31

1068 Kata
Siangnya, Tiffany berjalan ke arah kamar Kriss dengan membawa makan siang yang tadi ia beli dari luar bersama dengan dokter Anya. Tiffany masuk begitu saja ke kamar Kriss seperti biasa. Melihat Kriss yang masih tidur dengan nyenyak tentu saja membuat Tiffany ingat dengan apa yang dikatakan oleh dokter Anya tadi. Tiffany meletakkan bungkusan makanan dan berjalan menghampiri Kriss dengan langkah pelan. "Ada apa?" Tanya Kriss yang langsung saja membuat Tiffany terkejut dan melotot ke arah Kriss yang sudah membuka matanya lebar. "Apakah kamu berniat untuk melakukan hal c***l?" Tanya Kriss yang langsung saja membuat bibir Tiffany manyun ke depan karena kesal. "Lagipula apa salahnya? Aku hanya ingin melihat bentuknya." Balas Tiffany dengan sedikit kesal. "Mulai sekarang jangan datang sembarangan ke kamarku, dan juga jangan lakukan hal-hal c***l yang ada di pikiranmu." Kata Kriss mengingatkan sembari bangun dan mengambil kaosnya. "Memangnya kenapa? Kamu akan memperkosaku jika aku melakukannya?" Balas Tiffany dengan entengnya. Kriss yang mendengarnya tentu saja langsung menatap ke arah pintu. Kriss ingat, pintunya tidak pernah terkunci, selain itu juga tidak kedap suara. Pasti akan banyak orang yang mendengar jika dirinya melakukan hal itu. Apalagi Tiffany tipikal wanita yang berisik. "Aku tidak akan melakukannya." Jawab Kriss yang langsung saja beranjak bangun dan menghampiri bungkusan yang tadi diletakkan oleh Tiffany. Kriss membuka bungkusan itu dan mulai memakannya tanpa permisi. "Kamu sudah makan siang kan?" Tanya Kriss sembari menoleh ke arah Tiffany yang menganggukkan kepalanya malas. Tiffany tidak tahu sebenarnya ada apa dalam diri Kriss, tapi yang pasti, Tiffany sangat penasaran dan ingin mencobanya. "Kalau begitu biarkan aku melihat milikmu sekali saja, biar aku berhenti penasaran." Kata Tiffany yang langsung saja membuat Kriss menghentikan kunyahannya. "Jika kamu melihatnya kamu akan makin penasaran, kamu pasti akan berpikir bahwa caranya agar aku bisa tidur dengannya, dan lain-lain." Kata Kriss lagi yang langsung saja membuat Tiffany menghela napasnya lelah. Deringan ponsel yang terdengar membuat Kriss beranjak bangun dan berjalan mengambil ponselnya. Kriss terdiam sejenak, menatap ke arah mama dokter Anya yang ada di layar ponselnya. Kriss benar-benar tidak ingat jika dirinya memiliki nomor dokter Anya. "Ya?" Jawab Kriss begitu panggilan telponnya tersambung. "Sayang, bisakah kamu datang?" Pertanyaan dari dokter Anya dan juga panggilan itu membuat Kriss sadar dan mengapit telponnya diantara bahu dan kepalanya. Kriss berjalan mengambil minum dan mencuci tangannya dengan cepat. "Di mana?" Tanya Kriss dengan suara pelan. Karena tidak kunjung mendapat jawaban, tentu saja Kriss langsung berjalan keluar dari kamar. Meninggalkan Tiffany yang ikut bangun dan berlari untuk mengejar langkah Kriss. Kriss masuk ke dalam ruangan dokter Anya dan menatap ke arah laki-laki yang tidak lain tidak bukan adalah mantan pacar dokter Anya. "Sayang! Kamu sudah datang?" Seru dokter Anya yang langsung saja berlari menghampiri Kriss dan memegangi lengan Kriss dengan tangan gemetaran. "Ada apa?" Tanya Kriss pelan. "Jadi kamu yang tidur dengannya?" Tanya laki-laki itu bertepatan dengan Tiffany yang masuk ke ruangan dokter Anya. "Kenapa? Kamu penasaran lagi? Berapa kali kita melakukannya setelah hari itu?" Balas Kriss yang langsung saja membuat Tiffany terdiam. "Apakah kamu tahu? Aku memiliki potret tubuh telanjang jalangmu itu. Jika kamu tidak melepaskannya sekarang, kamu pasti akan menyesal." Ucap laki-laki itu lagi. "Itu hanya sebuah potret, memangnya siapa yang peduli? Kamu bahkan c**i dengan potret itu, itu sebabnya kamu masih menyimpannya, bukankah seperti itu?" Balas