30

1006 Kata
Kriss mematikan komputernya dan menguap lebar. Hal itu tentu saja membuat Tiffany terdiam dan menatap ke arah laki-laki itu dengan bertanya-tanya. "Apakah sudah selesai?" Tanya Tiffany yang langsung saja dijawabi gelengan oleh Kriss. "Aku harus tidur, dari kemarin aku belum tidur sama sekali." Jawab Kriss yang langsung saja beranjak dari kursinya dan berjalan ke arah kasur lantainya berada. "Apakah aku salah dengar? Kamu yang sudah terbiasa tidak tidur mau tidur?" Tanya Tiffany tak percaya. Tiffany terus mengekor dan menatap ke arah Kriss yang sudah menjatuhkan tubuhnya di atas kasur lantai dengan mata terpejam. "Ini semua salah kamu karena membiarkanku mabuk," jawab Kriss dengan suara pelan. "Apakah kamu sudah makan?" Tanya Tiffany sembari melirik jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul sembilan pagi. "Aku tidak lapar." Jawab Kriss seadanya. "Pergilah sekarang! Aku akan tidur dengan nyenyak hari ini. Setelah itu aku akan mencoba memikirkan ulang untuk rencana selanjutnya." Ucap Kriss yang tentu saja membuat Tiffany menghela napasnya pelan. Meskipun begitu Tiffany memilih untuk menurut dan membiarkan Kriss tidur sendirian. "Aku akan kembali dengan makan siang nanti, kamu tidak boleh membiarkan perutmu kosong saat berpikir." Kata Tiffany yang tidak mendapatkan jawaban apapun dari Kriss. Tiffany pergi meninggalkan kamar Kriss dan berjalan pergi. Langkahnya terhenti saat lagi-lagi dirinya berpapasan dengan Anto yang tengah menatapnya tajam itu. "Kamu tidur di tempatnya lagi?" Tanya Anto yang masih tidak terima karena selama ini dirinya bahkan tidak bisa tidur dengan Tiffany. "Apakah kamu juga mengurus hal itu sekarang?" Balas Tiffany kembali bertanya. "Mau aku tidur di sana atau bahkan mati di sana kamu tidak perlu ikut campur, karena ini bukan urusan yang perlu campur tangan darimu." Lanjut Tiffany yang langsung saja kembali berjalan untuk pergi meninggalkan tempatnya. "Kamu bahkan membuangku setelah menemukan orang baru?" Tanya Anto tak percaya. "Tentu saja kamu merasa seperti itu karena kamu merasa terhianati. Aku yang bisa tidur dengan Kriss dan tidak dengan kamu yang sudah lama bersamaku, bukankah seperti itu?" Balas Tiffany lagi. Setelah mengatakan itu Tiffany benar-benar pergi dan membuat Anto terdiam dan tidak bisa mengatakan apa-apa. Anto pikir dirinya akan diam saja, tapi Anto tidak bisa mati penasaran seperti itu. Anto berjalan ke arah kamar Kriss dan menerobos masuk ke dalam kamar yang tidak pernah dikunci itu. Anto terdiam, menatap ke arah Kriss yang masih tidur dengan celana kolor dan juga bagian atas yang telanjang. "Kamu benar-benar tidur dengannya?" Tanya Anto sembari menendang kaki Kriss. Kriss membuka matanya pelan, merasa malas karena laki-laki tidurnya terganggu hanya karena kedekatannya dengan Tiffany. "Hei!! Aku bertanya padamu, kamu benar-benar tidur dengannya?" Tanya Anto lagi dengan kaki yang kembali menendang Kriss. "Tidakkah matamu masih berfungsi? Jika penasaran kenapa tidak mengintip saja malam nanti?" Jawab Kriss yang sudah kesal karena tidurnya terganggu. Mendengar hal itu tentu saja Anto marah. Anto berjalan meninggalkan Kriss dan menatap ke arah tas laki-laki itu dengan kesal. Anto menendang tas itu hingga kertas-kertas yang ada di atasnya berceceran, setelah itu Anto benar-benar keluar dari kamar Kriss dan pergi. *** Tiffany masuk ke dalam ruangan dokter Anya dengan langkah pelan. Melihat dokter Anya bersama orang lain tentu saja membuat Tiffany diam dan menunggu. Hingga akhirnya