87

1055 Kata
Dua jam berlalu setelah keduanya mendapatkan perawatan, Kriss bangun lebih dulu dan membuat dokter Anya bergerak mendekati ranjangnya dan memberikan air putih untuk minum. "Apakah ada yang sakit?" Tanya dokter Anya khawatir. "Apakah terjadi sesuatu? Kenapa aku di rumah sakit?" Tanya Kriss balik. Dokter Anya yang mendengar jawaban itu tentu saja hanya diam, dirinya juga tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Seharusnya hanya Kriss dan papa Tiffany yang tahu, tapi Kriss malah tidak mengingatnya. "Kamu ditemukan tidak sadarkan diri di kamar bersama papanya Tiffany." Jawab dokter Anya memberitahu. "Ah, itu karena alkohol. Sepertinya aku minum terlalu banyak." Balas Kriss pada akhirnya. Setelah mengatakan itu, Kriss pun menatap ke arah dokter Anya dengan serius. "Tiffany sedang melihat hasil medis papanya, jadi nanti dia akan kembali sebentar lagi." Kata dokter Anya memberitahu. "Dokter Anya duduklah! Tidakkah perut dokter Anya terasa berat?" Pinta Kriss yang langsung saja membuat dokter Anya duduk dan tersenyum tipis. "Untuk jaga-jaga, jangan bersikap terlalu ramah, karena aku takut menyukaimu lagi." Kata dokter Anya memberitahu. "Dokter Anya jangan mengatakan hal itu, selain tubuh ini aku tidak punya apa-apa untuk dibanggakan." Balas Kriss mengingatkan. "Jadi jangan terlalu Khawatir, aku juga tidak berniat untuk tebar pesona." Lanjut Kriss lagi. Kriss menyentuh kepalanya yang terasa nyeri, Kriss mencoba mengingat-ingat kembali apa yang terjadi, tapi dirinya benar-benar tidak dapat mengingatnya dengan baik. Tidak lama kemudian, pintu terbuka dan Kriss bisa melihat Tiffany yang masuk ke dalam kamar dengan membawa sesuatu di tangannya. "Apakah papa belum sadar?" Tanya Tiffany menghampiri dokter Anya. "Belum, tapi Kriss sudah sadar." Jawab dokter Anya memberitahu. Mendengar hal itu tentu saja Tiffany segera menatap ke arah Kriss dan mengambil bantal laki-laki itu dengan paksa. Setelahnya Tiffany memukul Kriss dengan brutal menggunakan bantal yang ia pegang. Dokter Anya yang melihatnya tentu saja terkejut dan segera menghentikannya. Bagaimana bisa Tiffany melakukan kekerasan pada seorang pasien seperti itu. "Tif, Kriss masih sakit jangan memukulnya seperti itu." Ucap dokter Anya mengingatkan Tiffany yang sudah berhenti memukul. "Tentu saja dia harus dipukul, siapa suruh dia berani minum saat tahu jika dirinya tidak tahan alkohol. Selain itu bagaimana bisa dia mengajak papa minum? Bagaimana jika dia melukai kamu lebih parah?" Omel Tiffany yang masih tidak terima melihat Kriss terbaring di atas ranjang rumah sakit hanya gara-gara alkohol dan juga papanya. "Kriss saja tidak tahu apa yang terjadi." Kata dokter Anya memberitahu. "Itu karena dia tidak menggunakan otaknya, dilihat dari luka yang dia dapatkan saja sudah ketahuan jika dia dipukul menggunakan botol minuman." Balas Tiffany dengan menggebu-gebu. Dokter Anya yang mendengarnya tentu saja mulai membayangkan, pantas saja papa Tiffany hanya memiliki luka kecil, bedanya papa Tiffany lebih banyak mengeluarkan darah daripada Kriss yang mendapatkan luka cukup parah. "Apakah kamu mengingatnya sekarang?" Tanya Tiffany kesal. Kriss hanya menggelengkan kepalanya dan tersenyum tipis. "Kamu jadi perempuan nggak ada lembut-lembutnya, aku sudah sakit gini saja masih kamu pukul." Kata Kriss bersuara. Tiffany yang mendengarnya tentu saja segera mengambil bantalnya lagi dan memukulnya kembali. "Itu karena kamu pantas untuk dipukul." Kata Tiffany setelah selesai memukul Kriss. Tiffany duduk di atas kursi dan merai lengan Kriss, setelah itu Tiffany menggigitnya dengan sungguh-sungguh. Kriss yang mendapatkan serangan itu tentu saja mengaduh, tapi dirinya tidak dapat membalas Tiffany karena wanita itu terlihat