Jam menunjukkan pukul lima sore saat keduanya berhenti pada sebuah taman yang cukup ramai di sore hari.
Di dalam mobil, Kriss bersandar dan menatap ke arah orang-orang yang ada di luar. Banyak sekali pasangan yang datang ke sana, selain pasangan kekasih banyak juga pasangan keluarga yang datang karena ingin mengajak anaknya bermain-main.
"Kriss." Panggil Tiffany yang langsung saja membuat Kriss menoleh dan bertanya-tanya, kenapa wanita itu memanggil namanya.
"Ayo kita tidur di luar hari ini." Ajak Tiffany yang langsung saja membuat Kriss mengerti tentang apa yang dimaksudkan.
"Apakah kamu tidak lelah? Bukankah lebih baik jika kita pulang dan istirahat?" Balas Kriss yang langsung saja membuat Tiffany memajukan bibirnya karena kesal.
Bener kali dirinya di tolak karena laki-laki itu hanya ingin istirahat? Memangnya seberapa capek dia sampai harus istirahat terus menerus.
"Apakah kamu tidak cukup istirahat selama ini? Kamu sering tidur dan juga tidur. Hari ini pun juga, kamu ingin istirahat?" Tanya Tiffany dengan kesal..
Kriss yang mendengarnya tentu saja langsung membuka matanya lebar, menatap ke arah mobil lain yang terparkir di sampingnya. Kriss terdiam, menatap ke arah penumpang mobil itu yang terlihat mencurigakan.
"Apakah kamu melihatnya?" Tanya Kriss yang langsung saja membuat Tiffany melepaskan sabuk pengamannya.
"Haruskah kita juga mencobanya?" Balas Tiffany yang langsung saja beranjak pindah tempat. Tiffany duduk di pangkuan Kriss dengan tersenyum lebar. Kriss yang melihatnya tentu saja hanya tertawa pelan, tidak mengerti lagi jalan pikiran wanita itu.
Tiffany merangkulkan kedua tangannya pada belakang leher Kriss, hal itu membuat Kriss semakin menyandarkan tubuhnya pada kursi mobil.
Tiffany mendekat, mencium bibir laki-laki itu dengan rakus. Sama halnya dengan Kriss yang membalas ciuman itu dengan tangan yang memegangi pinggang ramping milik wanita itu.
"Apakah kamu tidak takut ketahuan orang lain?" Tanya Kriss saat ciuman keduanya terlepas.
"Setelah di lihat-lihat, sepertinya hal seperti ini sudah umum terjadi." Jawab Tiffany sembari menoleh ke arah mobil yang ada di sisinya yang lain.
Kriss ikut menoleh dan tersenyum tipis saat melihatnya. Taman ini memanglah tidak berada di pusat kota, tapi melihat bagaimana orang-orang melakukannya di dalam mobil, membuat Kriss sedikit tidak mengerti tentang keadaan yang terjadi.
Tiffany menggerakkan tangannya untuk menangkup wajah laki-laki itu. Kriss terkejut saat Tiffany sudah membuka baju bagian atasnya, memperlihatkan aset dadanya yang terlihat menantang di depannya.
"Fokuslah padaku." Ucap Tiffany kembali mencium bibir laki-laki itu.
Kriss menggerakkan tangannya untuk menyentuh aset milik Tiffany yang sudah terbuka, meremasnya dengan pelan hingga membuat wanita itu mendesah di sela-sela ciuman yang keduanya lakukan.
"Bukankah kita akan kencan? Kenapa jadi seperti ini?" Tanya Kriss sembari mencoba menghindarinya.
"Apakah kamu tidak pernah melakukannya dengan cepat? Ini dilakukan saat kondisi mendesak dan dalam waktu yang menegangkan." Balas Tiffany sembari mengangkat pantatnya dan membantu membuka kancing celana jeans yang dipakai oleh Kriss dan menurunkan resletingnya. Tiffany mengeluarkan milik Kriss yang sudah berdiri menantang miliknya yang juga sudah mulai berkedut.
"Kamu sudah gagah seperti ini, tapi masih mencoba untuk menolak?" Tanya Tiffany tak percaya.
Tiffany turun dan membasahi milik Tiffany dengan air liurnya. Melakukan blow job pada milik Kriss. Setelah merasa cukup basah, Tiffany pun kembali naik dan melepaskan celana yang ia pakai. Tiffany menuntun milik Kriss untuk masuk ke dalam miliknya yang juga sudah basah.
Kriss memejamkan matanya, menikmati saat-saat miliknya masuk ke dalam dan merasakan panas dari milik Tiffany yang menelannya.
Tiffany bergerak naik turun dengan gerakan pelan, tangannya bergerak mengambil tangan Kriss untuk merangsang aset atasnya. Kriss pun menurut, memelintir dan juga meremasnya dengan pelan hingga membuat Tiffany bergerak semakin cepat di atasnya.
Lima belas menit berlalu, Tiffany bersandar pada tubuh Kriss setelah sampai pada pelepasannya. Meskipun singkat, tapi terasa sangat nikmat dan juga membuat dirinya puas luar bisa.
Kriss menggerakkan tangannya untuk mengelus punggung Tiffany dengan pelan, setelah itu Kriss pun menarik punggung itu dan mencium bibir Tiffany dengan cepat.
Kriss bergerak untuk mendapatkan pelepasannya. Tiffany yang masih menikmati saat-saat pelepasannya tentu saja merasa sedikit sensitif dan ingin buang air kecil, hingga akhirnya Kriss mengangkat p****t Tiffany dan mengambil tisu untuk menampung ejakulasinya.
Tiffany menatap ke arah Kriss dan tersenyum tipis. "Selalu mengingatnya." Gumam Tiffany pelan.
Kriss yang mendengarnya tentu saja hanya tersenyum tipis dan memutuskan untuk bersandar pada kursi, menikmati saat-saat ejakulasinya membuat dirinya nikmat luar biasa.
Tiffany menggerakkan tangannya untuk memperbaiki pakaian atasnya. Setelah selesai, Tiffany mengambil tisu untuk mengusap miliknya yang basah karena cairannya sendiri m tidak lupa Tiffany juga membantu membersihkan paha milik Kriss yang ikut basah karena ulah miliknya yang keluar.
Setelah selesai, Tiffany kembali pada kursinya dan bersandar dengan lelah. Memutuskan untuk memejamkan matanya dengan sedikit menurunkan posisi kursi miliknya.
"Ayo tidur sebentar, setelah itu kita melanjutkan kencannya." Ajak Tiffany yang langsung saja membuat Kriss tersenyum tipis.
Kriss membuang tisu yang masih menempel pada miliknya. Setelah itu Kriss pun memasukkan miliknya kembali dan juga mengancingkan kembali celananya.
Seperti yang dilakukan oleh Tiffany, Kriss pun juga menurunkan posisi kursi dan memutuskan untuk tidur. Keduanya pun tertidur pulas, menikmati kenikmatan yang ia lakukan dalam waktu singkat.
Jam menunjukkan pukul delapan malam saat Tiffany membuka matanya, menatap ke arah sekitar yang sudah gelap. Banyak sekali lampu yang menyala dan hal itu membuat suasana taman semakin indah.
"Sepertinya ini tempat terbuka untuk kencan plus-plus." Gumam Tiffany sembari menoleh ke arah Kriss yang masih tertidur.
Tiffany menggerakkan tangannya dan membangunkan Kriss. Kriss membuka matanya dan menguap lebar, menatap ke arah Tiffany yang sudah bangun.
"Sepertinya tempat ini memang digunakan untuk kencan plus-plus." Kata Tiffany memberitahu.
Kriss yang mendengarnya tentu saja langsung menatap ke depan, melihat beberapa pasangan yang duduk saling berpangku dengan gerakan pelan.
Kriss tertawa pelan, tidak percaya dengan apa yang ia lihat.
"Haruskah kita cari tempat lain?" Tanya Kriss yang langsung saja dijawabi gelengan oleh Tiffany.
"Ayo kita coba juga!" Setu Tiffany tiba-tiba.
Kriss yang mendengarnya tentu saja langsung menggerakkan tangannya dan menyentil dahi Tiffany keras, menyadarkan wanita itu untuk berhenti berpikir yang tidak-tidak.
"Di dalam mobil tidak masalah, jika di luar aku menolak. Kamu pikir tubuh kamu untuk dipertontonkan?" Kata Kriss dengan cepat dan juga tegas.
"Aku tahu kamu akan menolaknya." Jawab Tiffany dengan tersenyum lebar.
Mendengar hal itu tentu saja Kriss langsung menggelengkan kepalanya tak percaya. Bisa-bisanya dirinya berurusan dengan wanita seperti itu.
"Ayo turun, aku ingin gemuk." Ajak Tiffany yang langsung saja dijawabi anggukan oleh Kriss.
Kriss mengambil dompetnya dan memberikannya pada Tiffany.
"Apa? Kamu memberikan bayaran karena servis tadi?" Tanya Tiffany sedikit bercanda.
"Jika kamu ingin menganggapnya seperti itu maka aku juga tidak masalah." Jawab Kriss yang langsung saja membuat Tiffany tertawa pelan dan mengambil dompet milik laki-laki itu.
Selama berpacaran dengan siapapun, Tiffany tidak pernah sekalipun ditraktir oleh kekasihnya. Kebanyakan dari mereka menggantungkan hidup dengannya. Padahal dirinya juga sudah menyerahkan diri, melakukan hubungan layaknya suami istri seperti itu juga, tapi kekasihnya tidak pernah sekalipun membelikan sesuatu untuknya. Berbeda dengan Kriss yang bahkan sampai memberikan dompetnya.
Tiffany membuka dompet milik Kriss dan melihat isinya. Karena melihat isinya yang cukup banyak, Tiffany pun tidak jadi mengembalikannya dan memutuskan untuk memasukkannya ke dalam tasnya.
Keduanya pun turun dari mobil, berjalan bersisian untuk menghampiri satu persatu penjual jajanan yang ada di taman itu.
Kriss menarik tangan Tiffany dengan cepat, membawa wanita itu menjauh dari penjual martabak manis yang sedang melakukan hal tidak pantas bersama dengan seorang wanita yang mungkin saja itu salah satu pembelinya.
"Ayo kita cari tempat lain saja, perasaanku nggak enak." Ajak Kriss yang langsung saja menarik Tiffany kembali ke arah mobil.
Tiffany menyalakan mesin mobilnya dan bersiap untuk pergi, meninggalkan tempat yang terlihat tidak beres itu.
Tiffany menelan ludahnya sendiri, selama perjalanan dirinya hanya menemukan hutan dengan pohon-pohon yang menjulang di kanan kiri jalan. Benar-benar berbeda dengan saat dirinya datang.
Tiffany menghentikan laju mobilnya dan menatap ke arah Kriss dalam diam.
"Sadarkan dirimu, kita berjalan di jalan raya yang penuh dengan kendaraan lain." Kata Kriss mencoba untuk mengalihkan fokusnya.
Keduanya sadar, jika sedari tadi keduanya masuk ke alam lain yang tidak diketahui oleh keduanya. Padahal tadi terlihat normal-normal saja, tapi saat keduanya mulai merasa ragu, semuanya pun terlihat semakin jelas.
"Benar, kita mengemudi di jalan yang benar. Kita harus segera kembali dan istirahat." Kata Tiffany meyakinkan dirinya sendiri.
Setelah itu, Tiffany pun kembali mengemudikan mobilnya dengan kecepatan pelan. Sesekali memejamkan matanya dan berharap ada yang berubah.
Saat cahaya terlihat, Tiffany pun segera menginjak pedal gasnya dan mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Keduanya segera menghela napasnya panjang saat melihat jalanan yang terlihat normal.
Kriss dan Tiffany menoleh ke belakang, menatap ke arah hutan yang berada di samping jalan tanpa ada jalur kemudi seperti yang ia lihat sebelumnya.
Tiffany melajukan mobilnya pelan, mencari ponselnya untuk melihat dimana posisinya sekarang.
"Sepertinya kita harus segera mencari penginapan, ini sudah jam dua dini hari." Kata Tiffany memberitahu.
Kriss yang mendengarnya tentu saja terkejut, meskipun begitu Kriss tetap setuju untuk mencari penginapan terdekat.
Tiffany mengemudikan mobilnya, memasuki kawasan hotel yang namanya familiar. Setelah itu Tiffany dan juga Kriss keluar dari mobil setelah parkir. Keduanya masuk ke dalam hotel dan memesan kamar kelas satu dengan nama Kriss sebagai pemesannya. Tiffany tidak bisa menggunakan namanya sembarangan, untuk itu Tiffany memutuskan untuk menggunakan nama laki-laki itu.
Keduanya menaiki lift dan menekan angka di mana kamar keduanya berada. Setelah masuk ke dalam kamar, Tiffany pun segera berlari masuk ke dalam kamar mandi dan memuntahkan isi perutnya. Tidak ada yang keluar, karena dirinya memang belum sempat memakan apa-apa. Kriss ikut masuk ke dalam kamar mandi dan menangkap semua rambut Tiffany dan mengikatnya jadi satu dengan tangan kirinya. Sedangkan tangan kanannya bergerak untuk memijat pelan belakang leher Tiffany.
"Muntahkan semuanya." Kata Kriss memberitahu.
Tiffany pun menyalakan air dan berjalan ke arah wastafel.
Kriss menekan tombol untuk menyiram closed, setelah itu Kriss menatap ke arah Tiffany yang tengah mencuci mukanya berkali-kali dengan air dingin.
"Ayo istirahat." Ajak Kriss sembari menuntun Tiffany keluar dari kamar mandi.
Kriss membantu Tiffany berbaring dan menyelimuti wanita itu dengan hati-hati. Setelahnya, Kriss meminta wanita itu untuk memejamkan matanya saja.
Tiffany menurut, memejamkan matanya dengan rapat, mencoba untuk tidur namun tidak berhasil karena dirinya terlalu memikirkan semuanya.
Kriss naik ke atas ranjang, setelahnya Kriss menarik Tiffany untuk mendekat. Kriss mencium bibir wanita itu dengan pelan, awalnya Tiffany terkejut, tapi pada akhirnya Tiffany memutuskan untuk membalas ciuman itu. Jarang-jarang Kriss mengambil inisiatif terlebih dahulu.
Kriss melucuti semua pakaian yang dipakai oleh Tiffany, membuat wanita itu telanjang bulat tanpa sehelai kain pun yang menempel pada tubuhnya.
Kriss menelan ludahnya dan mulai melucuti dirinya sendiri. Untuk melupakan semuanya, maka dirinya harus lelah. Untuk itu Kriss melakukannya.
Tiffany bergerak tak karuan saat tiba-tiba Kriss ada dibawah sana dan merangsang bagian intimnya. Beberapa menit berlalu dan Kriss pun merangkak ke atas, mencium dan meremas pelan aset atas milik Tiffany. Tidak lupa Kriss juga meninggalkan kissmark di sana.
Kriss menuntun kejantanannya untuk masuk, dan Kriss menekannya dengan kuat hingga membuat Tiffany mendesah nikmat.
"Kamu tahu caranya menenangkan orang dengan baik." Ucap Tiffany sembari menggerakkan tangannya untuk menyentuh wajah Kriss.
"Aku hanya melakukan apa yang kamu sukai." Jawab Kriss sembari mencium sudut bibir wanita itu singkat. Setelahnya keduanya pun berciuman dengan sangat rakus, saling berbelit lidah dan juga bertukar air liur. Dengan Kriss yang tidak berhenti bergerak dengan tempo tak beraturan di bawah sana.
Tiffany menoleh, menatap ke arah Kriss yang tengah memposisikan dirinya di belakangnya. Ini adalah gaya kesukaan Tiffany, karena dengan begitu Tiffany merasa jika Kriss masuk terlalu dalam dan mengobrak-abrik miliknya.
Satu setengah jam berlalu, Kriss berbaring dengan mengelus rambut Tiffany pelan. Wanita itu langsung saja tertidur setelah permainan selesai. Kriss mengingat-ingat kembali tentang apa yang terjadi, memikirkan apa yang sebenarnya terjadi hingga dirinya masuk dalam dunia lain.
Kriss mengambil ponselnya dan mencoba untuk mencari desa di sekitar jalanan tadi. Kriss memperjelas penglihatannya dan membaca artikel itu dengan perlahan.
Sebuah desa kecil yang terkenal dengan pelayanan seks yang luar biasa. Siapa saja bisa melakukannya dengan sembarang orang. Desa itu terbuka untuk umum pada hari-hari tertentu, dan disarankan untuk segera pergi sebelum matahari benar-benar tenggelam. Karena setelah matahari tenggelam, kalian tidak akan bisa keluar sebelum hari selanjutnya datang. Ada beberapa orang yang pernah masuk ke sana dan memberikan kesaksian yang hampir sama persis dengan apa yang ia lihat.
Pembeli bisa mendapatkan makanan gratis jika mau menyenangkan penjual, meskipun sudah tahu itu desa mistis, tapi kebanyakan orang tetap datang berkunjung dan bersenang-senang. Alasannya karena mereka penasaran dengan sensasi melakukannya di depan umum. Memang sedikit menggelikan tapi mereka mengatakan semua itu dengan jujur.
Kriss mengambil napasnya panjang, merasa beruntung karena dirinya bisa keluar sebelum hari berganti. Tidak, hari sudah berganti, hanya saja matahari belum muncul dan memperlihatkan sinarnya.