Kriss sembari melepaskan tangan dokter Anya dan merangkulnya untuk menenangkan tubuh dokter Anya yang gemetar ketakutan. "Sial!!" Maki laki-laki itu yang langsung saja pergi begitu saja. "Jika aku melihatmu lagi, kamu tidak akan bisa lari lagi." Ancam laki-laki itu yang tentu saja membuat dokter Anya takut. "Kalian pacaran?" Tanya Tiffany begitu laki-laki itu pergi meninggalkan ruangan dokter Anya. Kriss tidak mendengarkan dan memilih untuk menenangkan dokter Anya yang terlihat semakin ketakutan. "Istirahatlah dulu," kata Kriss dengan suara pelan. Kriss membawa dokter Anya ke arah kamarnya yang juga berada di ruangan itu. Tiffany sendiri tentu saja hanya diam, tidak bisa berkata-kata lagi. Di dalam kamar, Kriss menidurkan dokter Anya dengan hati-hati, setelah itu Kriss juga menyelimuti tubuh dokter Anya. "Terima kasih sudah membantu." Ucap dokter Anya berterima kasih. Kriss hanya menganggukkan kepalanya dan memilih untuk tidak mengatakan apapun lagi. "Tiffany, jangan biarkan dia salah paham." Ucap dokter Anya lagi. Kriss memilih untuk pergi mengisi gelas kosong dengan air putih, setelah menyediakannya di nakas, Kriss pun langsung keluar dari kamar itu tanpa mengatakan apa-apa lagi. Kriss menghentikan langkahnya, menatap ke arah Tiffany yang menatapnya dengan tatapan yang tajam. Kriss menelan ludahnya sendiri dan memilih untuk kembali berjalan. "Katakan padaku, kamu tidur dengan dokter Anya?" Tanya Tiffany begitu Kriss berada di sampingnya. "Tidak," jawab Kriss dengan cepat. Setelah itu Kriss pun pergi, meninggalkan Tiffany yang masih tidak percaya. "KENAPA KAMU TAHU LETAK KAMAR DOKTER ANYA JIKA KAMU TIDAK TIDUR DENGANNYA?" tanya Tiffany lagi. Anto yang kebetulan di luar kamar tentu saja mendengarnya. Karena hal itu Anto semakin membenci Kriss karena Kriss bahkan tidak hanya tidur dengan Tiffany tapi juga dengan dokter Anya yang sama-sama cantik itu. "Dia memberitahuku, apakah sudah cukup?" Balas Kriss lagi sembari menghentikan langkahnya dan menatap ke arah Tiffany yang terkejut karena Kriss tiba-tiba menghentikan langkahnya. "Berhenti terlihat menyedihkan." Ucap Kriss yang langsung saja membuat Tiffany terdiam dan menelan ludahnya. Tiffany sakit hati saat mendengarnya, memangnya apa yang salah? Dirinya hanya tertarik pada laki-laki itu, tapi kenapa dirinya harus mendapatkan penghinaan seperti ini. "Kembali ke kamarmu, dan datang padaku jika kamu sudah tenang. Aku tidak terbiasa bicara dengan wanita yang merajuk seperti ini." Lanjut Kriss lagi yang langsung saja pergi meninggalkan Tiffany. Tiffany memijit kepalanya pelan dan berlari untuk mengejar langkah kaki Kriss. Tepat di depan kamarnya, Tiffany menghentikan langkahnya kaki Kriss. "Masuk ke kamarku dan jelaskan semuanya." Kata Tiffany sembari menunjuk ke arah kamarnya. Kriss menyeringai saat mendengarnya. Kriss benar-benar tidak tahu dengan apa yang ada di kepala wanita itu. "Kamu ingin aku menjelaskan dengan tubuhku atau mulutku? Kenapa aku harus masuk ke kamarmu yang terkunci rapat dan juga kedap suara?" Tanya Kriss yang langsung saja membuat Tiffany terdiam. Tiffany merasa kesal karena Kriss bahkan juga bisa membaca apa yang ada dipikirannya. "Memangnya apa yang salah? Kamu juga sudah tidur dengan dokter Anya di kamarnya, lalu apa yang berbeda jika kita juga melakukannya di kamarku?" Balas Tiffany yang langsung saja membuat Kriss menggelengkan kepalanya tak percaya. Kriss menatap ke arah Anto yang terlihat sangat marah dengan apa yang ia dengar. "Buka pintunya." Kata Kriss memberikan perintah. Mendengar hal itu tentu saja Tiffany langsung beranjak dan membuka pintunya dengan cepat, setelah terbuka Tiffany langsung saja mempersilahkan Kriss masuk ke dalam.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN