"Siapa wanita tadi?" Tanya Tiffany yang langsung saja membuat Kriss bangun dan menatap lurus ke arah Tiffany.
"Seorang kenalan." Jawab Kriss pada akhirnya berbohong.
"Sejak kapan?" Tanya Tiffany lagi.
Jujur saja, Tiffany tahu apa yang ia lakukan memang terlalu berlebihan. Tapi Tiffany benar-benar ingin Kriss menjadi miliknya. Tiffany tidak suka Kriss berdekatan dengan wanita manapun, cukup hanya dirinya yang berhasil mendapatkan hati laki-laki itu.
"Aku tidak akan memberitahu." Jawab Kriss pada akhirnya.
"Apakah kamu akan terus seperti ini?" Tanya Tiffany dengan nada suara yang kecewa.
"Bukankah seharusnya aku bebas berhubungan sama siapapun? Kenapa kamu selalu mengintrogasiku?" Tanya Kriss dengan suara pelan.
Kriss ingat apa yang dikatakan oleh nenek penjaga bendungan. Dimana nenek itu berkat jika Tiffany akan menjadi seseorang yang akan mengorbankan dirinya sendiri demi keselamatannya, untuk itu Kriss tidak ingin terlalu dekat dengan Tiffany, Kriss tidak ingin wanita itu kenapa-napa.
"Jika sudah tidak ada yang ingin kamu katakan, pergilah istirahat. Aku juga lelah." Kata Kriss kembali berbaring dan memejamkan matanya.
Tiffany yang melihat hal itu tentu saja tak percaya, bagaimana bisa laki-laki itu langsung berubah sebanyak itu hanya karena pergi saat pagi saja?
"Apakah pelayanan wanita itu lebih memuaskan?" Tanya Tiffany mencoba untuk mencari tahu.
"Pergilah!" Usir Kriss lagi.
Tiffany pada akhirnya memutuskan untuk pergi dan membiarkan Kriss untuk istirahat lebih dulu. Mungkin saja laki-laki itu memang lelah dan ingin istirahat.
Tidak lama kemudian, penjaga membawakan makanan yang sudah dipesankan oleh Tiffany ke kamar Kriss. Pintu kamarnya yang diketuk beberapa kali tentu saja membuat Kriss bangun dan berjalan ke arah pintu untuk melihat siapa yang datang.
"Ini pesanan anda." Kata penjaga memberikan plastik berisi makanan.
"Terima kasih!" Ucap Kriss yang langsung saja kembali masuk dan memakannya dengan lahap.
***
Jam menunjukkan pukul sebelas malam saat Kriss masih berkutat di depan komputernya dan melanjutkan desain tempatnya. Suara pintu yang terbuka membuat Kriss segera mengembalikan komputernya ke tampilan awal.
"Aku pikir tidur." Kata Tiffany dengan suara pelan.
Melihat siapa yang datang tentu saja Kriss menghela napasnya pelan dan memutuskan untuk meneruskan kembali desainnya.
"Apakah tadi terjadi sesuatu?" Tanya Tiffany pelan.
"Tidak ada, aku hanya mendengar sesuatu yang buruk tentangmu." Jawab Kriss memberitahu.
"Jangan terlalu dekat denganku, karena itu tidak aman sama sekali." Lanjut Kriss memberitahu.
Tiffany yang mendengarnya tentu saja langsung diam dan menatap ke arah Kriss yang terlihat sungguh-sungguh.
"Aku sudah menemukan keberadaan pasti makhluk itu, jadi aku akan meninggalkan tempat ini paling lambat setengah tahun." Kata Kriss memberitahu.
"Paling cepat?" Tanya Tiffany dengan hati yang sedikit gugup.
"Kurang dari tiga bulan." Jawab Kriss dengan jujur.
Mungkin semuanya sudah siap, tapi Kriss masih membutuhkan uang untuk membeli mobil. Karena tanpa mobil dirinya benar-benar tidak dapat mengangkut orang sembarangan. Selain itu mobil akan memudahkan dirinya untuk bergerak ke sana sini nantinya.
"Tidakkah kamu ingin berubah pikiran? Aku akan meminta papa untuk memecatnya." Tanya Tiffany hati-hati.
"Aku tidak akan berubah pikiran." Jawab Kriss dengan tegas.
"Untuk itu, terbiasalah hidup tanpaku mulai dari sekarang." Lanjut Kriss memberitahu.
Tiffany yang mendengarnya tentu saja hanya bisa menelan ludahnya sendiri dan terdiam. Dirinya mana bisa kehilangan seseorang yang sudah ia anggap sangat penting sebelumnya?
Tiffany menatap ke arah layar monitor milik Kriss, laki-laki itu terlihat sangat cekatan dalam mengerjakan pekerjaannya, dan semakin cepat Tiffany merasa takut.
Semalaman, Kriss maupun Tiffany tidak tidur. Tiffany hanya diam dan menatap ke arah Kriss sedikit lebih lama. Tiffany tahu mungkin dirinya tidak dapat melawan Kriss, tapi dirinya juga ingin meluluhkan hati Kriss agar sedikit menghangat.
Menjelang pagi, Tiffany tertidur dan hal itu membuat Kriss menghentikan pekerjaannya dan menatap ke arah Tiffany yang tidur dengan kepala yang bertumpu pada meja yang keras.
Kriss mengulurkan tangannya dan mengelus rambut Tiffany pelan. Sejujurnya, Kriss benar-benar tidak tega memperlakukan wanita itu dengan kasar, tapi pada akhirnya Kriss tetap tidak dapat menghindarinya karena dirinya tidak ingin membahayakan wanita itu.
"Kamu adalah orang yang berharga, jadi jangan sampai kamu terluka hanya karena aku." Gumam Kriss dengan suara pelan.
Kriss menyimpan data desain yang tadi ia kerjakan, setelah itu Kriss mematikan komputernya. Kriss menggendong Tiffany dan membawanya ke arah kamarnya agar dapat tidur dengan nyenyak.
Kriss mengambil ponsel milik Tiffany dan mengirimkan pesan pada Anto untuk membuatkan jadwal cuti hari ini. Setelah melakukan hal itu, Kriss memutuskan kembali ke kamarnya dan berbaring sebentar dengan memasang alarm double agar tidak terlambat.
Baru saja Kriss merasa dirinya tertidur, alarm sudah berbunyi. Kriss bangun dengan malas dan berjalan ke arah kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah itu Kriss segera bersiap-siap dan berjalan ke arah laboratorium lebih awal.
"Sudah sarapan?"
Suara yang terdengar membuat Kriss menoleh, menatap ke arah Anto yang ternyata juga datang pagi seperti dirinya.
Anto melemparkan roti isi pada Kriss, dan Kriss menangkapnya dengan sempurna.
"Tiffany mengambil cuti hari ini, apakah dia sakit?" Tanya Anto sembari duduk di samping Kriss.
"Aku tidak tahu." Jawab Kriss sembari memakan roti yang diberikan oleh Anto.
Anto yang mendengar jawaban itu tentu saja langsung menoleh ke arah Kriss. Bagaimanapun juga ada yang aneh jika Kriss bahkan tidak tahu kenapa Tiffany mengajukan cuti.
"Apakah dia tidak memberitahumu?" Tanya Anto hati-hati.
"Hubungan kita tidak sedekat itu, aku sama Tiffany juga tidak pernah benar-benar menjalin hubungan." Jawab Kriss memberitahu.
"Sungguh?" Tanya Anto tak percaya.
Kriss menganggukkan kepalanya pelan dan memutuskan untuk memakan rotinya. Jam menunjukkan pukul tujuh pagi saat ruangan itu akhirnya penuh dengan orang-orang yang bekerja di sana.
Kriss bangun dari duduknya dan berkumpul untuk mendengarkan perintah dari orang yang paling ia benci.
"Hari ini mbak Tiffany tidak hadir, jadi kalian bisa meneruskan kegiatan kemarin." Katanya memberikan instruksi.
"Apakah dia sakit?" Tanya seseorang penasaran.
"Tidak ada alasannya." Jawab pengawas itu sembari menatap lurus ke arah Kriss yang pura-pura tidak melihatnya.
"Minggu depan akan ada kunjungan mahasiswa mahasiswi baru yang nantinya akan bergabung di sini. Jadi kalian harus mempersiapkan diri." Kata pengawas memberitahu.
"Baik pak!" Jawab yang lainnya dengan kompak.
Setelah itu barisan pun dibubarkan dan semua orang kembali ke tempatnya masing-masing untuk mengerjakan apa yang kemarin mereka tinggalkan.
Kriss duduk dan menatap kosong ke arah layar monitornya yang belum juga ia nyalakan. Hal itu tentu saja membuat Anto penasaran dan ingin bertanya.
"Ada apa?" Tanya Anto penasaran.
"Tidak ada." Jawab Kriss singkat.
Kriss akhirnya memutuskan untuk menyalakan komputernya dan melihat apa yang dilakukan oleh semua orang kemarin.