Keesokan harinya, Kriss sudah diperbolehkan pulang lebih dulu. Tapi dirinya diminta Tiffany untuk istirahat dan jangan bekerja dulu. Sedangkan Tiffany masih harus menemani papanya karena papanya tidak ada orang yang menemani.
"Apakah makanannya cocok?" Tanya dokter Anya yang bertugas untuk merawat Kriss yang baru saja pulang dari rumah sakit.
"Sedikit kurang banyak?" Balas Kriss bertanya.
Mendengar hal itu tentu saja dokter Anya hanya tertawa pelan, dirinya memutuskan untuk kembali ke dapur dan mengambil sisa makanan yang ada. Dokter Anya kembali menghampiri Kriss dan memberikan sisanya untuk Kriss.
"Apakah suami dokter Anya belum pulang juga?" Tanya Kriss penasaran.
"Belum, pekerjaannya belum beres jadi belum bisa pulang." Jawab dokter Anya memberitahu.
Kriss menganggukkan kepalanya pelan dan memakan bubur buatan dokter Anya dengan lahap. Bagaimanapun juga dirinya harus segera sembuh agar dirinya dapat kembali bekerja seperti biasa. Apalagi dirinya juga berniat untuk membeli mobil baru, jadi dirinya tidak boleh bermalas-malasan.
"Dokter Anya nanti akan pulang?" Tanya Kriss pelan.
"Aku akan tidur di sini, di ruangan dokter sudah ada dokter baru. Jadi tempatnya dipakai sama dia." Jawab dokter Anya memberitahu.
"Dokter baru? Kapan dia datang?" Tanya Kriss sedikit tak percaya saat mendengarnya.
"Baru saja hari ini, aku juga tahu dari Anto. Dia baru lulus tahun kemarin dan selesai magang di rumah sakit milik papa Tiffany, lalu karena magangnya sudah selesai diapun dipindahkan ke sini." Jawab dokter Anya lagi.
"Anaknya terlihat baik dan juga cantik, lebih-lebih dia juga terlihat polos." Kata dokter Anya memberitahu.
"Apakah dokter Anya sudah pensiun? Sudah berapa bulan?" Tanya Kriss sembari menatap ke arah perut dokter Anya yang sudah cukup besar.
"Dia membantuku di sini, aku belum pensiun kok, aku akan ambil cuti tiga bulan lagi untuk persiapan melahirkan." Kata dokter Anya memberitahu.
"Usia kandunganku memasuki bulan ke enam, jadi kurang lebih tiga bulan lagi aku sudah melahirkan." Lanjut dokter Anya memberitahu.
"Berat banget pasti ya?" Tanya Kriss penasaran.
"Nggak kok, senang aja rasanya." Jawab dokter Anya dengan tersenyum tipis.
"Bagaimana dengan penelitianmu? Aku jarang mendengarnya lagi, apakah akhirnya kamu menyerah?" Tanya dokter Anya pelan.
"Tidak! Aku hanya berhenti sejenak. Nanti akan aku lanjutkan jika sudah ada ide." Jawab Kriss dengan cepat.
Setelah melihat bubur yang dimakan oleh Kriss habis, dokter Anya pun segera bangun dan berdiri di belakang Kriss untuk mengganti perban yang ada di kepala Kriss.
"Aku akan mengganti perbannya." Kata dokter Anya memberitahu.
Kriss pun menganggukkan kepalanya setuju, membiarkan dokter Anya membantu dirinya untuk mengobati lukanya.
"Apa yang kamu suka dari Tiffany?" Tanya dokter Anya penasaran.
"Aku penasaran karena kamu tidak berniat untuk berpaling darinya." Lanjut dokter Anya memberitahu alasannya.
"Karena dia wanita pertama bagiku? Sebelumnya aku tidak pernah bermain, tapi dia mengajari banyak hal, jadi untuk melupakan rasanya sedikit sulit." Jawab Kriss memberitahu.
"Ah, aku pikir kamu sudah terbiasa." Balas dokter Anya pelan.
"Bagaimana dengan dokter Anya? Apakah suami dokter Anya memperlakukan dokter Anya dengan baik?" Tanya Kriss balik.
"Dia memperlakukan aku dengan baik, semua kebutuhanku sepenuhnya ditanggung olehnya, selain itu, dia juga tidak memiliki banyak hubungan dengan wanita jadi tidak ada kesalahpahaman yang terjadi." Jawab dokter Anya bersyukur.
"Awalnya aku pikir aku hanya penasaran dan ingin bermain-main, tapi ternyata aku bermain dengan orang yang sangat sangat bertanggung jawab, jadi aku tidak bisa untuk lari darinya."
"Tapi aku tetap tidak menyesal, justru aku bahagia karena akhirnya ada yang melindungi aku." Lanjut dokter Anya memberitahu.
Tidak lama kemudian pintu terbuka dan memperlihatkan Anto yang datang dan langsung saja menghampiri Kriss untuk menanyakan keadaannya. Tidak lama kemudian, Tiffany dan juga suami dokter Anya juga datang.
Melihat suaminya yang datang, tentu saja dokter Anya segera mempercepat pengobatannya, lalu dirinya beranjak untuk menghampiri suaminya yang sudah kembali itu.
"Kapan tiba? Kenapa tidak menghubungi aku?" Tanya dokter Anya yang langsung saja membuat suaminya itu tersenyum lebar dan menarik dokter Anya ke dalam pelukannya.
"Aku baru saja tiba, dan Tiffany memberitahu jika kamu ada di sini, jadi aku juga belum mampir ke rumah." Jawab Heri memberitahu.
Tiffany menghampiri Kriss dan melihat luka Kriss yang baru saja diganti perban baru.
"Bagaimana dengan papamu?" Tanya Kriss penasaran.
"Ada supir di sana." Jawab Tiffany dengan tenang.
"Aku akan kembali lagi nanti, jadi aku hanya sebentar di sini." Kata Tiffany memberitahu.
"Kalau begitu, istirahatlah. Kamu pasti juga lelah." Kata Kriss meminta Tiffany untuk istirahat.
Tiffany pun menurut, dirinya memutuskan untuk berjalan ke arah ranjang Kriss dan berbaring di sana. Sedangkan Anto yang menyempatkan datang di waktu jam istirahat tentu saja langsung bertanya tentang kondisi Kriss. Setelah mengetahui jawabannya Anto segera berpamitan pergi dan pergi ke kantin untuk mendapatkan makan siang.
"Dokter Anya pakai saja kamar Tiffany, dia akan istirahat di sini." Kata Kriss yang langsung saja dijawabi anggukan oleh dokter Anya.
Kriss pergi menuju kamarnya setelah melihat dokter Anya dan suaminya pergi meninggalkan tempatnya. Kriss menatap ke arah Tiffany yang tidur dengan tengkurap, terlihat sekali jika wanita itu lelah.
Kriss mendekat dan memijat pelan punggung Tiffany. Hal itu tentu saja membuat Tiffany membuka matanya dan menoleh.
"Apakah yang lain sudah pergi?" Tanya Tiffany pelan.
"Iya, sudah!" Jawab Kriss cepat.
Mendengar hal itu tentu saja Tiffany segera bangun dan memeluk Kriss dengan erat.
"Kamu tidak melakukan apa-apa pada dokter Anya kan?" Tanya Tiffany penuh selidik.
"Memangnya apa yang bisa aku lakukan? Dia sudah punya suami." Tanya Kriss sembari mengelus rambut Tiffany pelan.
"Sebenarnya aku tidak ikhlas membiarkan kamu bersama dokter Anya, tapi aku masih harus menunggu papa. Jadi aku benar-benar tidak bisa berbuat apa-apa." Kata Tiffany memberitahu.
"Untuk itu, kamu harus merawat papa kamu dengan baik. Dengan begitu dia akan segera pulang dan kamu juga bisa segera merawatku sendiri." Balas Kriss memberitahu.
"Biarkan aku istirahat sebentar di sini, sore aku akan kembali ke rumah sakit." Ucap Tiffany yang langsung saja dijawabi anggukan oleh Kriss.
"Tidurlah, aku akan menemani kamu." Kata Kriss yang langsung saja membuat Tiffany tersenyum lebar.
Kriss ikut berbaring dan memeluk Tiffany cukup erat. Tangannya bergerak mengelus rambut panjang Tiffany yang berwarna hitam.
Mata yang terpejam dengan bulu mata yang panjang membuat wanita itu terlihat cantik sekalipun sedang tertidur seperti itu.
Kriss cukup beruntung karena mendapatkan Tiffany sebagai penolongnya.
"Aku tadi meminta dokter Anya dan kakak sepupumu untuk istirahat di kamarmu." Kata Kriss memberitahu.
"Kamar dokter Anya kenapa?" Tanya Tiffany pelan.
"Ada dokter baru yang masuk hari ini, jadi mereka tidak bisa menggunakannya lagi." Jawab Kriss memberitahu.
"Perempuan? Cantik?" Tanya Tiffany membuka matanya lebar.
"Aku juga belum melihatnya." Jawab Kriss dengan singkat.