orang itu pergi dan meninggalkan dirinya sendirian dengan dokter Anya. "Apakah anda tidak mendapatkan libur?" Tanya Tiffany sedikit prihatin. Dokter Anya melepaskan kacamata yang dipakainya dan berjalan menghampiri Tiffany yang terlihat sedikit bosan itu. "Tentu saja dapat, setiap weekend aku bisa libur dan juga bekerja. Hanya saja karena aku tidak tahu kapan mereka akan sakit, aku memutuskan untuk tetap menerima pasien meskipun weekend." Jawab dokter Anya memberitahu. "Tumben datang? Apakah Kriss tidak menyambutmu?" Tanya dokter Anya yang sudah tahu bagaimana tabiat Tiffany. Tiffany akan datang ke tempatnya saat Kriss tidak ada di tempatnya atau sibuk dengan gamenya, dan hal itu dimulai sejak dirinya mulai dekat dengan Tiffany dan juga Kriss. "Kriss langsung mematikan komputernya dan beranjak tidur begitu aku datang. Dia bilang dari kemarin sudah begadang dan memikirkan tentang kelanjutan penelitiannya itu." Jawab Tiffany memberitahu. "Padahal dia terbiasa tidak tidur, tapi kenapa dia tiba-tiba mengantuk hanya karena begadang semalaman?" Kesal Tiffany yang tentu saja membuat dokter Anya tertawa saat mendengarnya. "Bukan hanya itu, dia juga menyalahkanku karena sudah mengajaknya minum. Jika aku tahu minum membuatnya molor seperti itu tentu saja aku tidak akan mengajaknya." Lanjut Tiffany lagi yang masih di dengarkan oleh dokter Anya. "Jika kamu menyukainya kenapa tidak mengajaknya berkencan?" Tanya dokter Anya yang langsung saja membuat Tiffany diam saat mendengarnya. "Dia bahkan menolak ajakan tidur dariku, apakah masuk akal jika dia mau berkencan denganku?" Jawab Tiffany sedikit frustasi. "Seharusnya aku memperkosanya kan? Dia benar-benar sangat kolot, sayang sekali dengan wajah tampan dan juga badan kurus berototnya itu." Lanjut Tiffany mengeluh lagi. "Bagaimana menurut dokter Anya? Dia akan bertahan lama saat bermain bukan? Setidaknya paling cepat tiga puluh menit?" Tanya Tiffany yang sudah membuat wajah dokter Anya memerah karena memikirkan hal itu. Tiffany terdiam, menatap ke arah dokter Anya yang terlihat memerah hanya karena apa yang ia katakan. "Ah benar! Aku membicarakan hal seperti ini pada orang yang salah." Gumam Tiffany yang langsung saja membuat dokter Anya semakin malu. "Kenapa dokter Anya tidak melakukannya? Apakah pacar dokter Anya tidak memaksa dokter Anya?" Tanya Tiffany penasaran. "Tentu saja dia memaksa, tapi karena aku hanya di sini-sini saja, dia tidak bisa melakukan hal lebih selain mencium dan meraba." Jawab dokter Anya dengan suara pelan. "Apakah kamu juga sudah pernah melakukannya?" Tanya dokter Anya penasaran. "Tentu saja, rasanya benar-benar berbeda saat kita melakukannya dengan orang yang berbeda juga." Jawab Tiffany memberitahu. "Ada beberapa panjang dan ukuran yang berbeda, lalu durasi juga mempengaruhi." Lanjut Tiffany menjelaskan. "Kamu sudah menemui berapa bentuk?" Tanya dokter Anya yang langsung saja membuat Tiffany tertawa saat mendengarnya. "Aku sendiri tidak yakin, tapi dibandingkan yang lainnya aku lebih penasaran dengan milik Kriss, itu benar-benar terlihat besar." Jawab Tiffany yang langsung saja membuat dokter Anya memperlihatkan wajah datarnya. "Kalian kan sudah sering tidur bersama, kenapa kamu tidak mencoba untuk melihatnya saat dia tidur? Mungkin saja itu mengobati rasa penasaran itu." Ucap dokter Anya menyarankan. "Ah, kenapa aku tidak pernah berpikir soal itu?" Balas Tiffany yang langsung saja membuat dokter Anya tertawa saat mendengarnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN