60

2729 Kata
Pagi hari menyapa dengan cerahnya. Kriss dan Tiffany masih tertidur dengan nyenyak di atas ranjang luas dengan selimut yang hangat. Penerangan yang minim dengan korden yang tertutup rapat membuat keduanya tidak terganggu sedikitpun dalam tidurnya. Tiffany benar-benar tertidur dengan nyenyak setelah melakukannya dengan Kriss tadi malam. Seperti biasanya, Kriss memang tidak pernah mengecewakannya. Laki-laki itu tidak pernah keluar lebih dulu sebelum dirinya. Pernah sekali, dan itu saat pertama Kriss melakukannya dengannya. Tapi kali ini sudah berbeda, Tiffany selalu dibuat kuwalahan dengan gerakan tak beraturan yang dilakukan Kriss saat berada di dalamnya. Kriss menggeliat pelan, membuka matanya untuk menatap ke arah jam dinding yang ada di dalam kamar itu. Jam sudah menunjukkan pukul sembilan pagi, tapi suasananya masih sangat mendukung untuk kembali tidur. Kriss tersenyum tipis, menatap ke arah Tiffany yang tidur dengan nyenyak. Tangannya bergerak untuk menyingkirkan rambut Tiffany yang menutupi wajah cantiknya. Entah apa yang ia lakukan dalam kehidupannya sebelumnya, hingga dirinya bisa tidur dengan wanita secantik itu. "Olah raga pagi kayaknya enak." Ucap Tiffany dengan matanya yang masih tertutup. "Kamu pikir aku tidak lelah?" Balas Kriss yang langsung saja membuat Tiffany menoleh dan tertawa pelan. "Aku yang berada di atas." Jawab Tiffany dengan entengnya. "Sambil olah raga, biar bentuk tubuh semakin bagus." Lanjut Tiffany lagi. "Daripada itu, mending kamu segera meminta mereka mengantarkan makanan. Aku sudah sangat lapar." Kata Kriss yang langsung saja membuat Tiffany memanyunkan bibirnya ke depan dan memutuskan untuk menelpon layanan hotel. "Keluarlah, kamu yang ambil." Kata Tiffany sembari menarik selimutnya hingga menutupi seluruh bagian tubuhnya. Kriss yang melihatnya tentu saja tersenyum tipis dan beranjak turun dari ranjang. Kriss berjalan ke arah kamar mandi untuk mencuci wajahnya. Tidak lama kemudian suara bell pintu yang terdengar membuat Kriss bergegas ke arah pintu untuk mengambil makanan. Setelah menerimanya, Kriss pun menghampiri ranjang dan meminta Tiffany untuk bangun. "Ayo makan dulu, setelah itu kita pulang." Ajak Kriss yang langsung saja membuat Tiffany bangun dan membiarkan selimut itu turun, membuat aset atasnya terlihat jelas. Kriss mengulurkan tangannya untuk menyentuh kissmark yang ia buat di atas d**a wanita itu. "Berapa lama biasanya ini bertahan?" Tanya Kriss penasaran. "Tidak tahu, tapi yang pasti sebelum kamu menyentuhku ini sudah hilang." Jawab Tiffany memberitahu. Kriss yang mendengarnya tentu saja tersenyum tipis, Kriss tahu Tiffany mengatakan itu karena memiliki niatan untuk menyindir dirinya yang memang jarang menyentuh wanita itu. "Aku lihat ada pasar tradisional yang buka 24 jam di daerah sini, nanti ayo ke sana sambil jalan-jalan." Kata Kriss memberitahu. "Mau apa ke sana?" Tanya Tiffany pelan sembari menggunakan Bra miliknya. "Lihat-lihat, banyak jajanan juga yang mungkin saja belum pernah kamu makan sebelumnya." Jawab Kriss memberitahu. Kriss menyingkirkan rambut Tiffany yang menutupi wajah itu, meskipun masih terlihat cantik tapi Kriss tidak bisa melihatnya begitu saja. "Kamu belajarlah mengemudi, jadi jika sewaktu-waktu kita keluar seperti ini, kita gantian." Kata Tiffany sedikit mengeluh. "Aku akan berlatih nanti." Jawab Kriss setuju. Setelah itu, Tiffany menurunkan kakinya, memakai sandal hotel yang tersedia. "Gendong." Pinta Tiffany yang langsung saja membuat Kriss duduk di depan Tiffany dan bersiap untuk menggendong wanita itu di punggung lebarnya. Kriss bangun dan berjalan ke arah sofa, menurunkan Tiffany dengan hati-hati agar tidak membuat wanita itu tidak nyaman. Tiffany mengambil makanan yang ada di atas meja dan mulai memakannya dengan tenang. Begitu juga dengan Kriss. Berbeda dengan Tiffany yang makan dengan hati-hati, Kriss tipikal orang yang makan dengan lahap dan juga cepat, jadi saat makanan milik Tiffany baru dimakan separuhnya, milik Kriss sudah habis. Kriss meminum airnya dan menyandarkan tubuhnya pada sofa, menatap ke arah Tiffany yang masih makan dengan malas-malasan. "Rasanya tidak cocok sama lidah kamu?" Tanya Kriss pelan. "Tidak, hanya sedikit malas saja." Jawab Tiffany dengan cepat. Kriss pun menganggukkan kepalanya dan mengambil alih piring milik Tiffany. Kriss memberikan suapan pertama dan membuat Tiffany tersenyum tipis saat melihatnya. Meksipun begitu Tiffany menurun untuk membuka bibirnya dan menerima suapan demi suapan yang diberikan oleh Kriss untuk dirinya. Tanpa sadar, Tiffany dapat menghabiskan sarapannya, padahal sebelumnya dirinya mengatakan malas untuk makan. Tapi moodnya berubah begitu saja setelah disuapi oleh Kriss. Setelah selesai makan, keduanya pun memutuskan untuk kembali mandi bersama dan bersiap-siap untuk pergi. Pukul sebelas siang saat keduanya berdiri untuk membayar kamar hotel. Setelah selesai membayar dengan kartunya, keduanya pun pergi meninggalkan hotel itu dan pergi ke pasar tradisional yang tadi diberitahukan oleh Kriss. Sepanjang perjalanan, Tiffany tidak mengatakan apapun. Dirinya lebih memilih untuk menyalakan musik dan mendengarkannya sepanjang perjalanannya. Tiffany memutar kemudinya dan masuk ke SPBU untuk mengisi bahan bakar yang digunakan untuk mobilnya. "Pakai uangku saja." Kata Kriss yang langsung saja dijawabi anggukan oleh Tiffany. Seperti yang diminta oleh laki-laki itu, Tiffany memutuskan untuk menggunakan uang milik Kriss tanpa sungkan. Setelah itu Tiffany pun kembali melajukan mobilnya dan pergi ke pasar dengan kecepatan rata-rata. Sesampainya di pasar, Tiffany pun mencari tempat yang bagus untuk parkir. Setelah berhasil menemukannya, keduanya pun turun dan menatap gedung bertingkat yang ada di depannya. "Jorok nggak sih?" Tanya Tiffany pelan. "Ya nggak sebersih mall atau supermarket, tapi harganya lebih terjangkau dibandingkan dengan yang ada di supermarket." Jawab Kriss memberitahu. "Itu sebanding dengan pelayanan yang kita dapatkan. Jadi tidak ada bedanya. Kalau di sana pun lebih nyaman karena tidak mungkin berdesak-desakan." Balas Tiffany lagi. Setelahnya, Tiffany dan Kriss pun memutuskan untuk masuk ke dalam pasar. Di lantai satu ada banyak sekali penjual bahan-bahan dapur, karena tidak ada yang akan di beli, keduanya pun menaiki tangga manual untuk naik ke lantai dua. "Termasuk tangganya juga, ini akan melelahkan jika kita tidak pernah datang." Keluh Tiffany yang langsung saja membuat Kriss tertawa pelan saat mendengarnya. "Nanti aku gendong kalau kamu lelah." Kata Kriss menawarkan diri. Di lantai dulu ada banyak sekali penjual barang-barang plastik, seperti toples, bak, dan juga yang lainnya. "Sepertinya aku tidak akan mau kembali ke sini lagi." Ucap Tiffany yang langsung saja membuat Kriss duduk dan meminta wanita itu untuk naik ke dalam gendongannya. Tiffany tersenyum lebar dan naik pada punggung laki-laki itu. Sepanjang langkah yang diambil oleh Kriss, Tiffany tidak berhenti tersenyum. Merasa senang dengan perlakuan yang diberikan oleh Kriss untuk dirinya. Tiffany senang karena laki-laki itu menghargai dirinya lebih banyak daripada yang ia harapkan. Di lantai tiga Tiffany memutuskan untuk menunjuk ke arah lantai. Bau ikan yang masuk ke indra penciumannya membuat Tiffany ingin muntah. Tiffany menutup hidung dan membuat Kriss tertawa pelan, merasa lucu karena melihat orang yang bahkan tidak pernah pergi ke pasar. "Aku dulu sering ke pasar untuk minta-minta." Kata Kriss memberitahu. "Berapa yang kamu dapatkan?" Tanya Tiffany dengan cepat. "Jika banyak yang kasihan maka akan mendapat uang untuk makan selama seminggu. Aku tidak melakukannya setiap hari karena aku tidak melakukannya untuk menjadikannya sebagai pekerjaan. Aku melakukannya untuk bertahan hidup." Jawab Kriss memberitahu. "Andai kita bertemu lebih awal, kamu pasti tidak akan melakukan itu." Ucap Tiffany pelan. "Bisa saja kamu tidak tertarik karena bauku tidak seharum sekarang, wajahku pun tidak sebersih ini sebelumnya." Kata Kriss yang langsung saja disetujui oleh Tiffany. "Sepertinya kita sudah sampai." Ucap Tiffany sembari menatap ke sekeliling, di mana banyak sekali penjual jajanan tradisional di lantai empat. Kriss menurunkan Tiffany dan berdiri, menatap ke arah wanita itu yang sudah berlari untuk berkeliling. "Ini namanya apa?" Tanya Tiffany pelan. "Aku biasanya menyebutnya gethuk, bahan pokok utamanya singkong cabut." Kata Kriss memberitahu. "Tolong lima bungkus ya Bu." Ucap Kriss yang langsung saja dijawabi anggukan oleh penjualnya. Tiffany mengambil dompet milik Kriss dan memberikannya pada laki-laki itu. Kriss menerimanya dan membayarnya dengan uangnya. Setrika selesai membayar, keduanya pun berjalan ke arah jajanan lainnya. "Cuma 25 ribu?" Tanya Tiffany tak percaya. "Iya, jajanan tradisional kalau di pasar masih murah, bentuknya pun masih asli dan belum dimodifikasi." Jawab Kriss memberitahu. "Ini namanya jongkong hitam, meskipun warnanya hitam tapi rasanya enak." Kata Kriss memberitahu nama jajanan berikutnya. "Lima ya Bu." Ucap Kriss yang langsung saja dijawabi anggukan oleh ibu-ibu penjual jongkong hitam itu. Tiffany terdiam, menatap ke arah ibu-ibu yang membungkus kue jongkong dengan tangan yang dilapisi plastik, benar-benar bersih dan tidak menjijikkan seperti yang ia bayangkan. Setelah selesai, keduanya pun berjalan ke tempat lain lagi. Kriss membuka satu bungkus jongkong yang dibungkus dengan daun pisang. Kriss memakai lidi pembungkusnya untuk memakan kue Jongkongnya. Tiffany terlihat ragu, tapi pada akhirnya dirinya pun membuka mulutnya dan memakan kue itu dengan perlahan. "Enakkan?" Tanya Kriss sembari memberikan sisanya pada Tiffany. "Haruskah kita beli lagi? Untuk oleh-oleh." Tanya Tiffany yang langsung saja membuat Kriss tertawa pelan saat mendengarnya. "Nanti kita beli sambil kembali. Kita lihat-lihat yang lain dulu." Jawab Kriss yang langsung saja dijawabi anggukan oleh Tiffany. "Aku mau coba yang pertama juga." Kata Tiffany pada Kriss. Kriss mengambil satu mika gethuk dan memberikannya pada Tiffany. "Apakah rasanya berbeda? Ada merah, hijau dan putih." Tanya Tiffany sebelum memakannya. "Rasanya sama saja, aslinya berwarna putih, tapi ditambah dengan pewarna makanan biar menggoda. Sama halnya kalau kamu dandan biar makin cantik." Jawab Kriss menjelaskan. "Bisa aja kamu." Balas Tiffany dengan pelan. Kriss juga membeli jajanan pasar lainnya. Ada tape singkong, gendar lupis, ketan, dan juga masih banyak lagi. Keduanya benar-benar membeli banyak hal di lantai empat. Tiffany menghentikan langkahnya dan memegangi perutnya dengan ekspresi wajah yang lucu. Hal itu tentu saja membuat Kriss tertawa pelan saat melihatnya. "Perutku rasanya begah banget, kalau gini aku beneran gemuk." Ucap Tiffany yang langsung saja membuat Kriss tertawa pelan saat mendengarnya. Bagaimana tidak begah, setiap jajanan dimakan karena penasaran. Jika Tiffany tidak menyukainya, maka Kriss yang akan menghabiskannya. "Yang bulat-bulat itu apa? Warna-warni juga." Tanya Tiffany sembari menunjuk jajanan yang belum ia beli. "Klepon, itu terbuat dari tepung ketan dan di dalamnya ada gula merahnya. Kalau kamu gigit gulanya memeleh." Jawab Kriss memberitahu. "Bikin sakit gigi?" Tanya Tiffany pelan. "Tidak, kamu punya riwayat sakit gigi?" Jawab Kriss dan balik bertanya. Tiffany menggelengkan kepalanya dan memutuskan untuk membelinya. Berbeda yang yang lainnya, satu mikanya cuma seribu dengan 4 biji klepon di dalamnya. Harganya benar-benar sangat murah hingga membuat Tiffany ingin kembali lagi nanti. Setelah merasa puas, keduanya pun segera turun dan kembali ke parkiran. Tidak seperti pada awalnya, saat turun Tiffany tidak mengeluh sedikitpun karena Tiffany menyukai makanan yang ia makan sepanjang perjalanan. Kriss sendiri hanya tersenyum tipis, ikut senang karena wanita itu juga terlihat bahagia. Setelah membayar parkir, Tiffany pun melajukan mobilnya untuk kembali. Satu jam setelahnya keduanya tiba di tempat dan langsung berjalan ke arah kamar Kriss dengan membawa banyak sekali plastik di tangannya. Tiffany mengambil ponselnya dan menghubungi dokter Anya. "Dokter Anya di mana?" Tanya Tiffany dengan antusias. "Aku baru saja kembali, ada apa?" Jawab dokter Anya yang langsung saja membuat Tiffany menoleh ke arah Kriss. "Aku beli banyak jajanan, aku tunggu di kamar Kriss ya." Jawab Tiffany yang langsung saja mematikan sambungan telponnya. Setelah itu Tiffany menghubungi Anto dan mengatakan hal yang sama. Anto datang lebih dulu dan menatap ke arah berbagai macam jajanan yang ada di dalam plastik. Anto duduk di lantai dan mengambil satu potong gethuk yang ditaati oleh Tiffany. "Enak kan ya?" Tanya Tiffany yang membuat Kriss tertawa pelan saat mendengarnya. Berbeda dengan Anto yang bingung, dari mana kedua orang itu mendapatkan makanan seperti itu. Tidak lama setelahnya, dokter Anya pun datang bersama dengan Heri. Tiffany yang melihatnya tentu saja langsung bangun dan menarik kakak sepupunya itu. "Kak Heri harus cobain." Kata Tiffany antusias sembari menyuapkan klepon pada kakak sepupunya itu. Heri menoleh ke arah dokter Anya dan juga Kriss dalam diam, merasa sedikit canggung dengan apa yang dilakukan oleh sepupunya itu. "Kamu habis dari mana?" Tanya Heri begitu selesai menelan klepon yang diberikan oleh Tiffany. "Dari desa, terus mampir ke pasar tradisional." Jawab Tiffany dengan tersenyum lebar. Heri yang melihatnya tersenyum lebar pun langsung mengulurkan tangannya untuk mengelus rambut Tiffany dengan pelan. "Jangan pergi jauh-jauh." Kata Heri mengingatkan. Heri mengambil salah satu jajanan yang menarik perhatiannya, setelah itu Heri memakannya dalam diam. "Dokter Anya ayo makan." Kata Tiffany yang langsung saja dijawabi anggukan oleh dokter Anya. Kriss mengambil satu bungkus jongkong dan memberikannya pada dokter Anya. Dokter Anya pun tersenyum tipis dan menerimanya dengan senang hati. "Sudah lama sekali aku nggak makan jajanan seperti ini." Ucap dokter Anya bersuara. "Dokter Anya pernah makan?" Tanya Tiffany pelan. "Aku kan dari desa, jadi pernah memakannya." Jawab dokter Anya memberitahu. "Kelimanya memakan jajanan itu sambil berbicara ringan. Heri, Tiffany, Kriss, dokter Anya, dan juga Anto. Mereka menjadi semakin dekat hanya karena jajanan murah itu. Dokter Anya menyuapkan satu potong Jongkong pada Heri, membuat laki-laki itu semakin sering membuka mulutnya dan meminta dokter Anya untuk menyuapinya. "Aku harus pergi, ada janji." Kata Anto yang langsung saja membuat semua orang menoleh. Tiffany mengambil satu persatu jajanan yang sudah disisihkan oleh Kriss untuk yang lainnya. "Bagiin ke yang lain ya." Pinta Tiffany yang langsung saja dijawabi anggukan oleh Anto. Anto pun pergi dengan membawa bungkusan plastik berisi jajanan tradisional. "Kamu serius sama Tiffany?" Tanya Heri sembari menatap ke arah Kriss yang mengangkat alisnya dan menoleh ke arah Tiffany. "Apa sih kak, kita juga baru pacaran." Balas Tiffany keberatan. Tiffany takut jika nantinya Kriss tidak nyaman dengan pertanyaan kakak sepupunya itu dan berakhir untuk menjauhinya. Tiffany benar-benar tidak bisa jauh dari laki-laki itu, ibaratnya dia sudah benar-benar cinta setengah mati. Ya gimana tidak, kemarin saja dirinya hampir mati jantungan karena ikut bergabung ke dalam dunia lain. "Tidak semua laki-laki sama kayak kak Heri yang harus menikah setelah mengajak perempuan tidur." Lanjut Tiffany memberitahu. Dokter Anya yang mendengarnya tentu saja langsung terbatuk-batuk, terkejut dengan kata-kata Tiffany yang terlalu blak-blakan. Padahal ada Kriss yang mendengarnya. "Tapi laki-laki seperti itu lebih bertanggung jawab, tidak ada yang perlu dikhawatirkan juga." Ucap Kriss ikut bersuara. "Kamu seperti itu?" Tanya Tiffany dengan cepat. "Mengurus diri sendiri aja malas, bagaimana bisa aku mengurus orang lain?" Jawab Kriss yang langsung saja mendapatkan cubitan pelan dari Tiffany. Tiffany tidak sakit hati dengan jawaban yang diberikan oleh Kriss, karena dari awal Kriss juga sudah mengetahuinya. "Jadi secara tidak langsung kamu hanya memanfaatkan dia?" Tanya Heri yang langsung saja membuat Tiffany membuka matanya lebar. Tiffany sangat sensitif dengan kata memanfaatkan dalam hubungan pribadinya, dan Tiffany tidak pernah suka dengan tindakan selanjutnya. "Dia bahkan tidak mengambil apapun dari Tiffany, bagaimana bisa dia memanfaatkan aku?" Ucap Tiffany menyela. "Kita akan tidur bersama kalau aku memaksanya, dia akan membuka celananya kalau aku memperkosanya. Ibaratnya seperti itu, dia tidak punya napsu sebelumnya, tapi aku memaksanya karena merasa sayang dengan wajah tampannya." Lanjut Tiffany memberitahu. Heri yang mendengarnya tentu saja langsung menoleh ke arah Kriss, menatap ke arah laki-laki itu yang tidak terlalu memperdulikan apa yang dibicarakan. Berbeda dengan semua orang yang berbicara santai, dokter Anya sendiri yang merasa malu dengan pipi yang sudah memerah. Dirinya belum terbiasa dengan pembahasan seperti itu, jadi dirinya hanya diam dan memakan jajanan pasar itu dengan lahap. "Apakah kamu masih mau di sini?" Tanya Heri pada dokter Anya. "Ya, jika anda mau pergi, anda pergi saja duluan." Jawab dokter Anya yang langsung saja dijawabi anggukan oleh Heri. Heri mendekati dokter Anya dan mengecup bibir dokter Anya tanpa sungkan, setelah itu dia pun memutuskan untuk pergi begitu saja. "Hubungan kalian sudah sejauh itu?" Tanya Tiffany tak percaya. "Tidak apa-apa, namanya juga sudah serius." Balas Kriss memutuskan untuk bangun dan mengambilkan air minum untuk Tiffany dan juga dokter Anya. "Dia memperlakukanmu dengan baik kan?" Tanya Tiffany ragu-ragu. Dokter Anya membuka dua kancing kemejanya dan memperlihatkan kissmark yang terlihat sangat brutal. Kriss segera memalingkan wajahnya saat melihat bra milik dokter Anya yang terlihat jelas. "Brutal sekali, apakah dokter Anya merasa sakit?" Ucap Tiffany yang langsung saja membuat Kriss menoleh dan menatap ke arah Tiffany. "Jangan penasaran sama hubungan pribadi orang lain." Kata Kriss memperingatkan. "Memangnya kenapa? Kalau dokter Anya tanya aku juga akan jawab." Balas Tiffany sinis. "Terus kalau kamu basah dan pengen yang seperti itu mau cari di mana?" Tanya Kriss yang langsung saja membuat dokter Anya tersenyum tipis saat mendengarnya. "Instragram kan banyak, ada yang hitam putih, bertopi dan tidak. Banyak sekali macamnya." Jawab Tiffany yang langsung saja membuat Kriss menjambak rambut Tiffany gemas. Dokter Anya yang melihatnya tentu saja tertawa, memang sudah benar kalau Tiffany dipasangkan dengan Kriss yang suka mengingatkan hal-hal baik. "Kalau udah dapat yang hitam yang lokal udah nggak ada rasanya." Kata Kriss memberitahu. "Ya tinggal cari yang hitam-hitam, beres kan." Jawab Tiffany lagi. "Terserah kamu." Balas Kriss yang langsung saja beranjak bangun dan masuk ke dalam kamar mandi. "Bisa-bisanya kalian bercanda seperti itu." Ucap dokter Anya bersuara. "Biar nggak terlalu tegang juga, dia tuh jual mahal. Nggak mau nerima aku tapi tidak rela juga kalau aku cari yang lebih besar." Jawab Tiffany dengan tersenyum tipis. Meskipun hanya candaan, Tiffany merasa senang karena Kriss terlihat sangat peduli dengan dirinya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN