"Ekhem!"
Suara yang terdengar membuat Tiffany menoleh ke belakang, menatap ke arah papanya yang ternyata juga ada di dalam mobil yang sama dengan Kriss.
"Kenapa papa mengikuti Kriss? Apakah papa takut kriss akan membawa kabur mobil Tiffany?" Tanya Tiffany tak percaya pada papanya yang bersikap terlalu berlebihan pada Kriss.
"Apakah kamu lebih mengkhawatirkan dia daripada papa dan juga mobil kamu?" Tanya papanya yang langsung saja membuat Tiffany menatap lurus ke arah papanya.
"Papa punya banyak orang yang bisa melindungi, tapi Kriss tidak punya. Untuk itu Tiffany tetap memilih Kriss bagaimanapun keadaannya." Jawab Tiffany dengan sungguh-sungguh.
Tiffany menarik Kriss keluar dari mobil dan mengajaknya masuk lebih dulu, membiarkan papanya yang masih ada di dalam mobil sendirian.
Papa Tiffany hanya diam sejenak, melihat bagaimana sikap putrinya tentu saja ia sadar tentang apa yang sudah ia lakukan sebelumnya. Dirinya selalu merenggut orang-orang yang menemani putrinya, dan sekarang putrinya melindungi orang yang ia anggap penting dalam hidupnya. Papa Tiffany menyukai hal itu, tapi dalam keadaan sadar, dirinya masih tidak menyukainya.
Papa Tiffany turun dari mobil dan berjalan ke arah kamar tidur putrinya. Begitu masuk, papa Tiffany segera menatap ke arah siapa saja yang ada di dalamnya. Selain putrinya dana juga Kriss, masih ada dokter Anya yang juga sedang menikmati makan malam bersama.
Dokter Anya segera bangun dan memberikan salam. Hal itu membuat papa Tiffany segera meminta wanita itu meneruskan kembali makannya dan mengabaikan keberadaannya.
"Kalian makan bertiga? Papa pikir hanya berdua." Ucap papa Tiffany bersuara.
"Sekarang di kamar ini ada empat orang, jika papa ingin bergabung maka papa bisa duduk di sini." Kata Tiffany yang langsung saja menatap ke arah papanya dalam diam.
Tiffany tahu, papanya tidak akan mau duduk di atas lantai hanya untuk makan bersama dengan dirinya dan juga yang lainnya.
Tidak seperti apa yang dipikirkan oleh Tiffany, papanya benar-benar duduk di atas lantai dan bergabung untuk makan bersama.
Kriss menggeser makanan yang belum disentuh siapapun ke arah papa Tiffany, bagaimanapun juga dirinya masih harus menghormati orang yang lebih tua dengan tidak memberikan makanan sisa untuknya.
Tiffany menatap ke arah Kriss yang menggeser makanan untuk papanya. Tiffany tahu Kriss sangat baik, tapi Kriss terlalu berlebihan karena melakukan hal itu pada orang yang sudah membencinya.
"Anda bisa memakannya selagi hangat." Kata Kriss sembari meletakkan sendok dan sumpit di depan papa Tiffany. Tidak lupa Kriss juga memberikan tisu karena siapa tahu papa Tiffany sangat anti dengan sentuhan orang lain.
"Dengan memakan itu, papa harus ingat jika papa pernah memakan sesuatu dari hasil keringat Kriss." Kata Tiffany mengingatnya papanya.
"Tidak ada yang seperti itu, silahkan anda makan dengan nyaman." Sela Kriss dengan cepat.
Kriss meletakkan ayam goreng di atas wadah Tiffany dan meminta wanita itu berhenti bicara dan makan lagi. Sedangkan dokter Anya hanya bisa makan dalam diam karena tidak ingin ikut dalam perdebatan yang berlangsung.
Setelah selesai makan, Kriss segera mencuci tangannya ke dalam kamar mandi. Diikuti oleh Tiffany yang juga menyusul dengan pintu kamar mandi yang terkunci.
"Mereka tidak akan berani melakukan sesuatu kok pak." Ucap dokter Anya antisipasi.
"Memangnya kenapa? Mungkin mereka mencari suasana baru." Balas papa Tiffany dengan tenang.
Tidak lama kemudian Tiffany dan Kriss keluar secara bersamaan. Kriss menatap ke arah bungkus makanan yang belum dibereskan. Kriss segera menghampiri dan membereskan semuanya hingga bersih.
"Aku bisa membersihkan milikku sendiri." Kata dokter Anya menolak data Kriss juga ingat membuang bekas makannya.
"Tidak apa-apa, dokter Anya bisa segera meminum obatnya dan istirahat. Aku juga sekalian keluar untuk kembali ke kamar." Kata Kriss memberitahu.
"Kamu sudah mau kembali ke kamar?" Tanya papa Tiffany tak percaya.
"Saya juga harus istirahat karena besok masih harus bekerja." Jawab Kriss dengan cepat.
Kriss membereskan sisanya dan segera beranjak keluar, tidak lupa dirinya juga berpesan pada Tiffany untuk tidur dengan nyenyak. Tiffany tentu saja menganggukkan kepalanya, setelah itu Tiffany memutuskan untuk meminum vitaminnya dan duduk untuk berbicara dengan papanya. Sedangkan dokter Anya baru masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan tangannya.
"Apakah papa terkejut?" Tanya Tiffany pelan.
"Kriss tidak pernah sengaja berlama-lama di kamar Tiffany. Dia lebih suka tidur daripada suka dengan Tiffany." Kata Tiffany memberitahu papanya.
"Semua yang dikatakan dia memang benar, Tiffanylah yang menggoda Kriss, jadi papa jangan berani-berani untuk menyakiti dia. Karena jika papa melakukannya maka papa juga siap untuk kehilangan Tiffany." Lanjut Tiffany kembali mengingatkan papanya perihal papanya yang tidak ia perbolehkan untuk menyentuh Kriss.
Papanya tentu saja hanya diam dan mendengarkan. Seperti biasanya, papanya tidak memperlihatkan ekspresi tertentu. Papanya sudah sangat baik dalam berbisnis, dia bahkan hanya menggunakan satu ekspresi yang sama hingga membuat lawan bicaranya tidak tahu tentang apa yang dipikirkan.
Tiffany menatap lurus ke arah papanya dan tersenyum tipis. Kalaupun Kriss berniat untuk menghancurkan tempat ini, Tiffany akan mendukungnya." Kata Tiffany yang tentu saja membuat papanya menggerakkan bola matanya.
"Papa membangun tempat ini karena kamu menginginkannya, lalu apakah kamu berniat menghancurkannya hanya karena seorang laki-laki?" Tanya papanya yang langsung saja membuat Tiffany tersenyum saat mendengarnya.
"Dia bukan hanya seorang laki-laki bagi Tiffany. Dia orang penting karena bisa membuat Tiffany bercerita tentang apa saja yang sudah Tiffany alami selama ini. Berbeda dengan laki-laki lainnya, Tiffany benar-benar bergantung padanya yang tidak punya apa-apa untuk dibanggakan." Jawab Tiffany memberitahu.
"Lihatlah, Tiffany bahkan jarang mengeluarkan uang dan mengandalkan orang miskin sepertinya. Apakah papa tahu artinya? Tiffany bisa pergi bersamanya kapan saja saat Tiffany mau." Lanjut Tiffany yang langsung saja membuat papanya semakin diam saat mendengarnya.
Dirinya tidak pernah berpikir jika putrinya akan mengatakan hal itu, berpikir untuk meninggalkan dirinya dan pergi dengan seseorang yang baru saja membuat putrinya tenang.
"Semua hal membutuhkan uang, kamu pikir kamu bisa bertahan hanya karena kamu bisa menahan belanja barang mewah dan yang lainnya?" Ucap papanya dengan sedikit meninggikan suaranya.
Dokter Anya yang masih ada di dalam kamar mandi tentu saja tidak berani keluar dan menyela perbincangan yang berlangsung.
"Tiffany bisa makan mie instan yang harganya kurang dari lima ribu rupiah. Lalu Tiffany juga bisa berjalan lama tanpa mengeluh. Tiffany benar-benar bisa melakukan semuanya saat bersama Kriss, jadi papa jangan meremehkan dia. Karena dia punya banyak hal yang dapat mengajarkan Tiffany menjadi lebih mandiri dan tidak bergantung pada hasil jerih payah yang papa hasilkan selama ini."
"Karena dari awal Tiffany juga tidak menyukainya." Lanjut Tiffany yang langsung saja membuat papanya terdiam saat mendengarnya.
"Jika papa sudah selesai, papa bisa keluar. Papa membuat Tiffany dan dokter Anya tidak nyaman." Kata Tiffany meminta papanya untuk segera keluar.