Pagi hari, Kriss bangun pagi dan bersiap untuk bekerja. Meninggalkan Tiffany yang masih tertidur di tempatnya.
"Mana Tiffany?" Tanya Anto saat keduanya berpapasan dan berjalan ke arah laboratorium bersama.
"Masih tidur, mungkin dia lelah jadi aku membiarkan dia istirahat lebih banyak lagi." Jawab Kriss memberitahu.
Keduanya sudah cukup dekat akhir-akhir ini, banyak hal-hal yang mereka diskusikan soal penelitian baru.
Papa Tiffany benar-benar menginvestasikan banyak uang untuk penelitian yang ada di dalam laboratorium itu. Terkadang, hasilnya pun tidak setara dengan apa yang dikeluarkan, tapi dia tetap mendanai semua itu hanya karena putrinya menyukai hal-hal itu.
"Siapa yang dekat dengan nona Tiffany?" Tanya pengawas yang pernah memukul Kriss sebelumnya.
Anto dan juga Kriss mengangkat tangannya.
"Kalian berdua pacarnya nona Tiffany?" Tanya pengawas itu lagi.
Anto menurunkan tangannya dan membuat pengawas itu menatap lurus ke arah Kriss dengan tatapan tajam.
"Apakah kamu tidak puas membuat keributan di sini? Kamu bahkan juga membuat keributan lainnya." Kritik laki-laki setengah tua itu yang hanya didengarkan oleh Kriss. Kriss benar-benar kesal dan ingin memakai laki-laki itu, tapi Kriss tidak bisa melakukannya karena dirinya masihlah orang baru di sini.
Seorang laki-laki yang usianya hampir lima puluh tahun masuk ke dalam laboratorium. Pakaiannya yang rapi dengan tongkat di tangannya membuat semua orang langsung mundur, berbaris rapi untuk memberikan salam.
"Salam pak!" Ucap pengawas itu sembari memberikan salam pada laki-laki tua itu.
"Jadi mana yang namanya Kriss?" Tanya laki-laki itu dengan ekspresi wajah datarnya.
"Saya!" Jawab Kriss dengan cepat.
"Jauhi putri saya atau kamu hilang dari dunia ini?" Tanya orang itu tanpa basa-basi.
"Saya tidak pernah mendekati putri anda, dan putri anda yang mendekati saya. Jadi jika anda ingin bertanya seharusnya anda bertanya pada putri anda sendiri." Jawab Kriss dengan berani.
"Apakah kamu mengatakan kalau putriku yang merayumu? Apakah kamu sadar dengan apa yang baru saja kamu katakan?" Tanya orang itu lagi sembari mengangkat tongkatnya dan menunjuk ke arah Kriss.
Anto mencubit Kriss pelan, mengkode agar laki-laki itu diam dan tidak mengatakan apa-apa lagi.
"Saya tidak mengatakan jika putri anda merayu saya, tapi saya bilang putri anda yang mendekati saya." Jawab Kriss lagi.
"Bocah ini," gumam Anto gemas saat mendengarnya.
"Bawa dia!" Ucap orang itu memberi perintah.
Kriss tidak memberontak dan membiarkan dirinya ditangkap oleh anak buah papanya Tiffany.
Baru saja mereka akan pergi, Tiffany datang dan menatap ke arah papanya dan juga Kriss secara bergantian.
"Sayang, apakah kamu sudah merasa lebih baik?" Tanya papa Tiffany dengan ramah.
Tiffany mengabaikan dan memutuskan untuk mendekati Kriss dan membuat anak buah papanya melepaskan pegangannya pada Kriss.
"Apakah kamu baik-baik saja? Apakah mereka memukulmu?" Tanya Tiffany khawatir.
"Mereka tidak melakukan apa-apa jadi jangan khawatir." Jawab Kriss dengan cepat.
"Tapi kenapa kamu ke sini? Kamu harus istirahat agar kita bisa bekerja bersama lagi." Tanya Kriss sembari meminta wanita itu untuk istirahat.
"Apa yang akan papa lakukan pada Kriss?" Tanya Tiffany yang langsung saja menghampiri papanya dan berdiri di depannya.
"Apa papa tidak mendengarkan apa yang Tiffany katakan kemarin? Apakah papa pikir Tiffany bercanda?" Tanya Tiffany lagi yang langsung saja bergerak dan mengambil gunting yang ada di laci meja kerjanya.
"Inikan yang papa harapkan?" Tanya Tiffany sembari memperlihatkan gunting itu pada papanya.
"Sayang, papa ingin memberikan penghargaan untuk dia karena sudah membantu kamu menyelesaikannya penelitian kemarin, dan semua itu sedang dikembangkan sekarang." Kata papa Tiffany dengan hati-hati. Mencoba untuk merebut gunting yang ada di tangannya.
Papa Tiffany menoleh, menatap ke arah Kriss dan mencoba untuk berbicara lewat batin pada laki-laki itu.
"Benar apa yang dikatakan papa kamu, dia tidak berniat untuk melakukan apapun." Kata Kriss peda Tiffany.
"Kembalilah istirahat sekarang, aku akan kembali begitu selesai bekerja nanti." Kata Kriss pada Tiffany.
Tiffany tidak mendengarkan, tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Kriss. Mau bagaimanapun juga ini bukan pertama kalinya, jadi Tiffany tidak akan tertipu.
"Jika papa kamu punya niat buruk, dia pasti akan membawaku saat kamu tidak ada di sini. Jadi jangan khawatir." Kata Kriss lagi, masih mencoba untuk membujuk Tiffany dengan pelan.
Kriss berjalan mendekati Tiffany, mengambil gunting itu dengan mudahnya dan melemparkannya ke atas lantai.
"Kembalilah sekarang." Kata Kriss terdengar memerintah.
Jika Kriss sudah mengubah nada bicaranya, Tiffany pun tidak bisa mengatakan apa-apa dan memutuskan untuk pergi.
"Jika papa melakukan sesuatu padanya, maka saat itu juga Tiffany akan meninggalkan papa." Ancam Tiffany mengingatkan papanya.
Setelah itu, Tiffany pun pergi, meninggalkan ruang laboratorium dengan perasaan tak karuan.
Tadi saat masih tidur, Tiffany mendapatkan telpon dari dokter Anya yang memberitahu jika papanya datang berkunjung dengan membawa pengawalnya. Hal itu tentu saja langsung membuat Tiffany mencari keberadaan Kriss dan dirinya semakin panik karena tidak menemukan laki-laki itu di dalam kamar.
Lalu Tiffany bergegas untuk menuju laboratorium, di sana Tiffany melihat ke arah papanya dan juga Kriss yang sudah diapit oleh dua orang kepercayaan papanya.
Papa Tiffany menatap ke arah Kriss dengan sedikit tajam, orang-orang yang tadi memegangi Kriss tentu saja bergerak mendekat lagi dan mencoba untuk membawa Kriss.
"Biarkan dia jalan sendiri, ayo ikut aku." Kata papa Tiffany yang langsung saja membuat Kriss menghela napasnya pelan dan memutuskan untuk mengikutinya dari belakang.
Kriss dan juga papa Tiffany masuk ke dalam mobil untuk berbincang. Di luar mobil ada beberapa pengawal yang sedang berjaga.
"Berapa yang kamu incar?" Tanya papa Tiffany tanpa basa-basi.
"Tidak ada." Jawab Kriss dengan cepat.
"Kamu bukan satu-satunya, jadi tidak perlu merasa sungkan." Kata papa Tiffany lagi.
"Kalau begitu tolong singkirkan orang itu, saya benar-benar muak dengannya." Ucap Kriss sembari menunjuk ke arah pengawas yang tidak pernah menyukainya.
"Lalu kamu akan pergi meninggalkan putriku?" Tanya papa Tiffany lagi.
"Tergantung bagaimana putri anda bersikap. Karena dari awal saya sudah bilang jika saya tidak pernah sekalipun mendekati putri anda." Jawab Kriss dengan berani.
"Lebih baik kamu memilihnya sekarang, sebelum kamu menghilang dari dunia ini." Ucap papa Tiffany yang langsung saja membuat Kriss tertawa pelan saat mendengarnya.
"Maaf, saya tidak takut mati." jawab Kriss dengan tegas.
Papa Tiffany tentu saja geram, dirinya benar-benar ingin memukul laki-laki itu dengan tongkatnya.
"Apakah sudah selesai?" Tanya Kriss yang langsung saja membuat orang tua itu semakin geram.
"Apa yang dilihat putriku darimu? Kenapa dia selalu saja memilih pasangan yang tidak sebanding dengannya?" Gumam orang itu sembari memijit kepalanya pelan.
"Jika anda ingin putri Anda mendapatkan pasangan yang sebanding, anda harus mengekang putri anda dengan baik." Kata Kriss memberitahu.
"Anda berkali-kali membiarkan putri anda jatuh hati pada orang-orang yang anda katakan tidak sebanding dengannya, seharusnya setelah anda berhasil menyingkirkan mereka, Anda juga harus membereskan putri anda juga." Lanjut Kriss memberitahu.
"Mengancam saya atau berpikir untuk menghilangkan saya itu tidak akan ada artinya. Karena putri anda akan terus jatuh hati pada orang yang tidak sebanding dengannya." Kata Kriss yang langsung saja membuka pintu mobil dan berniat untuk pergi.
"Lalu, kenapa kamu tidak menikahinya?" Tanya laki-laki tua itu yang langsung saja membuat Kriss menolak.
"Saya tidak punya masa depan, dan jangan berpikir untuk mempercayakan putri kesayangan anda pada saya." Jawab Kriss yang langsung saja menolaknya.
Kriss bukanlah orang bodoh, dari awal dirinya tahu tentang posisinya, jadi dirinya tidak akan terjebak oleh kata-kata itu.
Kriss membungkukkan badannya dan pergi begitu saja, meninggalkan papa Tiffany yang masih ada di dalam mobil.
Kriss segera kembali ke laboratorium, menatap ke arah Tiffany yang kembali ke sana dan menatapnya kok khawatir.
"Pergilah istirahat, aku akan langsung kembali saat jam makan siang." Kata Kriss pada Tiffany.
Tiffany pun mengangguk dan memutuskan untuk pergi meninggalkan laboratorium.
Semua orang kembali fokus pada pekerjaannya, Anto juga sesekali melirik ke arah Kriss, penasaran dengan apa yang dibicarakan laki-laki itu dengan papa Tiffany.
"Apa yang kalian bicarakan?" Tanya Anto sembari mendekati Kriss dan bertanya.
"Seperti yang kamu pikirkan." Jawab Kriss dengan cepat.
Setelah itu Kriss kembali fokus pada pekerjaannya dan mengabaikan Anto yang terlihat masih penasaran.
Jam makan siang tiba, seperti yang dijanjikan, Kriss memutuskan untuk pergi ke kamar Tiffany dibandingkan dengan pergi ke kantin untuk makan siang.
"Tiff?" Panggil Kriss sembari mengetuk pintu kamar Tiffany dengan pelan.
Tiffany yang mendengar suara Kriss tentu saja segera beranjak dan membukakan pintu. Tiffany langsung saja memeluk laki-laki itu dengan erat.
"Apa yang papa katakan? Apakah dia mengancam kamu? Mengatakan akan menyingkirkan kamu?" Tanya Tiffany dengan khawatir.
"Tidak ada hal yang seperti itu, dia sangat menyayangi kamu jadi tidak mungkin dia mengatakan hal seperti itu." Jawab Kriss berbohong.
"Lalu apa yang dia bicarakan?" Tanya Tiffany pelan.
"Memberikan penghargaan." Jawab Kriss memberitahu.
"Dia bilang ingin memberikan uang tambahan jika aku bisa menemukan sesuatu yang baru lagi." Kata Kriss memberitahu.
"Kamu tidak bohong?" Tanya Tiffany pelan.
"Tidak, aku mengatakannya dengan jujur. Tidak ada yang berani berlaku kasar padaku, jadi jangan khawatir." Jawab Kriss dengan percaya diri.
"Ayo ke kantin, kita makan siang bersama." Ajak Kriss yang langsung saja dijawabi anggukan oleh Tiffany. Keduanya berjalan meninggalkan kamar dan menuju ke arah kantin.
Semua orang menatap ke arah Kriss dan juga Tiffany. Berita tadi pagi pun sudah menyebar luas, mereka mulai menerka-nerka kapan Kriss akan menghilang setelah ini. Karena hal seperti ini memang pernah terjadi sebelumnya.
"Makanlah yang banyak." Kata Kriss memberitahu.
"Aku tidak napsu makan, kamu pikir aku bisa makan saat semua orang membicarakan tentang kamu yang akan dimusnahkan?" Jawab Tiffany dengan kesal.
"Aku yang tahu pasti, jadi jangan dengarkan kata-kata orang lain. Lagipula aku punya senjata lain, jadi kamu jangan khawatir." Kata Kriss menenangkan.
"Nasibku sudah tercatat pada bendungan anastasius, jadi aku tidak akan hilang begitu saja." Lanjut Kriss mengingatkan.