Pagi hari Kriss sudah bangun dan siap dengan bajunya, Kriss keluar dari kamar dan menuju ke arah lab, bergabung dengan teman-teman barunya dalam penelitian.
Sesampainya di dalam lab, Kriss menatap ke arah semua orang yang menggunakan kemeja putihnya denan rapi, berbeda dengan dirinya yang menyingkap lengan kemejanya hingga siku dan meninggalkan jejak di kemeja yang di pakainya.
"KAMU KALAU TERLAMBAT BISA NGGAK MINTA MAAF, JADI ANAK BARU NGGAK SOPAN BANGET."
Amarah dari seseorang yang baru pertama kali di lihatnya membuat Kriss terdiam dan menatap tak suka pada laki-laki paruh baya yang memarahinya tadi.
"Push up 50x." Perintah laki-laki itu lagi yang langsung saja di turuti oleh Kriss.
Tiffany hanya menatap ke arah Kriss dengan senang, tentu saja setelah di permalukan semalam Tiffany senang karena akhirnya Kriss mendapatkan hukuman dari anak buah ayahnya.
"Perusahaan mulai stabil dan baik, bapak berpesan pada saya untuk tidak membuat mbak Tiffany terlalu kepikiran." Kata laki-laki paruh baya yang tadi menghukum Kriss.
"Saya tahu, pak Aris bisa teruskan kelilingnya." Jawab Tiffany yang langsung saja di jawabi anggukan oleh Aris.
Kriss berdiri setelah melakukan olah raga pagi yang cukup melelahkan itu, keringatnya keluar dan membuat kemejanya sedikit basah dan memperlihatkan otot tubuhnya yang tercetak dengan jelas.
Tiffany menoleh ke arah tubuh Anto yang kurus itu, memang tak ada tandingannya jika di bandingkan.
"Kriss ayo ke sini." Panggil Tiffany yang langsung saja membuat Kriss maju dan mengikuti langkah Tiffany dan Antonio.
"Kita mulai di sini, di sini kita akan membuat es crystal yang nantinya akan langsung kita pindahkan ke dalam gelas pakai jalur udara, memang terdengar mustahil tapi memang ada yang seperti itu." Terang Tiffany yang langsung saja membuat Kriss terdiam mendengarnya.
"Sebenarnya aku pernah melihat salah satu penelitian ini di salah satu drakor booming akhir-akhir ini, dan aku ingin mencobanya apakah ini benaran bisa terjadi." Kata Tiffany lagi menerangkan.
Antonio menatap ke arah Kriss dengan tersenyum tipis, Kriss meskipun sedikit bandel dan bengal, tapi saat ada yang menjelaskan dia selalu mendengar dengan baik, tak seperti dirinya yang kadang suka mengacuhkan.
"Paham?" Tanya Tiffany yang langsung saja di jawabi anggukan.
"Karena aku orang baru, aku akan lebih banyak menyimak daripada bertindak. Mohon bantuannya teman-teman." Kata Kriss yang langsung saja membuat semua orang mengangguk dan cukup bangga karena Kriss tahu tempatnya.
Penelitian di mulai dengan sedikit hening. Selain Tiffany dan Antonio, Kriss juga melihat orang-orang baru yang baru saja ia lihat. Saat ini mereka tengah berkumpul dan mengumpulkan berbagai bahan yang akan di mereka pakai untuk membuat es crystal. Sedangkan Kriss sendiri hanya mengamati dan mencatat semua bahan yang tadi di masukkan. Karena mereka masih mencoba mencari bahan yang cocok.
"Boleh tukar bahan nomor 3 nggak?" Tanya Kriss pelan. Semua orang pun menoleh ke arah Kriss dan menatapnya dengan sedikit meremehkan. Seorang anak yang hanya miliki ijazah SMP tahu apa?
"Mau di tukar pakai bahan yang ke berapa?" Tanya Tiffany menanggapi. Tak salah jika Tiffany mendengarkan sedikit masukan dari Kriss, seperti tempo hari yang lalu.
"Tukar pakai bahan nomor 5, dan bahan nomor 2 jangan terlalu banyak." Jawab Kriss yang langsung saja di jawabi anggukan oleh Tiffany.
"Jangan membuang-buang waktu." Kata Antonio menahan gerakan lengan Tiffany yang ingin melakukan semua hal yang di katakan oleh Kriss.
Tiffany menoleh ke arah Antonio, seolah bertanya apa yang salah? Bukankah sedari tadi mereka memang masih mencoba-coba?
"Dia nggak tahu banyak nama bahan-bahan yang kita pakai, kamu tahu kan kalau bahan yang kita pakai harganya cukup mahal." Kata Antonio lagi masih dengan menatap ke arah Tiffany. Selain Antonio, hampir semua orang mengangguk dan setuju dengan kata-kata yang di ucapkan oleh Antonio. Kriss sendiri sadar jika tanpa ijazah yang bagus dirinya nggak akan pernah di pandang di sekitarnya.
"Tapi apa salahnya kita coba? Bukankah tadi kita memang masih mencobanya?" Tanya Tiffany sedikit tak terima dengan masukan yang di berikan oleh Antonio.
"Aku hanya bicara omong kosong, daripada bertengkar lebih baik kita teruskan." Kata Kriss yang langsung saja membuat Antonio setuju.
Pendapat Kriss pun di abaikan, semua orang masih terus mencoba untuk menentukan bahan yang aman dan cocok. Kriss sendiri masih terus mencatat dan mencorek bahan yang cocok dan tidak cocok.
Jam istirahat berdenting dengan keras, semua orang melihat ke arah jam tangan yang mereka pakai, kecuali Kriss yang memang tak memiliki barang tersebut.
"Kita makan siang dulu di lantai bawah." Kata Tiffany memberi aba-aba.
Semua orang pun mengangguk dan berjalan meninggalkan lab, Kriss sendiri ikut mengekor setelah meletakkan kertas yang tadi di pakainya.
"Berapa banyak kemungkinan akan berhasil tidaknya?" Tanya Tiffany sengaja berjalan lambat untuk menunggu Kriss.
Kriss menoleh dan menaikkan kedua bahunya, dirinya juga tak tahu dengan presentase keberhasilan yang akan terjadi, tapi pandangan Kriss biasanya cukup tajam dan jarang melesat.
"Jika di pikir-pikir, kata Antonio memang benar, jangan di coba, kamu tahu aku tidak memiliki pendidikan yang cukup." Jawab Kriss yang langsung saja membuat Tiffany mengangguk mengerti.
Keduanya berjalan menuruni tangga dengan beriringan, biasanya Tiffany akan pergi keluar untuk makan, jarang sekali Tiffany makan di kafeteria yang di sediakan di lab. Selain masakannya yang tak terlalu enak, Tiffany juga sedikit tak menjamin kebersihannya.
Dulu sekaki Tiffany sering membawa bekal yang di bawakan oleh mamanya, jadi memang Tiffany jarang sekali untuk makan di kafeteria, kalaupun ke kafeteria, Tiffany hanya menumpang duduk dan memakan bekal yang di bawanya.
"Kamu mau minum apa?" Tanya Tiffany seraya menunjuk kulkas tranparan di ujung kanan.
"Apa aja, yang penting dingin." Jawab Kriss pelan.
Kriss berjalan ke arah antrian makanan saat Tiffany pergi untuk mengambilkan minuman untuknya. Bukannya tak tahu Budi, Kriss juga sekalian mengambilkan makanan untuk Tiffany.
Setelah mendapatkan jatahnya dan juga Tiffany, Kriss mencari tempat kosong dan meletakkan piring Tiffany di atas meja.
"Kamu makan dua porsi?" Tanya Antonio yang memilih untuk gabung bersama Kriss di mejanya.
"Tidak, aku mengambilkan milik Tiffany." Jawab Kriss datar.
"Dia tidak memakan makanan yang ada di sini, jadi lebih baik kamu menghabiskan semuanya." Kata Antonio memberitahu.
Kriss yang mendengarnya tentu saja tak keberatan, selera makannya memang sedikit buruk, tapi jika di paksa untuk makan, Kriss juga akan menghabiskannya.
Tiffany berjalan menghampiri meja Kriss dan Antonio dengan membawa dua botol minuman bersoda. Tentu saja untuk dirinya dan juga Kriss.
"Kamu mengambilkan makanan untukku?" Tanya Tiffany pelan dan ikut duduk bersama Kriss dan Antonio.
"Kamu bisa makan di tempat seperti ini?"
Alih-alih menjawab, Kriss lebih memilih untuk bertanya, apa yang di katakan oleh Antonio tadi membuat Kriss menimbang-nimbang kembali untuk memberi makan Tiffany di sini.
"Bisa, berikan piringnya padaku." Pinta Tiffany pelan.
Kriss pun menggeser piringnya dan memberikannya ke arah Tiffany, sedangkan Antonio sendiri sedikit heran dengan Tiffany yang mau makan dengan santainya.
Tbc