Malam hari, Kriss dan Tiffany pun memutuskan untuk kembali ke asrama. Meninggalkan sepasang pengantin baru yang memintanya untuk menginap.
Kriss segera masuk ke dalam kamarnya dan berbaring, memejamkan matanya sejenak hingga akhirnya tertidur karena lelah.
Berbeda dengan Kriss yang langsung tertidur, Tiffany sendiri memutuskan untuk menghubungi papanya dan memberitahu jika dirinya sudah kembali ke asrama. Tiffany ingin menjaga hubungannya dengan papanya, karena Kriss terlihat cukup menghormati papanya, sekalipun papanya sering menekan laki-laki itu.
"Tiffany sudah kembali ke asrama pa," kata Tiffany memberitahu.
"Benarkah? Tidurlah yang nyenyak. Jangan tidur di tempat lain yang dingin, kamu akan sakit nanti."
Balasan yang diberikan oleh papanya tentu saja membuat Tiffany mengeratkan apa yang dimaksud oleh papanya. Papanya melarang dirinya tidur di tempat Kriss karena di sana hanya ada kasur lantai kecil sebagai alas tidurnya. Berbeda dengan ranjang di kamarnya yang sangat luas, empuk dan juga tinggi.
"Kalau begitu Tiffany akan memberitahu Kriss untuk tidur di kamar Tiffany." Kata Tiffany mencoba untuk memancing.
"Yasudah, kalau begitu istirahatlah! Jaga kesehatan ya. Untuk seminggu ke depan papa tidak bisa menghubungi kamu karena ada pekerjaan yang mendadak." Ucap papanya yang langsung saja mematikan sambungan telponnya.
Tiffany menatap ke arah ponselnya yang sudah mati, dirinya merasa sedikit aneh saat papanya di mengamuk atau menceramahinya.
Tiffany tidak ingin ambil pusing dan memutuskan untuk melemparkan ponselnya ke arah ranjang dan berjalan masuk ke kamar mandi untuk mandi.
Di dalam kamar mandi, Tiffany berendam di dalam air hangat. Tubuhnya yang terasa dingin dan juga lelah membuat Tiffany tanpa sadar memejamkan matanya dan tertidur.
Di dalam mimpinya, Tiffany sedang berada di suatu tempat yang cukup asing buatnya. Tiffany ingat jika dirinya datang untuk pergi mengunjungi Kriss yang sudah pindah. Tapi dirinya malah tersesat di sebuah hutan yang penuh dengan pepohonan. Suara-suara aneh yang terdengar juga membuat Tiffany menoleh ke sana sini.
Tiffany membuka matanya, dirinya yang tadinya sedang berendam sudah jatuh tenggelam di dalam air, dan hal itu membuat Tiffany segera bangun dan mengambil napas panjang untuk menenangkan diri.
Tiffany bangun dan membilas tubuhnya, setelah itu dirinya keluar dengan menggunakan kimono mandi yang sudah tersedia di dalam kamar mandi. Tiffany segera berbaring di atas ranjang dengan rambut yang masih terbungkus oleh handuk kecil.
Tiffany yang memang lelah tentu saja segera tertidur dan tidak peduli lagi dengan rambutnya yang basah.
Jam menunjukkan pukul sebelas malam saat Kriss terbangun dari tidurnya. Kriss segera bangkit dari tidurnya dan berjalan ke arah kamar mandi untuk mencuci wajahnya. Setelah itu, Kriss segera keluar dari kamar dan menghampiri kamar Tiffany untuk melihat keadaan wanita itu.
Kriss masuk ke dalam kamar Tiffany, melihat Tiffany yang sedang berbaring dengan gerakan tubuh yang sensasional. Hal itu tentu saja membuat Kriss tahu jika Tiffany sedang mengalami mimpi yang erotis. Tidak masalah siapa lawannya di dalam mimpi, karena Kriss juga tidak ingin peduli.
Kriss berjalan ke arah meja rias, mengambil hair dryer untuk mengeringkan rambut Tiffany yang dibiarkan basah saat wanita itu tidur. Kriss melepas handuk di rambut Tiffany dengan hati-hati, setelahnya Kriss segera mengeringkan rambut Tiffany dengan gerakan pelan agar tidak membuat wanita itu terbangun.
Namun, sekalipun Kriss mencoba untuk berhati-hati agar Tiffany tidak terbangun, Tiffany tetap terbang dan terlihat sedikit terkejut awalnya. Tapi setelah tahu siapa yang ada di dalam kamarnya, Tiffany kembali memejamkan matanya.
Kriss mematikan hair dryer dan meletakkannya kembali ke tempat semula. Setelah itu Kriss menghampiri ranjang dan menatap ke arah Tiffany yang sudah membuka matanya kembali setelah ia ganggu tadi.
"Tidurlah lagi," kata Kriss dengan suara pelan.
"Tadi aku melihat kamu tidur dengan rambut basah, jadi aku mengeringkannya." Lanjut Kriss memberitahu.
"Terima kasih!" Ucap Tiffany dengan sungguh-sungguh.
"Sebenarnya aku baru saja mengalami mimpi yang buruk. Aku pikir aku baru saja dipaksa menikah dengan seseorang yang tidak aku kenal dan juga dipaksa untuk melayaninya di atas ranjang." Kata Tiffany bercerita.
"Itu tandanya kamu diharuskan untuk segera menikah." Kata Kriss mengingatkan.
Tiffany yang mendengarnya tentu saja memutuskan untuk memejamkan matanya dan mengabaikan apa yang dikatakan oleh Kriss.
"Kalau begitu aku akan kembali." Kata Kriss memberitahu.
"Ya! Kembalilah. Langsung tidur dan jangan duduk di depan komputer." Jawab Tiffany masih dengan mata yang tertutup karena kesal.
Mendengar hal itu tentu saja Kriss tertawa pelan dan segera keluar dari kamar Tiffany, kembali ke kamarnya untuk tidur.
Sebenarnya Kriss tidak ingin terlalu peduli, tapi melihat bagaimana orang tua Tiffany sangat memperdulikan wanita itu, tentu saja membuat dirinya terus kepikiran. Bagaimanapun juga Tiffany sudah sering memberikan kenikmatan untuk dirinya secara cuma-cuma, jika dirinya tidak dapat melindungi wanita itu dari sakit, maka keberadaannya benar-benar tidak ada gunanya.
Kriss kembali berbaring di atas ranjang dan memejamkan matanya, baru lima menit Kriss memejamkan matanya, matanya kembali terbuka karena mendengar suara seseorang yang masuk ke dalam kamarnya.
"Aku akan tidur di sini malam ini." Ucap Anto yang tiba-tiba saja langsung menggelar selimut di atas lantai dan terbaring di sana.
"Ada apa?" Tanya Kriss penasaran.
"Ada seseorang yang membutuhkan kenikmatan, rasanya aku sudah bosan untuk melakukannya dengan dia." Jawab Anto dengan jujur.
Kriss yang mendengarnya pun langsung mengerti dan kembali memejamkan matanya tak peduli. Membiarkan laki-laki itu tidur dengan mata yang terpejam rapat.
Anto yang tidak bisa tidur tentu saja memutuskan untuk membuka matanya kembali dan menatap ke arah Kriss yang sudah memejamkan matanya acuh tak acuh.
"Apakah kamu sering tidur dengan Tiffany?" Tanya Anto yang hanya didengarkan oleh Kriss.
Kriss sudah tahu bagaimana dulu Anto yang sangat tertarik dengan Tiffany, sayang sekali karena Tiffany tidak mau menjadi patner sexnya. Untuk itu sampai sekarang, wajar jika Anto terlihat penasaran.
"Mungkin ini terdengar kurang ajar, tapi kenapa kamu tidak mencoba untuk menikah dengan Tiffany saja?" Tanya Anto lagi.
Anto pikir jawaban yang diberikan oleh Kriss akan berbeda karena tadi ada banyak orang dan sekarang tidak ada orang selain dirinya.
"Jika kamu tidak ingin tidur, maka pergilah untuk memuaskan wanita itu." Balas Kriss masih dengan mata yang terpejam.
Kriss cukup terganggu dengan Anto yang sok kenal dan juga sok akrab. Karena bagaimanapun juga dirinya memang tidak terlalu menyukai laki-laki itu. Apalagi laki-laki itu pernah tertarik dengan Tiffany. Selain itu pikirannya yang kotor membuat Kriss enggan untuk bergaul dengannya.
"Sekali lagi kamu bicara, aku akan menendangmu keluar." Kata Kriss memperingatkan.
Mendengar hal itu tentu saja Anto langsung diam dan mencoba untuk memejamkan matanya, lalu tertidur tanpa sadar.