34

1525 Kata
"Apa kamu akan terus seperti ini?" Tanya Kriss sedikit kesal. Anto dan juga yang lainnya tentu saja langsung menatap ke arah Kriss, tapi tidak dengan Tiffany yang memilih mengabaikan dan meneruskan makan siangnya. Kriss menelan ludahnya, merasa kesal karena diabaikan oleh Tiffany. "Anto, ayo makan lagi." Kata Tiffany pada Anto yang masih menatap ke arah Kriss. Anto yang mendengarnya tentu saja langsung menoleh ke arah Tiffany dan memakan makanannya dengan senang hati. Anto senang karena hubungan Tiffany dengan Kriss sedang memburuk, untuk itu di saat seperti Anto akan memanfaatkan keadaan yang ada. "Makanlah dengan lahap." Kata Anto sembari mengelus tangan Tiffany pelan. Kriss tentu saja melihatnya, dan Kriss kesal dengan hal itu. Kriss berjalan semakin mendekat dan menarik Tiffany paksa hinggap Tiffany bangun dari duduknya. "Hai!! Apa yang kamu lakukan?" Tegur Anto yang ikut terkejut dengan apa yang dilakukan oleh Kriss. "Kamu pikir kamu berhak untuk bertanya?" Balas Kriss yang langsung saja menggendong Tiffany layaknya karung beras dan membawanya pergi begitu saja. Tiffany tidak memberontak ataupun kesal, Tiffany justru merasa senang karena Tiffany pikir Kriss sedang cemburu. Selain itu Tiffany juga sedikit risih dengan sentuhan Anto tadi. Jika bukan karena dirinya sedang merajuk, Tiffany pasti sudah memakai Anto tadi. Kriss membuka kamar Tiffany dengan gerakan tergesa, setelah itu Kriss masuk ke dalam dan menguncinya dari dalam. "Aww," jerit Tiffany pelan saat tubuhnya dilempar begitu saja ke atas ranjang. "Jadi katakan sekarang, kau ingin aku berhenti menidurimu?" Tanya Kriss tanpa basa-basi. "Apa yang kau katakan?" Tanya Tiffany kesal karena Kriss berbicara tanpa saringan dalam kata-katanya. "Jika kamu memintaku berhenti aku juga akan berhenti, kamu bisa menjadi b***k laki-laki lain juga. Tapi seperti janji kita di awal, kamu harus berterus terang jika kamu bosan sebelum bermain-main dengan laki-laki lain." Kata Kriss mengingatkan. "Aku tidak bermain-main dengan laki-laki lain!" Seru Tiffany kesal karena merasa dituduh dengan jahatnya. "Semuanya ini karena kamu tau tidak, jika kamu mengikutsertakan aku maka aku tidak akan seperti ini." "Apakah kamu laki-laki? Kamu bahkan tidak tahu caranya membujuk dan malah ikut marah bersamaku." Lanjut Tiffany dengan kesal. Kriss yang mendengarnya tentu saja langsung diam, Kriss menatap nyalang ke arah Tiffany yang terlihat marah padanya. Ponsel milik Kriss yang berdering membuat Kriss berbalik dan menerima panggilan telpon dari dokter Anya. "Aku tidak akan bicara dengan dokter." Kata Kriss dengan suara pelan. "Dia datang lagi," kata dokter Anya yang langsung saja membuat Kriss diam saat mendengarnya. "Aku sedang memberi Tiffany pelajaran, dokter Anya bisa menanganinya sendiri." Balas Kriss lagi. "Dia akan memperkosaku." Kata dokter Anya lagi yang langsung saja membuat Kriss menoleh ke arah Tiffany yang tengah menatap ke arahnya. "Aku akan ke sana." Kata Kriss pada akhirnya. "Aku akan kembali, jadi tunggulah di sini." Kata Kriss pada Tiffany. "Apakah jalangmu yang lain sudah menunggu?" Tanya Tiffany dengan nada mengejek. "Aku tahu, orang kampungan tidak akan tahan jika ada wanita mulus mendekatinya." Ejek Tiffany yang langsung saja membuat Kriss kesal. Meskipun begitu Kriss memilih pergi meninggalkan kamar Tiffany dan berlari ke arah ruangan dokter Anya. Di sana Kriss melihat dokter Anya yang tengah berontak dari mantan pacarnya itu. Karena tidak tahan, Kriss pun menggunakan kekerasan pada mantan pacar dokter Anya. "Biarkan aku mencicipinya sedikit, tidakkah kamu juga sudah puas?" Ucap mantan pacar dokter Anya yang sudah tersungkur itu. "Kamu pikir kenapa aku harus berbagi denganmu? Itu tidak akan pernah terjadi." Jawab Kriss yang langsung saja memukul laki-laki itu lagi. Setelah itu Kriss menyeret laki-laki itu keluar dan kembali masuk untuk melihat kondisi dokter Anya. Kriss memejamkan matanya sebentar dan memilih untuk menggendong dokter Anya ke kamarnya. "Gantilah pakaian dokter Anya sebelum keluar dan kembali berjaga." Kata Kriss pelan. "Dia menggigitnya, rasanya sangat sakit." Ucap dokter Anya yang langsung saja membuat Kriss terdiam saat mendengarnya. "Anda bisa mengobatinya sendiri." Kata Kriss yang langsung saja berjalan keluar, meninggalkan dokter Anya yang masih setengah telanjang d**a, dimana satu payudaranya sudah terlihat akibat ulah mantan pacarnya. Kriss keluar dari ruangan kamar dokter Anya dan bertemu dengan Tiffany di sana. Kriss menghampiri Tiffany dan menciumnya dengan rakus, Tiffany bahkan sampai terdorong ke belakang karena serangan itu. "Aku tidak menyentuh siapapun selain kamu." Bisik Kriss pelan sembari menggendong Tiffany di depan dan membawanya keluar dari ruangan dokter Anya. Semua orang yang melihatnya tentu saja terkejut, tapi Tiffany ataupun Kriss tidak peduli dengan hal itu lagi. Kriss membawa masuk Tiffany kembali ke dalam kamarnya, Kriss juga tidak lupa untuk mengunci pintunya. "Apakah kamu tidak tergoda? milik dokter Anya lebih besar dan berisi dibandingkan denganku." Tanya Tiffany pada Kriss yang masih menggendongnya. Kriss tidak menjawab dan memilih untuk menurunkan Tiffany di atas ranjang. Kriss membuka paksa kemeja yang dipakai oleh Tiffany, membuat beberapa kancing kemeja itu lepas dan berceceran di lantai. Setelah itu Kriss mengeluarkan aset atas milik Tiffany dan mengeksekusinya dengan mulutnya. Tiffany tentu saja tidak bisa berkata-kata lagi, yang ia lakukan hanya mendesah, memanggil nama Kriss berulang-ulang hingga membuat napsu Kriss semakin tidak bisa di tahan. Kriss melepaskan celananya dan meninggalkan cd-nya yang masih terpasang. Setelah itu Kriss melepaskan bawahan Tiffany dengan gerakan lebih lembut daripada yang tadi. "Ahhh," desah Tiffany manja saat merasakan tangan kasar Kriss menerobos masuk ke dalam inti miliknya. "Jalang," cibir Kriss sembari tersenyum tipis. Bukannya marah, Tiffany malah semakin terangsang karena mendengar cibiran dari Kriss yang jelas-jelas ditujukan untuk dirinya. "Aku akan melakukan sisanya." Kata Tiffany yang langsung saja membuat Kriss menghentikan gerakannya dan memilih untuk berbaring di atas ranjang itu. Tiffany beranjak bangun dan melepaskan dalaman yang masih menempel di tubuhnya. Tiffany naik ke atas ranjang dengan tubuh telanjangnya, setelah itu Tiffany berada diantara tubuh Kriss yang terbaring di bawahnya. Tiffany melepaskan CD yang dipakai oleh Kriss dan tersenyum lebar saat melihat milik Kriss yang sudah keluar dengan bebasnya. Tiffany akui, milik Kriss memang besar dan juga panjang, dan itu benar-benar menjadi kesukaannya. Dulu Tiffany pernah bermain dengan laki-laki yang memiliki ukuran lebih besar, tapi tidak ada gunanya karena itu hanya besar dan pendek, tapi milik Kriss benar-benar menjadi type idealnya. Tiffany mulai memasukkan milik Kriss ke dalam mulutnya, ekspresi wajah Kriss yang berubah tentu saja membuat Tiffany semakin semangat untuk melanjutkan kegiatannya. Hanya sebentar Tiffany melakukannya, hingga akhirnya Tiffany sudah kembali beranjak dan memposisikan milik Kriss untuk masuk ke dalam miliknya. "Ahhhh...." Desah Tiffany pelan saat merasakan sensasi milik Kriss yang menerobos masuk ke dalam miliknya. Kriss hanya diam, menikmati hangatnya milik Tiffany yang tengah menyelimuti miliknya. Tiffany meminta Kriss untuk bangun, Kriss tentu saja menurut, keduanya saling berciuman dengan Tiffany yang bergerak maju mundur ditengah-tengah ciuman yang berlangsung. Kriss melepaskan ciumannya dan menatap ke arah aset atas milik Tiffany, Kriss menenggelamkan wajahnya di tengah-tengahnya, dan membuat Tiffany mendongak karena merasa merinding. Setelah itu Kriss pun mulai melahap aset Tiffany sembari menikmati gerakan naik turun yang dilakukan oleh Tiffany. Tiga puluh menit berlalu, keduanya sudah dipenuhi dengan keringat, dan Kriss masih bergerak liar di atas Tiffany yang terus menjerit dan mendesah karena ulah Kriss. Hingga akhirnya Kriss mempercepat gerakannya dan menarik miliknya dengan cepat, mengeluarkan ejakulasinya di atas perut rata Tiffany. Tiffany tentu saja juga merasa lega karena hal itu, Tiffany benar-benar akan jatuh pingsan jika Kriss akan bergerak sedikit lebih lama lagi. Karena inti miliknya terasa dikoyak habis-habisan oleh milik Kriss yang masuk terlalu dalam itu. Kriss mencium bibir Tiffany sebentar dan juga mengecup pipinya sebagai tanda akhir dari permainannya. Kriss mengambil kemeja Tiffany yang tidak dan mengusap ejakulasinya di atas perut Tiffany dengan kemeja itu. "Kamu belum menjawabku tadi." Kata Tiffany mengingatnya. Kriss yang mendengarnya tentu saja langsung menoleh ke arah Tiffany dan tidur di samping Tiffany begitu saja. "Aku akan tidur, dan jangan bangunkan aku." Kata Kriss memilih untuk mengabaikan dan tidur membelakangi Tiffany. Tiffany tentu saja kesal, meskipun begitu Tiffany tidak akan menyerah dan memilih untuk memeluk Kriss dari belakang. "Sepertinya aku menyukaimu Kriss." Kata Tiffany mengungkapkan perasaannya. "Aku tahu, kamu selalu merasa puas dengan milikku, jadi tidak ada alasan kamu tidak menyukaiku." Jawab Kriss dengan acuhnya. Meskipun begitu Tiffany cukup senang karena Kriss tahu tentang perasaannya itu. Tiffany juga tidak berharap jika Kriss juga akan menyukainya, tapi yang pasti Tiffany sudah merasa cukup dengan Kriss yang selalu memilihnya dibandingkan dengan wanita lain dalam memuaskan hasratnya. Tiffany memejamkan matanya perlahan, hingga tanpa sadar Tiffany benar-benar tertidur lelap karena kelelahan. Kriss yang hanya pura-pura tidur tentu saja langsung berbalik, Kriss menyentuh kepala Tiffany, menyingkirkan rambut Tiffany yang menutupi wajah cantiknya itu. Kriss mencium kening Tiffany lama dan memeluk wanita itu dengan erat, Tiffany sendiri memutuskan untuk mencari posisi nyamannya, dimana posisi itu adalah menenggelamkan kepalanya pada d**a bidang milik Kriss. "Aku tidak tahu nanti bisa kembali atau tidak, tapi yang pasti aku tidak akan melupakanmu dengan mudah." Kata Kriss kembali membuka matanya. "Kamu harus kembali," balas Tiffany pelan, matanya masih terpejam rapat. Mendengar hal itu tentu saja Kriss tersenyum tipis, merasa lebih baik meskipun sampai sekarang Kriss tidak bisa melupakan penghinaan yang diberikan oleh Tiffany untuknya tadi. "Kalau begitu aku akan kembali." Kata Kriss pada akhirnya. Kriss sudah memutuskan, jika perjalannya dalam seminggu nanti gagal, maka dirinya akan menyerah pada penelitiannya dan memutuskan untuk menetap di sini. Tapi jika dirinya menemukan titik terang untuk balas dendam, maka Kriss akan meneruskannya dan meninggalkan tempat ini dengan membalaskan dendamnya satu persatu. Keduanya terlelap karena lelah, benar-benar tidur dengan kondisi kamar yang berantakan tak karuan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN