang masih memejamkan matanya. "Tidak bangun?" Ucap Tiffany yang langsung saja membuat Kriss membuka matanya dan menatap ke arah Tiffany yang menatapnya tajam. "Apakah kamu menikmati tidurmu? Aku tidak dapat tidur dan menunggu pagi agar bisa segera datang dan melihatmu." Tanya Tiffany yang langsung saja membuat Kriss bangun dari tidurnya. "Aku juga baru tertidur, lalu ada suara yang heboh di luar." Jawab Kriss memberitahu. Tiffany yang mendengarnya tentu saja segera menghampiri Kriss dan memeluknya. "Kamu tidak melakukan apa-apa kan?" Tanya Tiffany dengan suara pelan. "Kamu pikir aku bisa melakukan apa?" Balas Kriss dengan cepat. "Apakah dokter Anya yang memberikan kabar?" Tanya Kriss segera melepaskan pelukannya. "Anto yang memberitahu, kamu tahukan bagaimana dia mengatakannya? Dia melebih-lebihkan ceritanya." Jawab Tiffany dengan sedikit kesal. "Kembalilah, aku akan lebih hati-hati." Kata Kriss yang langsung saja dijawabi gelengan oleh Tiffany. Ani memperhatikan semuanya, awalnya ia pikir aman untuk menjalin hubungan dengan Kriss, tapi ternyata kekasihnya lebih cantik dan juga lebih ganas dibandingkan dengan dokter Anya. Tiffany menoleh ke belakang, menatap ke arah Ani yang juga menatap ke arahnya. "Kamu tahu tidak boleh mendekatinya kan?" Tanya Tiffany yang langsung saja membuat Ani menganggukkan kepalanya mengerti. "Bagaimana cara dia mengobatiku jika kamu melarangnya untuk mendekat?" Tanya Kriss ikut bersuara. "Kan nanti ada dokter Anya, kamu masih nggak cukup sama dokter Anya?" Jawab Tiffany dengan suara yang sudah meninggi. "Aku tahu, kalau gitu ayo kita kembali. Aku ingin tidur." Kata Kriss pada akhirnya memutuskan untuk mengalah. Kriss turun dari ranjang dan dipapah oleh Tiffany untuk meninggalkan ruangan itu. Ani tentu saja awalnya ingin menegurnya, tapi tidak jadi karena Kriss memberikan kode untuk diam. Ani belum mengenal siapa Tiffany, jadi dirinya masih berani menggerutu tentang Tiffany di dalam hati. Sebelumnya dirinya benar-benar tidak menyangka jika di tempat ini masih ada orang tampan yang ia lihat. Perempuan pun sangat jarang di sini, jadi Ani pikir laki-laki itu itu masih jomblo. Tapi ternyata tidak seperti itu. Ani kembali duduk di tempatnya dan memutuskan untuk diam sejenak. Setelah dapat mengatur emosinya, Ani pun segera bangun dan menyiapkan semuanya. Klinik pun kembali dibuka dan siap menerima pasien yang ingin datang untuk meminta obat atau sekedar konsultasi. Kriss berbaring di atas ranjang Tiffany dengan nyaman, dirinya menatap ke arah Tiffany yang tengah meletakkan tasnya. "Apakah ada yang ingin kamu makan?" Tanya Tiffany pelan. "Kau hanya ingin istirahat." Jawab Kriss memberitahu. Tiffany yang mendengarnya tentu saja segera berjalan ke arah ranjang dan mengecek luka Kriss yang kembali terbuka. "Sebenarnya apa yang kamu lakukan sampai lukanya kembali terbuka seperti ini?" Tanya Tiffany dengan sedikit kesal. "Aku terlalu banyak berpikir." Jawab Kriss memberitahukan hal itu pada Tiffany. "Kemarin aku mencoba untuk bermain game, dan sepertinya tanpa sadar aku melukai diriku sendiri." Lanjut Tiffany memberitahu. "Apakah kamu akhirnya ingat? Harusnya kamu berhenti melakukan hal-hal yang tidak berguna setelah terluka seperti ini." Omel Tiffany yang langsung saja membuat Kriss tersenyum tipis saat mendengarnya. "Apakah papamu sudah lebih baik?" Tanya Kriss pelan. "Dia sudah boleh pulang nanti siang, tapi masih harus menunggu pemeriksaan dokter. Jika hasilnya baik maka dia sudah benar-benar diperbolehkan pulang." Jawab Tiffany memberitahu. "Aku tidak ingin kembali ke rumah sakit dan hanya ingin terus bersamamu." Ucap Tiffany memberitahu. "Kamu harus kembali, lagipula besok kamu sudah bisa bersamaku." Jawab Kriss memberitahu. "Berbaik hatilah pada papamu, dia sebenarnya sangat peduli denganmu." Kata Kriss mengingatkan. "Apakah kamu tidak membencinya?" Tanya Tiffany penasaran. "Dia hanya menyayangi putri semata wayangnya, jadi bagaimana bisa aku membencinya? Lagipula aku tidak akan terus bersamamu. Papamu yang akan terus bersamamu." Kata Kriss mengingatkan. Tiffany yang mendengarnya tentu saja memutuskan diam, dirinya tidak ingin berdebat dengan orang yang sedang sakit. Selain itu dia juga sangat keras kepala. Tiffany berbaring di samping Kriss dan memeluk Kriss dari samping, setelah itu Tiffany memejamkan matanya dan membuat Kriss mengelus rambut Tiffany pelan. "Tidurlah sebentar, aku akan membangunkanmu jam tujuh nanti." Kata Kriss yang langsung saja dijawabi anggukan oleh Tiffany. Tiffany memejamkan matanya dan mengeratkan pelukannya pada tubuh Kriss, dirinya benar-benar ingin istirahat sebentar saja sebelum nantinya dirinya akan kembali ke rumah sakit untuk melihat papanya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN