Selama seminggu Kriss melakukan penelitian terhadap hal yang baru saja ia temukan, bahkan Kriss juga mencoba mengunjungi Bendungan Anastasius versi aslinya.
Benar saja, di sana memang ada gua yang tak jauh dari bendungan itu. Tak ada makhluk asing yang biasa ia lihat di dalam gamenya, di dalam gua pun tak ada apa-apa, tak seperti yang ada di gamenya, di mana banyak tulang berulang yang ada di dalamnya.
Awal Kriss ingin masuk ke area hutan di mana bendungan itu berada, Kriss di beritahu oleh warga sekitar jika tempat itu cukup angker, bahkan beberapa waktu lalu ada anak hilang yang baru saja di temukan seminggu setelahnya dengan keadaan meninggal dunia. Dan tentu saja Kriss tahu berita tentang semua itu, karena dirinya pernah melihatnya di internet.
Kriss juga mengamati tempat-tempat lainnya yang terlihat menarik di matanya, hingga akhirnya Kriss menemukan sebuah goa yang lain yang ada di timur bendungan itu, goa itu terlihat karena air di dalam bendungan itu sedikit surut, dan bisa di pastikan jika goa itu akan tertutup air jika airnya penuh.
"Kamu sibuk apa sih? Dari tadi aku panggil nggak nyahut." Tanya Tiffany seraya menepuk bahu Kriss cukup keras.
Kriss pun menoleh dan menatap ke arah anak atasannya itu dengan sedikit datar, dirinya sedang menganalisis semua tempat yang ia lihat di sekitar bendungan dengan gambar seadanya. Sedangkan Tiffany sendiri hanya menatap gambarannya dengan sedikit memutar otaknya, karena gambaran Kriss memang sehancur itu.
"Aku sedang menggambar sesuatu." Jawab Kriss jujur.
"Besok kita akan mulai penelitian baru, dan kamu sudah mulai gabung besak." Kata Tiffany memberitahu.
"Aku tahu." Jawab Kriss datar dan kembali menatap ke arah gambaran tangannya yang hancur itu.
"Aku nggak cukup menarik ya daripada gambar itu?" Tanya Tiffany pelan.
Seminggu bersama dengan Kriss di lab membuat Tiffany tahu banyak tentang Kriss, mulai nafsu makannya yang sedikit buruk dan juga tidurnya yang kurang. Semua orang yang bekerja di lab memang memiliki ruangan sendiri untuk istirahat, jadi mereka akan jarang pulang jika tugasnya belum selesai. Tiffany sendiri juga jarang pulang setelah mamanya meninggal dunia setahun yang lalu.
Tiffany membuka kancing atasnya dengan berani, selama ini banyak laki-laki yang tertarik dan terus menawarkan untuk tidur bersamanya, tapi Tiffany terus menolak dan mencari seseorang yang lebih cocok.
"Aku tidak nafsu pada wanita kalau yang kamu tanyakan tentang ketertarikan itu soal tubuh." Balas Kriss seraya melihat gambar lain yang lebih jelas dan bagus.
Tiffany kembali mengancingkan bajunya dengan sedikit kesal, tentu saja egonya tercubit mendengar jawaban Kriss.
"Kamu jadi orang sombong banget, kamu pikir aku tidak cukup bagus?" Kata Tiffany lagi yang langsung saja membuat Kriss menutup gambarnya dan memutar kursinya ke arah Tiffany.
Tiffany duduk di atas paha Kriss dengan tersenyum kemenangan, dalam hati dirinya menyombongkan diri karena pesonanya tak pernah melesat.
"Apa yang bagus dari semua ini? Sama saja dengan wanita lain." Balas Kriss yang langsung saja membuat Tiffany turun dari pangkuan Kriss.
"Berhenti bersikap murahan seperti itu, kamu itu wanita berkelas, keluarga pun juga tinggi, jadi jangan permalukan diri sendiri." Kata Kriss memberitahu.
"Aku pastikan kamu akan bertekuk lutut di bawahku nanti." Kata Tiffany seraya berjalan keluar meninggalkan Kriss yang kembali fokus pada gambarnya.
Kris menerawang kertas gambarnya dengan cahaya lampu yang terang, Kriss benar-benar penasaran apa yang membuat tempat itu begitu misterius di dalam gamenya. Padahal Kriss tak pernah membuat sistem untuk membuat makhluk-makhluk seperti itu.
Kriss membuka komputernya, mencoba sekali lagi game yang selama seminggu ini ia coba berkali-kali. Di sana jika malam hari begitu tenang, tak ada makhluk-makhluk yang terlihat seperti saat ia login di pagi atau siang harinya.
Yang membuat Kriss penasaran, tentu saja kemana perginya makhluk-makhluk itu, karena saat Kriss mencoba masuk ke dalam goa, tak ada apapun kecuali tulang-tulang.
"Mataku benar-benar lelah." Gumam Kriss pelan seraya melepaskan kaca mata jadulnya. Kriss benar-benar tak tahu apa yang sebenarnya terjadi, hanya saja dirinya penasaran dan ingin tahu lebih banyak soal makhluk yang ia lihat di dalam gamenya.
Kriss meletakkan kembali lensanya, kantuknya tiba dan membuat Kriss memilih untuk mencobanya di lain waktu. Kriss pun berjalan ke arah ranjangnya dan memilih untuk memejamkan matanya.
Tiffany sendiri dengan kesal menghampiri Anto yang masih santai di lab dengan tangan yang memegang jus jeruk yang tadi di belinya dari luar.
"Why? Anak itu buat ulah lagi?" Tanya Anto pelan.
"Tidak, hanya saja sedikit menyebalkan. Apakah dia tidak melihat kalau aku ini begitu cantik?" Jawab Tiffany dengan kesal.
Anto pun langsung tertawa saat mendengarnya, yang benar saja, Tiffany tak pernah mendapatkan penolakan dari siapapun jadi wajar saja jika saat ini Tiffany marah-marah tak jelas.
"Itu mah kamu aja yang gengsi, selama ini nggak pernah ada yang nolak pesona kamu, mangkanya sekarang kamu kesal." Balas Anto yang langsung saja di jawabi anggukan oleh Tiffany.
Tiffany merebut minuman milik Anto dan meminumnya dengan cepat, hatinya benar-benar dongkol pada Kriss yang sudah menjatuhkan harga dirinya.
"Kalau butuh kehangatan gue juga mau kok." Kata anto yang langsung saja membuat Tiffany menoleh dan menggelengkan kepalanya cepat.
"Standar gue tinggi, meskipun Lo lulusan dari perguruan ternama dengan nilai cumlaude sekalipun gua nggak berminat. Tampang Lo kurang ganteng." Jawab Tiffany yang langsung saja membuat Anto menendang pelan kursi yang di pakai oleh Tiffany.
"Ya daripada Lo nganggur, ingat umur, makin tua nanti makin karatan." Kata Anto lagi.
"Umur boleh tua, tapi wajah gue masih cukup bagus buat narik dedek gemes buat teman tidur." Balas Tiffany lagi dengan sombongnya.
"Minggu lalu gue baru check in sama manager kantor bokap Lo, yah meskipun dia udah punya suami, seenggaknya enaklah di pakai gratis." Kata Anto yang langsung saja membuat Tiffany bergidik pelan.
"Lo aja yang doyan, udah tua gitu masih lo embat juga." Balas Tiffany pelan.
"Nggak gitu juga, gue kan perlu, yah Lo tahu sendiri kan, jadi gue butuh uang." Kata Anto yang hanya di jawabi anggukan oleh Tiffany.
"Gue saranin mending Lo berhenti deh, ngerusak tubuh tau nggak, Nggak baik juga buat kesehatan." Kata Tiffany memberitahu Anto kesekian kalinya.
"Bukannya gue nggak bisa berhenti, tapi ya akan gue usahain kalau Lo mau jadi pacar gue." Balas Anto tanpa tahu malu.
"Jijik banget gue, udah ah gue mau tidur, halu sama guling dulu." Kata Tiffany seraya berjalan ke arah kamarnya, meninggalkan Anto yang hanya tersenyum tipis saat menanggapinya.
Tbc