92

1023 Kata
Setelah melihat wanita itu pergi, Kriss segera mengemasi barang-barangnya untuk kembali. Mungkin dirinya bisa memberikan informasi, tapi itu juga bukan hal mudah untuk ia bagikan begitu saja. "Anda mau ke mana?" Baru saja Kriss keluar dari penginapan dengan tas yang ia bawa, suara wanita itu sudah kembali terdengar dan menanyakan kemana dirinya akan pergi. "Saya sudah mencari keberadaan ibu pemilik penginapan, tapi tidak juga bertemu." Kata wanita itu memberitahu. "Kalau begitu tunggulah, aku akan pergi sebentar dan kembali." Jawab Kriss yang tentu saja berbohong. Kriss berjalan meninggalkan penginapan dan juga wanita itu tanpa berpikir dua kali lagi. Berbeda dengan wanita itu yang terlihat diam dan terus menatap ke arah Kriss. Hingga akhirnya wanita itu bergerak mengambil tasnya dan mengejar kepergian Kriss dengan kakinya yang pendek. "Kapan anda kembali?" Tanya wanita itu yang masih diabaikan oleh Kriss. "Saya akan ikut kembali saat anda kembali." Lanjut wanita itu lagi. "Aku tidak tahu, aku harus bekerja." Jawab Kriss memberitahu. "Jika kamu benar-benar penasaran, tanyalah pada pemilik penginapan. Dia tahu semuanya." Lanjut Kriss kembali memberitahu. "Apakah anda takut membuat pacar anda salah paham?" Tanya wanita itu yang saat ini sudah berhasil berjalan di samping Kriss. "Sebenarnya aku juga punya kekasih, tapi dia juga sibuk dengan pekerjaannya. Jadi aku tidak bisa mengajaknya daya ke sini." Kata wanita itu memberitahu. "Tolong berikan nomor ponsel atau tempat tinggal anda, nanti saya akan datang untuk bertanya jika saya sudah mendapatkan setengah informasinya." Pintu wanita itu lagi. Kriss menyebutkan nomor ponselnya tanpa aba-aba, dan hal itu tentu saja membuat wanita itu kelabakan saat mencatatnya. Setelah selesai mengatakan, Kriss segera masuk ke dalam angkot dan membiarkan wanita itu yang masih di luar. "Jika yang mengangkat perempuan, kamu harus memberitahu apa tujuanmu menelpon." Kata Kriss memberitahu. Wanita itu pun menganggukkan kepalanya mengerti. Angkot berjalan meninggalkan desa, wanita itu hanya tersenyum tipis sembari menatap ke arah telapak tangannya yang ada nomor laki-laki itu. Wanita itu berbalik dan mencoba kembali ke penginapan, dirinya harus mencari pemilik penginapan untuk menyewa tempatnya, selain itu dirinya juga harus bertanya pada pemilik penginapan tentang misteri yang ada di bendungan Anastasius. Hari sudah hampir petang, tapi dirinya belum juga bertemu dengan pemilik penginapan. Wanita yang bernama Dea itu memutuskan untuk duduk di depan rumah pemilik penginapan, menunggu sewaktu-waktu pemiliknya keluar dan dirinya bisa segera menemuinya. Tidak lama kemudian, pintu terbuka dan Dea terlihat terkejut hingga hampir berlari saat melihat seorang nenek berwajah seram yang keluar dari rumah. "Maaf nek, saya ingin menyewa penginapan yang ada di sana." Kata Dea yang langsung saja berdiri dan mencoba untuk bicara santai. Nenek itu mengangguk dan kembali masuk ke dalam rumah, tidak lama setelahnya nenek itu keluar dan berjalan lebih dulu untuk memimpin jalan. Dea menelan ludahnya sendiri dan mengikuti langkah nenek itu dengan sedikit takut, dirinya mungkin tidak akan bisa tidur jika harus berlama-lama dengan nenek itu. "Apakah saya boleh bertanya?" Tanya Dea pelan. Nenek yang sedang membuka kunci penginapan tentu saja segera menoleh menatap ke arah wanita manis berwajah pucat itu. "Ada apa?" Tanyanya dengan cepat. "Tadi saya bertanya pada pria tampan dan juga muda, dia tadi tinggal di kamar sebelah. Dia bilang akan memberitahu terkait misteri bendungan anastasius jika anda ingin menceritakan setengahnya. Jadi maukah anda menceritakannya?" Kata Dea dengan hati-hati. "Saya akan membayarnya, saya benar-benar membutuhkannya untuk pendidikan saya." Lanjut Dea memberitahu. "Uang saja tidak cukup, kamu harus membayarnya dengan nyawamu." Jawab nenek itu yang langsung saja membuat Dea merinding saat mendengarnya. "Istirahatlah, penginapan hanya disewakan maksimal seminggu. Jika lebih dari seminggu kamu tidak pergi, maka tidak akan ada yang tahu gimana nasib kamu yang selanjutnya." Kata nenek itu memberitahu. Setelah mengatakannya, nenek itu pun pergi tanpa berpamitan lagi. Hal itu tentu saja membuat Dea sedikit takut sendiri. Dea masuk ke dalam penginapan dan berniat untuk istirahat lebih dulu. *** Sesampainya di perbatasan, Kriss turun dari angkot dan mencari taksi yang sudah ia pesan online. Kriss naik taksi itu dan melakukan perjalanan kembali ke asramanya. Yang perlu ia lakukan setelah kembali adalah meneruskan desain tempat penangkapan makhluk itu, selain itu dirinya juga harus memantau kondisi dalam game dengan lebih sering. Kriss memejamkan matanya, istirahat sebentar agar perjalanannya tidak terasa lama. Jam menunjukkan pukul tujuh malam saat akhirnya Kriss turun dari taksi. Kriss mengeluarkan uang dan membayar ongkos taksi selama beberapa jam itu. Setelah selesai, Kriss segera masuk ke dalam gerbang dan terus berjalan untuk sampai ke kamarnya. Di depan gedung laboratorium, Kriss melihat Anto yang terlihat berbicara dengan dokter Anya, melihat dokter Anya tentu saja Kriss tahu jika dokter Anya akan pulang setelah selesai bertugas. "Malam," sapa Kriss singkat dan berjalan masuk begitu saja. Anto dan dokter Anya tentu saja menoleh, menatap ke arah Kriss yang sudah masuk ke dalam. "Apakah dia baru kembali?" Tanya dokter Anya pelan. "Dia selalu memiliki kegiatan yang tak terduga." Balas Anto dengan entengnya. Kriss masuk ke dalam tanpa memperdulikan orang yang tidak terlalu ia kenal, sesampainya di depan kamar Tiffany Kriss mengulurkan tangannya dan mengetuk pintunya. Tidak lama kemudian pintu terbuka dan memperlihatkan Tiffany yang menggunakan pakaian santainya. "Aku kembali." Kata Kriss melaporkan diri. "Sudah makan malam?" Tanya Tiffany dengan cepat. "Aku akan membuat mie instan. Istirahatlah!" Jawab Kriss yang langsung saja melambaikan tangannya dan berjalan pergi ke kamarnya sendiri. Tiffany yang melihatnya tentu saja hanya bisa menggelengkan kepalanya pelan, Tiffany menurun untuk keluar dari kamarnya dan menyusul Kriss yang meninggalkannya begitu saja. Seperti dugaannya, laki-laki itu langsung berbaring dan tidak membuat mie instan seperti yang ia katakan. Tiffany tentu saja merasa gemas, tapi dirinya tidak dapat berbuat banyak untuk membantu. Tiffany berjalan ke arah dapur dan merebus air untuk membuat mie instan. Tiffany mencari mie instan dan juga telor di tempat biasa, tapi kali ini dirinya tidak menemukannya. "Kriss, dimana mienya?" Tanya Tiffany berteriak. "Ada di tempat biasa." Jawab Kriss dengan suara samar. Tiffany segera mematikan kompor dan berjalan keluar dari dapur. Tiffany kembali ke kamarnya dan memutuskan untuk membeli makanan pesan antar lewat ponselnya. Tiffany menelpon penjaga depan dan memberitahu untuk membawakan makanan itu masuk setelah sampai. Kriss menatap ke arah Tiffany yang sudah kembali ke kamarnya dan melihat ke arahnya. "Persediaan mie habis, aku membelikan makanan pesan antar yang akan tiba sebentar lagi." Kata Tiffany memberitahu. "Terima kasih." Ucap Kriss berterima kasih.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN