83

1027 Kata
Hari-hari berlalu seperti biasanya. Semua orang sibuk menyuarakan pendapat baru untuk penelitian selanjutnya. Setelah penelitian sebelumnya benar-benar sudah berhasil dan juga sudah mendapatkan izin edar. Kriss hanya diam, menatap ke arah orang-orang yang terlihat semangat untuk mendapatkan ide. Hal ini sudah berlangsung dari kemarin, dan Kriss hanya diam menyimaknya saja. Kriss menatap ke arah pengawas yang pernah memukul dirinya hingga babak belur. Matanya terus menatap ke arah orang itu dengan tatapan penuh permusuhan. Jika saja tidak ada bencana di bendungan anastasius, dirinya pasti sudah ke sana dan mencoba penemuan barunya untuk menangkap makhluk itu. "Apakah kamu ada masalah?" Tanya Tiffany yang baru saja bisa keluar dari kerumunan saat bell istirahat berbunyi. Menandakan jika semua orang sudah boleh meninggalkan lab dan pergi makan. "Tidak! Aku hanya berpikir sejenak." Jawab Kriss berbohong. "Ayo ke kantin untuk makan siang." Ajak Tiffany yang langsung saja dijawabi anggukan oleh Kriss. Keduanya berjalan ke arah kantin dan sudah ada dokter Anya yang menunggu di sana. Tiffany segera mengambil makanan yang ingin ia makan dan pergi menghampiri dokter Anya yang duduk sendirian. "Tumben sekali dokter Anya sendiri?" Tanya Tiffany penasaran. "Mas Heri ada tugas di luar kota. Aku juga memutuskan untuk tidur di sini saja." Jawab dokter Anya memberitahu. "Bagaimana kalau tidur di kamarku?" Tanya Tiffany yang langsung saja membuat dokter Anya menoleh ke arah Kriss yang baru saja duduk. "Tidak mengganggu kalian?" Tanya dokter Anya pelan. "Kita punya kamar masing-masing." Jawab Kriss yang langsung saja membuat Tiffany menoleh dengan kesal. Seperti dugaannya, Kriss tidak akan mengatakan apa-apa untuk mempertahankan dirinya. Tapi memang benar jika Kriss tidak pernah memaksa dirinya untuk tidur bersama, hanya saja Kriss selalu menerima jika dirinya berniat untuk tidur bersamanya. "Tapi akan lebih baik jika dokter Anya berpikir ulang, takutnya nanti perut dokter Anya kesenggol." Kata Kriss memperingatkan. "Aku tidurnya nggak polah ya Kriss." Ucap Tiffany dengan sedikit kesal dan nyolot. "Tetap saja, dokter Anya sedang hamil." Jawab Kriss dengan pelan. "Baiklah, kalau begitu ayo tidur bersama." Kata dokter Anya pada akhirnya. Kriss segera melirik ke arah dokter Anya yang saat ini juga menatap ke arahnya. "Aku juga pasti tidak akan bisa tidur karena khawatir, mas Heri pergi untuk pekerjaannya, tapi pekerjaan dia kan tidak seperti orang pada umumnya." Kata dokter Anya memberitahu. "Kakakku sangat kuat, jadi dokter Anya tidak perlu khawatir. Dia akan kembali lebih cepat daripada yang dijadwalkan." Balas Tiffany memberitahu. "Terkadang, kak Heri ikut karena tugasnya hanya memberikan komando untuk anak buahnya, dia tidak melakukan apa-apa." Lanjut Tiffany memberitahu. "Dia sudah mengatakannya, tapi aku masih khawatir." Jawab dokter Anya pelan. "Wajar sih, namanya juga suami." Balas Kriss dengan pelan. "Kalian makanlah dengan lahap, setelah ini istirahatlah yang cukup sebelum akhirnya kembali bekerja." Kata Kriss memberitahu. Semuanya tentu saja setuju. Kriss dan dokter Anya makan dengan lahap seperti yang diperintahkan, setelah selesai makan Tiffany memutuskan untuk istirahat di ruangan dokter Anya, sekalian meminta vitamin. Kriss juga mengikuti dua orang itu dan berbaring di atas sofa. "Apakah dia masih suka begadang?" Tanya dokter Anya tentang kebiasaan begadang yang dilakukan Kriss untuk penelitian pribadinya. "Sudah sedikit berkurang, tapi pada dasarnya dia memang suka tidur jadi ya gitu." Jawab Tiffany dengan tenang. "Iya sih, seharusnya dia juga minum vitamin. Tapi setiap datang dia hanya meminta Vitamin untuk kamu saja." Kata dokter Anya memberitahu. "Sayang sekali tidak bisa dimiliki." Ucap Tiffany sedikit mengeluh. "Aku mendengar semuanya, jadi berhenti membicarakan aku." Kata Kriss bersuara. Dokter Anya yang mendengarnya tentu saja hanya tersenyum lebar. Sangat beruntung bagi siapa saja yang bisa mendapatkan Kriss yang perhatian. Coba saja dia tidak terikat dengan takdir, mungkin dia akan bersama Tiffany. Tidak lama kemudian, bell jam istirahat berakhir membuat Kriss dan Tiffany segera beranjak untuk pergi. Dokter Anya melambaikan tangannya dan membiarkan kedua temannya itu pergi meninggalkan tempatnya. Setelah sendirian, dokter Anya pun hanya bisa menjatuhkan kepalanya di atas meja dan memejamkan matanya sebentar. Hari ini sepi pengunjung jadi dirinya cukup bosan karena hanya diam saja. Saat waktu kerja habis, Tiffany berjalan ke arah ruangan dokter Anya untuk mengajaknya pergi. Namun Tiffany menurun untuk menunggu sebentar karena dokter Anya ada pasien. "Ayo kita pergi!" Ajak Tiffany setelah melihat pasien dokter Anya pergi. Dokter Anya pun menganggukkan kepalanya dan beranjak bangun dari duduknya. Pekerjaannya lebih ringan dari sebelumnya. Dulu dirinya bekerja 24 jam, tapi kali ini dirinya bekerja sampai pada batas waktunya saja. Tiffany dan dokter Anya berjalan beriringan, membuat Kriss yang menunggu hanya tersenyum tipis saat melihatnya. "Kalian ingin makan apa untuk makan malam? Aku akan membelikannya." Tanya Kriss pada dua wanita di depannya itu. "Apa? Kamu tidak pernah menawari aku seperti ini sebelumnya." Ucap Tiffany cemburu. "Aku sedang menawari kamu sekarang." Jawab Kriss uang langsung saja membuat Tiffany mengerucutkan bibirnya kesal. "Biasanya kita makan di luar bersama, tapi karena kita bersama dengan wanita hamil. Akan lebih baik jika makan di sini saja, jadi tidak terlalu sesak-sesakkan saat di luar." Kata Kriss memberitahu. "Aku tahu!" Balas Tiffany masih merajuk. "Aku makan apa saja." Kata dokter Anya memberitahu. Dokter Anya mengambil dompetnya dan hal itu membuat Kriss segera bersuara, "Aku yang akan mentraktir!" "Lagipula ini tidak setiap hari jadi terimalah." Lanjut Kriss memberitahu. "Aku punya penghasilan dan juga uang dari suamiku, sedangkan kamu hanya penghasilan saja. Jadi lebih baik pakai uangku saja." Kata dokter Anya mendebat. "Tidak apa-apa, gaji Kriss sudah naik bulan ini." Kata Tiffany membantu Kriss. "Sungguh? Selamat!" Ucap dokter Anya memberikan selamat. "Itu karena bantuan Tiffany, jika bukan karena dia aku tidak akan mendapatkan gaji tambahan." Jawab Kriss memberitahu. "Kalian tuh cocok bersama, jadi kenapa tidak bersama saja." Kata dokter Anya bersuara. "Aku juga maunya seperti itu, tapi ditolak berkali-kali." Jawab Tiffany sembari memanyunkan bibirnya ke depan. "Itu demi kebaikan kamu." Balas Kriss sembari mengelus rambut Tiffany pelan. Kriss menatap ke arah Tiffany dan juga dokter Anya secara bergantian. "Kalau begitu aku akan mandi lebih dulu, kalian istirahatlah sebentar sebelum membersihkan diri. Agar badan terasa lebih ringan." Kata Kriss berpamitan. Tiffany yang mendengarnya tentu saja segera menghampiri Kriss dan memberikan ciuman di pipi Kriss. Kriss hanya tersenyum tipis dan menatap malu ke arah dokter Anya yang melihatnya. Kriss melambaikan tangannya dan pergi meninggalkan keduanya untuk kembali ke kamar lebih dulu. Karena dirinya harus segera mandi dan membersihkan diri lebih dulu sebelum nantinya pergi untuk membeli makanan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN