84

1022 Kata
Selesai mandi, Kriss menatap ke arah kunci mobil milik Tiffany yang sengaja ditinggal di tempatnya. Kriss tahu Tiffany sangat mempercayai dirinya, tapi dirinya pun merasa ini sedikit berlebihan. Untuk itu Kriss berpikir untuk membeli mobil murah setelah dirinya memiliki uang yang cukup, setidaknya nanti dirinya juga membutuhkan mobil itu untuk mengangkut orang yang ingin ia habisi. Kriss mengganti pakaiannya dengan cepat, setelah itu dirinya pergi untuk mengambil dompetnya, setelah itu dirinya memutuskan untuk segera pergi dengan membawa mobil milik Tiffany. Selama perjalanan, Kriss cukup menikmatinya karena jalanan hari ini cukup lenggang, tidak seperti saat weekend yang sangat ramai hingga terkadang macet. Tujuan Kriss saat ini adalah resto yang bisanya menjadi favorit Tiffany, meskipun harganya sedikit mahal, tapi Kriss suka saat melihat Tiffany makan dengan lahap. Belum lagi dengan dokter Anya yang sedang mengandung. Tidak masalah jika dokter Anya tidak makan banyak, karena dia pasti juga sedang nyidam dimana malas makan karena keseringan muntah-muntah. Setelah sampai di restoran, Kriss segera mencari parkiran dan turun. Dirinya berlari masuk dan memesannya dengan cepat. Sembari menunggu, Kriss memainkan ponselnya untuk mengecek kabar terkait bendungan anastasius yang belum pernah lagi ia lihat sebelumnya. Tidak ada kabar yang penting, kecuali air yang sudah mulai surut. Disaat hampir beberapa rumah terdekat tergenang air, rumah milik nenek itu tidak tergenang sama sekali. Seolah-olah airnya terus mengalir turun dan tidak akan bisa menggenangi rumah itu. Kriss ingin heran, tapi dirinya tidak bisa melakukannya karena dirinya juga tahu jika rumah itu adalah goa gaib yang ada di sekitar bendungan. Lebih dari lima belas menit Kriss menunggu, hingga akhirnya panggilan dari Tiffany masuk dan membuat Kriss segera menerimanya dengan cepat. Belum sempat Kriss berbicara, Kriss sudah menemukan alasan kenapa Tiffany menghubungi dirinya dan mengkhawatirkan dirinya lagi. "Ya?" Tanya Kriss pelan. "Apakah kamu ke restoran biasanya?" Tanya Tiffany dengan cepat. "Iya, apakah kamu ingin sesuatu dari tempat lain?" Jawab Kriss sembari bertanya. "Papa melihat mobilku, dia bertanya aku ada di mana, lalu aku menjawab jika kamu yang datang ke sana." Kata Tiffany memberitahu. "Ah, aku sudah bertemu." Jawab Kriss memberitahu. "Apakah kamu ingin makan sesuatu dari tempat lain? Aku akan membelikannya nanti." Tanya Kriss mengulangi. "Segeralah pulang jika sudah menerima pesanan, jangan terluka sedikitpun!" Pinta Tiffany dengan tegas. "Aku tahu, aku bisa menjaga diriku sendiri. Kalau begitu istirahatlah!" Jawab Kriss sembari mengakhiri panggilan teleponnya. Kriss meletakkan ponselnya dan menatap ke arah papa Tiffany yang duduk di depannya. "Aku pikir aku akan bertemu putriku di sini, tapi ternyata orang lain." Ucap papa Tiffany yang hanya dibalas senyuman tipis oleh Kriss. "Anda pasti sangat sibuk, jadi silahkan cari tempat yang nyaman. Karena saya tahu anda tidak akan nyaman jika melihat wajah saya." Kata Kriss terang-terangan. Papa Tiffany yang mendengarnya tentu saja tidak percaya, bagaimana bisa putrinya menyukai laki-laki seperti ini. Tidak masalah jika dia memiliki kepribadian yang baik, tapi ini benar-benar buruk. "Apakah kamu menguasai mobil milik Tiffany?" Tanya papa Tiffany pelan. "Saya bahkan mendapatkan tawaran mobil baru, jadi kenapa saya menolaknya?" Jawab Kriss memberitahu. Papa Tiffany yang mendengarnya tentu saja tidak terkejut. Putrinya terlalu baik dan juga terlalu peduli dengan laki-laki yang ia sukai. Ini bukanlah yang pertama, jadi papa Tiffany mempercayai hal itu. Bukan hanya mobil, tempat tinggal pun jika laki-laki di depannya mau, putrinya pasti akan memberikannya. Dirinya tidak pernah menyalahkan putrinya, karena dirinya tahu itu semua karena salahnya sendiri. Dirinya terlalu senang mencari harta hingga membuat orang yang mendekati putrinya tidak pernah tulus dan hanya memanfaatkan putrinya. "Kenapa menolak?" Tanya papa Tiffany pemasaran. "Karena saya ingin menolaknya, apakah itu tidak cukup?" Jawab Kriss dengan entengnya. "Maaf, saya akan pergi dulu karena pesanan sudah siap. Putri anda meminta saya untuk segera kembali setelah pesanan selesai." Kata Kriss yang langsung saja beranjak bangun dan berjalan ke arah kasir untuk membayarnya. Papa Tiffany terus memperhatikan hal itu dengan baik, melihat Kriss yang mengeluarkan dompetnya sendiri tentu saja membuat papa Tiffany tahu jika laki-laki itu tidak memakai uang putrinya untuk membeli makanan untuk putrinya. Papa Tiffany ikut bangun dan membuat supirnya juga bangun dan ingin mengikutinya. "Kamu bungkus saja makanan yang sudah saya pesan, lalu datanglah ke laboratorium." Kata papa Tiffany memberikan perintah. Sedangkan dirinya sendiri langsung pergi untuk mengikuti langkah Kriss. Papa Tiffany masuk ke dalam mobil dan membuat Kriss menoleh ke belakang untuk melihatnya. "Ak mu akan ikut ke tempat Tiffany, jadi jalankan mobilnya." Kata papa Tiffany memberikan perintah. Kriss segera mengemudikan mobilnya dengan kecepatan rata-rata, dirinya memutuskan untuk fokus pada jalanan dibandingkan dengan papa Tiffany yang terlihat terus memperhatikan gerak-geriknya. "Dimana tempat asalmu?" Tanya papa Tiffany bertanya. "Tempat sampah." Jawab Kriss memberitahu. Papa Tiffany yang mendengarnya tentu saja langsung diam, dirinya harus menahan amarah agar tujuan membuat putrinya kesal nanti. "Apakah itu yang kamu katakan pada Tiffany? Bukankah dia akan jijik jika mendengarnya?" Tanya papa Tiffany sedikit kesal. "Putri anda bahkan tidak menanyakan hal itu, karena dia bukanlah pegawai negeri yang harus menanyakan hal seperti itu." Jawab Kriss sedikit menohok. "Jadi kamu pikir aku sedang melakukan sensus penduduk?" Tanya papa Tiffany tak percaya saat mendengarnya. "Saya tidak mengatakannya seperti itu, anda sendiri yang mengatakannya." Jawab Kriss dengan tenang. Papa Tiffany yang mendengarnya tentu saja semakin tidak percaya. Baru kali ini dirinya bertemu dengan orang yang sangat menyebalkan. Sangat mudah jika laki-laki itu tidak menghormati dirinya, tapi dia masih menghormati dirinya dengan baik. Selain itu laki-laki itu juga berbicara dengan baik, tapi dalam kata-katanya itu penuh dengan kalimat yang membuatnya kesal. "Selain wajahmu, apa yang kamu banggakan?" Tanya papa Tiffany lagi, tidak ingin menyerah begitu saja. "Tidak ada, karena suara tidak suka berjuang. Jika bukan karena uang saya akan lebih memilih untuk tidur dibandingkan dengan bekerja." Jawab Kriss memberitahu. "Jika anda ingin menjauhkan Tiffany dari saya, maka segera lakukanlah. Karena saya tidak akan tanggung jawab jika sesuatu terjadi pada Tiffany kedepannya karena saya." Ucap Kriss mengingatkan. Kriss membelokkan mobilnya ke arah laboratorium dan memarkirkannya dengan rapi. Suara langkah kaki yang terdengar membuat Kriss menoleh. Pintu sampingnya terbuka dan memperlihatkan Tiffany yang terlihat mengkhawatirkan dirinya. "Apakah kamu baik-baik saja? Papa tidak menyentuh kamu bukan?" Tanya Tiffany yang langsung saja mengecek tubuh Kriss dengan teliti, mulai dari depan hingga belakang, dirinya benar-benar tidak menyadari keberadaan papanya yang juga ada di dalam mobil yang sama dengan Kriss.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN