Kriss dan Tiffany kembali lebih dulu saat jam sudah menunjukkan pukul delapan malam. Sedangkan dokter Anya dan juga Heri pergi untuk mencari makan malam.
Tiffany menatap ke arah Kriss yang tengah merebus mie instan dengan kesal.
Kriss kembali dengan membawa dua mangkuk mie ke arah Tiffany yang sedari tadi sudah menunggunya.
"Paling tidak aku masih bisa beli spaghetti, tapi kamu malah buatin aku mie rebus. Goceng doang." Gerutu Tiffany pada Kriss yang tadi menolak ajakan Heri untuk pergi makan malam bersama.
"Kalau begitu kamu pesan saja, biar aku yang habiskan semua ini." Balas Kriss sembari menarik kembali dua mangkuk yang tadi ia bawa.
Tiffany memanyunkan bibirnya ke depan, mengambil sumpit yang sudah disediakan oleh Kriss. Kriss yang melihatnya tentu saja tersenyum tipis. Sejujurnya, Kriss benar-benar malas untuk pergi ke luar, itu sebabnya Kriss memutuskan untuk merebus mie instan untuk makan malamnya.
Selama makan, Kriss menatap ke arah Tiffany yang makna dengan lahap. Sudah beberapa kali dirinya memberikan mie instan untuk wanita itu, dan setiap kali mie itu disajikan, dia akan mengeluh dengan panjang, tapi ujung-ujungnya selalu memakannya dengan lahap.
Tiffany bergerak mengambil mie yang ada di mangkok milik Kriss dan memakannya dengan tenang.
Kriss mendekatkan mangkoknya dan membiarkan Tiffany makan mie miliknya juga.
"Seharusnya lebih nikmat jika ditambah telur." Ucap Tiffany memberitahu Kriss. Beberapa waktu yang lalu Kriss membuatkan mie instan dengan tambahan telur di atasnya, tapi kali ini benar-benar hanya mie instan dan tidak ada apa-apa lagi sebagai topingnya.
"Nanti setelah gajian aku akan membeli telur, stoknya sudah habis." Jawab Kriss memberitahu.
"Bukannya kamu sudah jarang begadang? Kenapa cepat habis?" Tanya Tiffany curiga.
Setahu Tiffany, Kriss sudah jarang begadang karena dia sudah hampir menyerah pada penelitiannya, tapi apakah Kriss kembali memulainya lagi tanpa sepengetahuannya?
"Kamu mulai lagi ya?" Tanya Tiffany lagi.
Kriss mengangkat kepalanya dan menganggukkan kepalanya pelan.
"Kemarin aku lihat ada berita orang hilang, dan kebetulan itu orang yang pergi bersamaku kemarin. Jadi aku penasaran sebenarnya apa yang terjadi, karena setahuku dia sudah lupa semuanya." Jawab Kriss menjelaskan.
"Padahal kamu sudah janji tidak akan memulainya lagi." Ucap Tiffany kesal.
Kriss yang melihat Tiffany kesal dan berniat untuk pergi tentu saja segera bangkit dan menahan wanita itu. Kriss menatap lurus ke arah Tiffany yang memasang wajah kesal dan juga kecewa. Kriss mencium bibir Tiffany singkat, dan hal itu tidak membuat Tiffany mengubah ekspresi wajahnya.
"Kamu bilang akan mendukung aku apapun yang aku pilih." Ucap Kriss dengan suara pelan.
"Tapi kamu bahkan melukai dirimu sendiri, bagaimana bisa aku tetap mendukungmu?" Balas Tiffany tak terima dengan kata-kata Kriss yang menagih janjinya.
"Aku sudah senang karena tidak harus berbagi dengan makhluk-makhluk sialan itu, tapi apa? Kamu malah memutuskan untuk kembali memilihnya lagi." Lanjut Tiffany dengan kesal.
Kriss mengelus pipi Tiffany pelan, hal itu membuat Tiffany semakin kesal karena Kriss tidak berniat untuk menyentuhnya juga.
"Sudahlah! Aku akan pergi saja." Ucap Tiffany sembari mendorong tubuh Kriss dan membuat Kriss mundur dan menyenggol mangkok mie instan.
Mangkok yang tumpah membuat Tiffany terkeren dan segera menghampiri Kriss, bertanya apakah laki-laki itu baik-baik saja.
"Panas ya?" Tanya Tiffany merasa bersalah.
"Tidak apa-apa, kamu kembalilah, aku akan membersihkan ini dulu." Jawab Kriss meminta Tiffany untuk pergi.
Tiffany yang mendengarnya tentu saja langsung pergi ke kamar Tiffany dan tidur di atas kasur lantai yang sangat dingin itu. Tiffany benar-benar menyesal karena lagi-lagi dirinya ceroboh.
Setelah membersihkan semuanya, Kriss pun segera ke kamar mandi, melepas kaosnya yang basah dan juga mencuci tangannya hingga bersih. Setelah itu Kriss pun keluar dan pergi ke kamarnya.
Tiffany yang melihat Kriss masuk dengan telanjang d**a tentu saja langsung bangun dan berdiri di depan almari, menghadang agar laki-laki itu tidak bisa mengambil pakaian ganti.
"Ayo tidur saja." Ajak Tiffany yang langsung saja menarik Kriss untuk tidur.
Kedua tidur berdampingan. Tiffany memutuskan untuk menggunakan lengan Kriss sebagai bantalan tidurnya. Tiffany menatap ke arah ketiak Kriss yang ditumbuhi oleh beberapa bulu halus, dan Tiffany tersenyum tipis saat melihatnya.
Tiffany memeluk tubuh Kriss untuk menggoda laki-laki itu, tangannya juga bergerak memainkan p****g milik Kriss yang terlihat jelas.
"Sudah lama kita tidak melakukannya." Ucap Tiffany memberitahu.
"Aku belum beli pengaman." Jawab Kriss memberitahu.
"Kan bisa keluar di luar, atau kalau kamu mau juga bisa keluar di dalam. Besok aku akan minum obat untuk mencegahnya." Kata Tiffany yang langsung saja membuat Kriss memiringkan tubuhnya dan menatap ke arah Tiffany yang tidur dengan menatap ke arahnya.
Kriss tidak tahu apa yang membuat wanita cantik dan juga putih itu menyukainya, bagaimanapun juga tidak ada hal dari dirinya yang menarik, kecuali wajah tampan yang ia miliki.
"Sepertinya aku harus mengubah rencananya." Ucap Kriss mengalihkan pembicaraan.
"Tentang bendungan itu lagi?" Tanya Tiffany dengan kesal.
Kriss menganggukkan kepalanya dan menatap lurus ke arah Tiffany yang memiliki bulu mata panjang dan juga lentik, bibirnya pun terlihat merah muda meskipun tidak menggunakan lipstik.
"Aku sudah tahu kunci pembukanya, aku pun juga tahu pintu keluarnya. Tapi aku belum tahu dimana tempat berkumpul makhluk-makhluk itu. Jika aku tahu, aku akan meletakkan botolnya di sana." Lanjut Kriss mengatakan rencananya.
Meskipun Kriss berbicara tentang rencana itu, mata Kriss tetap fokus pada hal-hal yang ada di tubuh Tiffany.
"Jadi, bisakah kamu membantuku? Buatkan aku ramuan untuk mengecilkan makhluk itu. Sehingga dia bisa masuk ke dalam jebakan yang aku buat." Tanya Kriss sembari menyentuh telinga Tiffany yang menggunakan anting panjang hari ini.
"Aku tidak mau melakukan apapun, kenapa aku harus melakukannya dan mengirim kamu kembali ke sana? Jangan harap." Jawab Tiffany yang langsung saja berbalik, tidur dengan membelakangi Kriss.
Kriss yang melihatnya tentu saja tersenyum tipis, Kriss menggerakkan lengannya untuk memeluk Tiffany dari belakang, Tiffany yang mendapatkan pelukan itu tentu saja tersenyum tipis. Tiffany membuka matanya lebar saat merasakan tangan Kriss menerobos masuk ke dalam kaosnya, mengelus perutnya yang rata.
"Kamu tidak menggunakan bra." Bisik Kriss bertepatan dengan tangannya yang sudah memegangi p******a milik Tiffany.
"Aku tidak memakainya karena akan pergi tidur." Jawab Tiffany dengan napas yang sudah terasa sesak.
Kriss membalikkan badan Tiffany, menyingkap kaos Tiffany hingga ke atas, memperlihatkan tubuh bagian atas milik Tiffany yang terlihat dengan jelas. Kriss menggerakkan kepalanya ke sana dan menikmatinya sendirian dengan rakus.
Malam itu keduanya kembali menyatu, suara desahannya pun terdengar saling bersahut-sahutan, hingga membuat dokter Anya yang ada di depan kamar Kriss terdiam dan memutuskan untuk membawa kembali makanan yang tadi sudah ia bungkuskan.