kesal. "Jangan dekat-dekat papa lagi!" Seru Tiffany segera setelah melepaskan gigitannya. "Kamu nggak tahu bagaimana khawatirnya aku? Bagaimana jika kamu terbujur kaku?" Lanjut Tiffany dengan mata yang sudah berair. Kriss yang melihatnya tentu saja segera mengerti kondisi Tiffany. Wanita itu marah karena khawatir terjadi sesuatu pada dirinya. Kriss memutuskan untuk bangun dan membawa Tiffany ke dalam pelukannya. "Papa kamu menyayangi kamu lebih dari apa yang kamu tahu, jadi dia tidak akan menyakiti aku." Bisik Kriss pelan. "Jelas-jelas dia memukulmu!" Balas Tiffany masih tidak terima. "Itu karena aku pasti salah bicara, kamu tahukan? Saat mabuk aku benar-benar tidak sadar." Jawab Kris dengan suara pelan. Tiffany diam dan memejamkan matanya, mengeratkan pelukannya untuk membenarkan jika Kriss benar-benar masih hidup dan bersamanya. Papa Tiffany yang sudah sadar sedari tadi tentu saja hanya tersenyum tipis. Dirinya memutuskan untuk memejamkan matanya kembali dan membiarkan keributan itu berlangsung. Dirinya mengingat semuanya, mungkin karena tempramennya yang terlalu buruk, jadi dirinya memukul Kriss hingga laki-laki itu itu jatuh pingsan. Apesnya, putrinya sendiri yang menemukan semua itu. "Apakah anda sudah sadar?" Tanya dokter Anya yang segera menghampiri ranjang yang ditempati oleh papa Tiffany. Tadi saat menyaksikan pertengkaran Tiffany dan Kriss, dokter Anya sesekali melirik ke arah papa Tiffany karena takut terganggu. Lalu dirinya tidak sengaja melihat pergerakan dari papa Tiffany hingga membuatnya tahu jika papa Tiffany sudah sadarkan diri. "Apakah anda ingin minum?" Tanya dokter Anya saat melihat papa Tiffany membuka matanya. Tiffany yang mendengarnya tentu saja segera melepaskan pelukannya dan berlari untuk menghampiri papanya. "Apa papa berniat untuk mati?" Tanya Tiffany dengan kesal. "Kenapa kamu berpikir seperti itu?" Tanya papanya pelan. "Itu karena papa membiarkan diri papa terluka saat papa tahu papa punya penyakit serius." Jawab Tiffany masih dengan perasaan kesal di hatinya. "Itu karena semalam papa terlalu mabuk, pacarmu memberikan lebih banyak alkohol pada papa. Harusnya kamu marah dengannya dan bukan pada papa." Kata papanya yang masih mengingat apa yang terjadi. "Tapi papa memukulnya hingga terluka." Lanjut Tiffany yang langsung saja membuat papa Tiffany menarik ke arah Kriss yang juga menatap ke arahnya. "Itu karena dia mengejek papa." Jawab papanya dengan pelan. "Intinya dia mengatakan hal yang membuat papa kesal, lalu tanpa sadar papa memukulnya. Entah karena mabuk atau pukulan yang papa berikan, dia akhirnya terjatuh. Begitupun dengan papa yang sudah cukup mabuk untuk menolong." Lanjut papa Tiffany menjelaskan. "Saya tidak mengingat apapun, maafkan saya jika kata-kata saya sudah menyinggung anda." Ucap Kriss meminta maaf. "Tidak apa-apa, aku hanya ingin menjelaskannya pada putriku." Jawab papa Tiffany pelan. Tiffany segera memeluk papanya dalam diam, dirinya tidak mengatakan apa-apa karena dirinya juga tidak tahu harus berbuat apa. Yang pasti, Tiffany juga takut jika papanya akan pergi lebih dulu dibandingkan dengan dirinya. "Tidak apa-apa, papa tidak akan mati sebelum melihat kamu menikah dan hidup bahagia." Ucap papa Tiffany yang langsung saja membuat Tiffany menarik tubuhnya dari papanya. "Kalau begitu jangan minum dengan Kriss lagi, dia tidak bisa minum seteguk pun. Jika lain kali aku melihat papa mengajak Kriss minum, maka Tiffany akan memukul papa dan bukan Kriss lagi." Ucap Tiffany yang langsung saja membuat papanya tersenyum tipis dan menganggukkan kepalanya setuju. "Papa akan mengingatnya dengan baik." Balas papanya yang langsung saja membuat Tiffany tenang saat mendengarnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN