Pagi hari dokter Anya terbangun dengan tubuh yang tak karuan. Semua tubuhnya terasa sangat sakit, belum lagi sela-sela pahanya, itu benar-benar terasa sedikit perih.
Dokter Anya menatap ke arah laki-laki yang semalam tidak berhenti menidurinya. Dokter Anya ingat, bagaimana laki-laki itu bergerak di atasnya, di belakangnya dan juga dari berbagai arah.
Anya mengulurkan tangannya untuk menyentuh luka yang ada di lengan laki-laki itu dengan gerakan pelan. Padahal luka itu belum kering, tapi laki-laki itu sudah bergerak sangat banyak tadi malam.
"Apakah tidak cukup dengan yang tadi malam?" Tanya Heri sembari menatap ke arah Anya yang terlihat terkejut.
Anya menarik selimutnya untuk menutupi bagian atasnya yang sedikit terlihat, melihat hal itu tentu saja Heri hanya tersenyum tipis.
"Aku sudah menikmatinya tadi malam, memangnya apalagi yang kamu sembunyikan?" Kata Heri penuh dengan ejekan.
"Ah benar, aku belum melihat tandanya, apakah terbuat dengan baik?" Lanjut Heri sembari mengulurkan tangannya dan menarik selimut itu dengan pelan.
Anya tentu saja tidak bisa berkata-kata, membiarkan selimut itu lolos dari cekalan tangannya.
"Di mana kamu tinggal?" Tanya Heri sembari mengelus bekas merah keunguan yang ada di atas p******a milik Anya.
"Aku tinggal di lab, di ruang praktek ada kamar dan juga tempat lainnya." Jawab Anya memberitahu.
Heri yang mendengarnya tentu saja langsung menganggukkan kepalanya mengerti. Heri bangun dan mencium Anya dengan tiba-tiba. Anya yang belum siap tentu saja hanya terkejut dan membiarkan laki-laki itu menciumnya dengan rakus.
Heri menarik Anya untuk bangun, setelah itu Heri menggendongnya di depan dan membawanya ke kamar mandi. Heri duduk di atas closed dengan Anya yang ada di pengakuannya.
Anya merangkulkan tangannya ke belakang leher Heri dan membalas ciuman itu dengan hati-hati.
Keduanya kembali mengulangi hal itu di pagi hari. Teriakan Anya yang menggema di seluruh kamar mandi tentu saja membuat Heri sangat senang dan bersemangat untuk bergerak sesuka hatinya.
Jam menunjukkan pukul sembilan pagi saat Anya tiba di tempat yang sudah ia anggap sebagai rumah. Sedari tadi Anya benar-benar tidak bisa berjalan dengan baik karena miliknya terasa sangat perih. Untuk itu Anya sudah memutuskan untuk istirahat total hari ini.
Anya masuk ke dalam kamarnya dan langsung saja menjatuhkan tubuhnya ke atas ranjang. Sekarang Anya sudah tahu bagaimana rasanya, memang enak tapi juga menyakitkan. Anya pikir semalam dirinya akan pingsan jika laki-laki itu tidak membiarkan dirinya tidur. Anya tidak akan pernah melupakan bagaimana rasanya sesuatu menerobos ke dalam miliknya. Bahkan sekarang miliknya sedikit berkedut saat memikirkannya.
Anya tertidur dengan tubuh terlentang. Wajahnya benar-benar terlihat sangat lelah, dan juga ada mata panda di sekitar matanya. Sangat biasa bagi dokter Anya untuk begadang, tapi tidak dengan berteriak-teriak dan juga menahan air matanya.
Sangat sakit untuk pertama kalinya, dan sangat nikmat saat dirinya sudah menikmatinya, hanya saja perutnya terasa penuh saat itu masuk terlalu dalam, dan hal itu membuatnya susah untuk bernapas.
Dokter Anya terus tertidur setelahnya, tidak peduli lagi jikalau ada pasien yang datang untuk berobat, karena dirinya pun butuh istirahat untuk mengembalikan staminanya.
Jam menunjukkan pukul sebelas siang saat Tiffany datang ke ruangan dokter Anya. Karena tidak melihat keberadaan dokter Anya tentu saja Tiffany langsung berjalan ke arah kamar dokter Anya. Semalam Tiffany tidur di tempat dokter Anya karena khawatir. Kekhawatirannya semakin bertambah karena tidak juga bertemu dengan dokter Anya saat pagi sudah menyapa.
Lalu tadi, dirinya menghubungi kakak sepupunya itu untuk menanyakan keberadaan dokter Anya. Tiffany takut jika kakak sepupunya itu menyiksa dokter Anya, tapi Tiffany lega saat mendengar suara kakak sepupunya yang terdengar ramah. Itu berarti kakak sepupunya menyukai dokter Anya.
Tiffany masuk ke dalam kamar dokter Anya dan menghela napasnya lega saat melihat dokter Anya tidur di atas ranjang. Tiffany mendekati ranjang dan terkejut saat melihat banyak tanda yang ditinggalkan oleh kakak sepupunya pada leher dokter Anya.
Tiffany bergegas membuka baju dokter Anya dan terkejut saat melihat tanda lainnya.
"Apakah kamu tidak akan membiarkanku istirahat?" Tanya dokter Anya dengan suara pelan.
"Apakah dia bermain dengan sangat buas? Bagaimana bisa dia membuat banyak tanda seperti ini?" Tanya Tiffany dengan segera saat melihat temannya itu sudah sadar dan menatap ke arahnya.
"Aku menggoda seorang duda, bagaimana mungkin aku tidak berakhir seperti ini?" Balas dokter Anya dengan suara pelan.
"Tapi tidak apa-apa, sekarang aku tidak penasaran lagi dengan rasanya." Lanjut dokter Anya dengan mudahnya.
Tiffany yang khawatir karena ini pertama kalinya buat dokter Anya tentu saja ingin marah, tapi melihat dokter Anya yang kelelahan tentu saja membuat Tiffany mengurungkan niatnya untuk marah-marah.
"Sepertinya aku di tolak." Ucap dokter Anya dengan suara pelan.
"Semalam sebelum kita tidur, dia bertanya tentang keluargaku, lalu aku bilang aku seorang diri dan dibesarkan oleh beasiswa yang diberikan oleh papamu." Lanjut dokter Anya bercerita.
"Dia pasti tidak tertarik karena aku bukan dari kalangannya." Lanjut dokter Anya menyimpulkan.
"Jika dia tidak tertarik dia tidak akan tidur denganmu, berapa kali dia melakukannya semalam? Apakah lebih dari tiga kali? Apakah dia membiarkanmu tidur?" Tanya Tiffany secara beruntun.
"Ah benar-benar, seharusnya aku memberitahu jika itu pertama kali buat dokter Anya, jadi dia bisa lebih berhati-hati." Lanjut Tiffany menyesal.
"Dia melakukannya dengan hati-hati, hanya saja dia tidak memberikan jeda sebentar saja. Dia terus bergerak seolah-olah senang mendengarku tersiksa." Kata dokter Anya memberitahu.
"Dibandingkan dengan itu, miliknya benar-benar sangat besar." Lanjut dokter Anya memberitahu.
Tiffany yang mendengarnya tentu saja langsung melotot ke arah dokter Anya yang tiba-tiba saja terlihat c***l.
"Jadi apakah kamu sangat menikmatinya? Kamu terlihat menghabiskan seluruh tenagamu hanya untuk bertempur di atas ranjang." Tanya Tiffany dengan suara pelan.
"Hem, aku sangat menikmatinya. Kita juga mengulanginya tadi pagi, dan di kamar mandi." Jawab dokter Anya memberitahu.
"Ah ternyata kamu benar-benar menikmatinya." Gumam Tiffany tak percaya.
"Jika nanti aku ingin melakukannya, dengan siapa aku harus melakukannya? Apakah kamu mau mencarikan untukku lagi?" Tanya dokter Anya yang langsung saja mendapatkan pukulan dari Tiffany.
"Jangan berpikir untuk bermain-main, luruskan dulu bagaimana hubunganmu dengannya, jika dia benar-benar menolakmu aku akan mencarikan calon yang lain. Jadi sebelum dia benar-benar bilang kalau dia tidak menyukaimu, kamu tidak boleh berpikir untuk bertemu orang lain." Kata Tiffany memperingatkan.
Tiffany sangat tahu baik bagaimana kakak sepupunya itu, jika dia tidak menyukainya maka dia tidak akan mau tidur dengannya. Lalu mungkin saja kakak sepupunya itu tengah menyiapkan sesuatu untuk dokter Anya? Tiffany tidak terlalu yakin tapi bisa saja itu benar.