Setelah selesai mengeceknya, Kriss pun memberikan anting itu lagi pada Tiffany dan memutuskan untuk meneruskan pekerjaannya.
Sebulan setelahnya, Kriss dan Tiffany datang ke acara pernikahan sederhana yang diadakan oleh dokter Anya dan juga kakak sepupu Tiffany. Kriss datang menggunakan setelan yang senada dengan yang dipakai oleh Tiffany. Tiffany sengaja membelinya tanpa sepengetahuan Kriss dan memaksa laki-laki itu untuk memakainya.
Awalnya, dokter Anya dan Heri memang setuju untuk mendaftarkan pernikahannya saja, tapi Tiffany mencoba untuk membujuk kakak sepupunya. Bagaimanapun juga ini adalah pernikahan pertama buat dokter Anya, jika kurang berkesan mungkin akan mudah dilupakan. Untuk itu akhirnya Heri memutuskan untuk membuat pesta pernikahan dengan dihadiri oleh anak buahnya dan juga kerabat terdekatnya. Sekalian memperkenalkan istrinya pada anak buahnya.
"Sudah lama tidak melihat anda."
Salah seorang wanita menghampiri Tiffany dan menyapa Tiffany dengan hormat. Tiffany menoleh, menatap ke arah salah satu anak buah kakak sepupunya yang dulu pernah berlatih bersama dengannya.
Tiffany menoleh ke arah Kriss, namun laki-laki itu hanya diam dan memakan makanan yang disajikan di atas meja. Terlihat sekali jika Kriss tidak tertarik dengan apa yang ada di sekitarnya.
"Benar! Aku memang sudah lama tidak berkunjung." Jawab Tiffany dengan ramah.
"Apakah anda baik-baik saja? Sedari tadi papa anda selalu melihat ke arah sini." Tanya wanita itu yang langsung saja membuat Tiffany tersenyum tipis.
Tiffany sudah mengetahui hal itu. Memang benar, papanya sedari tadi mengawasi gerak-gerik Kriss yang datang bersamanya. Papanya memang sudah bilang untuk mempercayai Kriss, tapi papanya tidak sedikitpun menurunkan kewaspadaannya pada laki-laki yang disukai oleh putri semata wayangnya itu.
"Aku baik-baik saja, tidak perlu khawatir." Jawab Tiffany sembari menatap ke arah Kriss yang masih diam dan menatap ke arah depan.
Acara pernikahan itu berjalan lancar, dan sesi foto bersama akhirnya tiba. Tiffany berdiri dan menarik Kriss untuk ikut naik ke atas dan berfoto bersama.
"Aku tidak ikut." Balas Kriss menolak.
"Aku tidak mengajakmu, tapi memaksa." Jawab Tiffany yang pada akhirnya tidak bisa di tolak oleh Kriss.
Sembari menunggu giliran, Kriss menatap ke arah Tiffany yang terlihat cantik dengan gaun merah yang dipakainya. Meskipun sedikit terbuka di area dadanya, tetap saja itu terlihat sangat bagus.
"Setelah ini kita ke mana?" Tanya Kriss dengan suara pelan.
"Hotel?" Jawab Tiffany asal.
Kriss yang mendengarnya tentu saja langsung tertawa pelan. Setelahnya keduanya pun naik. Kriss berdiri di samping pengantin perempuan dan Tiffany berdiri di samping kakak sepupunya.
Selama pemotretan yang sudah diulang ke empat kalinya, pengantin laki-laki tidak pernah fokus dan terus menatap ke arah Kriss yang berdiri di samping pengantin perempuan, dan hal itu membuat Kriss tertawa pelan.
"Kita tukar posisi." Kata Kriss yang langsung saja dijawabi anggukan oleh Tiffany.
Saat fotografer mengarahkan untuk berpose, Heri malah asih berbicara pelan dengan Kriss. Memberitahu jika dirinyalah yang berhasil mendapatkan dokter Anya. Sedangkan Kriss yang mendengarnya tentu saja hany tersenyum lebar.
Potret ke lima pun akhirnya memiliki hasil yang sangat bagus. Kriss mengucapkan selamat pada kedua pengantin dan berjalan turun dengan menggandeng pinggang ramping Tiffany.
Tiffany tentu saja merasa aneh dan menatap ke arah Kriss yang masih tersenyum lebar.
"Apa yang membuat kamu tersenyum begitu lebar?" Tanya Tiffany penasaran.
"Karena aku bisa memegangmu sesuka hatiku?" Jawab Kriss yang langsung saja membawa Tiffany keluar dan masuk ke dalam mobil.
Tiffany tidak banyak tanya, dirinya memutuskan untuk ikut saja dan membiarkan Kriss mengemudikan mobilnya.
"Hotel mana?" Tanya Kriss yang langsung saja membuat Tiffany membuka matanya lebar.
"Hotel?" Tanya Tiffany sedikit bingung.
"Kamu bilang ingin langsung ke hotel, jadi aku tanya, mau ke hotel mana?" Jawab Kriss menjelaskan.
"Aku hanya bercanda." Kata Tiffany yang langsung saja membuat Kriss menoleh, menatap ke arah Tiffany yang terlihat bersungguh-sungguh.
Kriss memutuskan untuk menjalankan mobilnya dan menghentikan laju mobilnya di tempat yang jarang dijangkau oleh orang lain. Kriss melepaskan sabuk pengamannya dan mulai mendekati Tiffany untuk memberitahu jika dirinya sedari tadi tidak bisa fokus karena pakaian yang dipakai oleh wanita itu.
"Kamu sengaja mengenakannya bukan? Memamerkan hal seharusnya tidak dilihat orang lain." Tanya Kriss yang langsung saja membuat Tiffany mengikuti arah pandang mata Kriss yang hanya fokus pada tubuh bagian atasnya.
"Apakah kamu marah? Aku pikir ini tidak terlalu terbuka." Balas Tiffany dengan entengnya.
Dirinya memang terbiasa memakai baju sexy, tapi setelah mengenal Kriss dan tahu jika laki-laki itu suka petualang, maka Tiffany memutuskan untuk menggunakan kaos dan juga pakaian yang lebih santai dibandingkan dengan gaun-gaun yang ia miliki sebagai koleksi.
Kriss menggerakkan tangannya dan menarik turun dress yang dipakai oleh Tiffany. Membuat dress itu turun dan memperlihatkan aset milik Tiffany yang hanya tertutup oleh bra minim yang cukup transparan.
"Hanya satu tarik, dan itu terlihat semua. Bagaimana bisa kamu mengatakan ini tidak cukup terbuka?" Kata Kriss yang langsung saja membuat Tiffany diam dan tidak bisa berkata-kata.
"Apakah kamu punya pakaian yang lebih terbuka dibandingkan ini?" Tanya Kriss lagi.
"Aku punya banyak di rumah." Jawab Tiffany dengan jujur, masih tidak tahu dengan situasinya yang sedang diincar oleh predator baru.
"Kalau begitu, ayo kita ke rumahmu dan lihat sebanyak apa itu." Kata Kriss yang langsung saja kembali duduk dan mengenakan sabuk pengamannya dengan cepat.
Kriss kembali melajukan mobilnya dengan tenang. Tiffany yang melihatnya tentu saja tersenyum tipis. Tiffany membenarkan gaun yang ia pakai dan memutuskan untuk terus menatap ke arah depan.
"Jika kamu datang ke rumah, maka kamu harus siap menikah denganku." Kata Tiffany memberitahu.
"Kenapa harus seperti itu?" Tanya Kriss dengan suara pelan.
"Karena mama pernah bilang, jangan biarkan laki-laki datang ke rumah jika aku tidak berniat untuk menikah dengannya. Lalu karena aku memang menyukaimu, aku akan membiarkan kamu datang, tapi dengan kata lain kamu tidak bisa menikahi wanita lain kecuali aku." Jawab Tiffany menjelaskan.
"Kalau begitu, ayo kembali ke asrama saja." Kata Kriss yang langsung saja membuat Tiffany mencebikkan bibirnya kesal.
"Apakah aku sangat tidak menarik?" Tanya Tiffany dengan sedikit kesal.
"Karena aku tidak berniat untuk menikah dengan siapapun." Jawab Kriss memberitahu.
"Kalau begitu ayo datang dan temui mama." Ajak Tiffany yang langsung saja membuat Kriss menoleh ke arah Tiffany.
"Setidaknya, biarkan aku menunjukkanmu pada mama." Lanjut Tiffany meminta bantuan.
"Mama kamu juga tidak akan bisa melihatku, jadi apa gunanya?" Balas Kriss dengan suara pelan.
"Papa mengawetkan jasad mama, jadi kamu bisa melihatnya." Kata Tiffany memberitahu.
Kriss yang mendengarnya tentu saja terkejut, Kriss pikir mama Tiffany dikebumikan atau setidaknya dibakar, tapi ternyata diawetkan.