94

1102 Kata
Jam menunjukkan pukul sepuluh pagi saat Tiffany bangun dari tidurnya. Tiffany mengerjapkan matanya berkali-kali, menatap ke arah langit-langit kamarnya. Tiffany menggerakkan tangannya untuk mengambil ponselnya, Tamun gerakan tangannya terhenti saat menemukan sebuah kertas di atas layar ponselnya. *Aku mengambilkan kamu cuti, jadi tidurlah lagi.* Membaca memo yang tertulis di kertas itu tentu saja membuat Tiffany tahu siapa yang menulisnya. Tiffany kembali menguap lebar dan memiringkan tubuhnya untuk kembali tidur. Namun getaran ponsel yang terdengar membuat Tiffany kembali terlentang dan mengambil ponselnya. "Iya pa?" Jawab Tiffany masih dengan menguap lebar. "Kamu sakit? Pak Bagas bilang kamu ambil cuti libur tanpa keterangan." Suara papanya yang terdengar cukup khawatir membuat Tiffany beranjak bangun dan menatap ke arah jam dinding yang ada di dalam kamarnya. "Tiffany telat tidur semalam pa, yang ambilkan cuti Kriss, karena dia tahu kalau Tiffany nggak akan bisa bangun seperti biasanya." Jawab Tiffany menjelaskan. "Yang ambilkan cuti Anto, bukan kriss." Kata papanya memberitahu. "Masak? Bukan Kriss?" Tanya Tiffany terkejut. "Mangkanya itu papa nelpon kamu berulang kali, papa khawatir kalau kamu sakit." Jawab papanya lagi. "Tiffany baik-baik saja pa, ini juga Tiffany baru bangun dari tidur." Kata Tiffany memberitahu. "Kalau begitu lanjut tidurnya, jangan lupa sarapan." Kata papanya yang langsung saja dijawabi anggukan oleh Tiffany. Tiffany meletakkan ponselnya asal, dirinya kembali berbaring dan memejamkan matanya. Tiffany benar-benar tidak ingin bangun hari ini. Tapi kenyataannya tidak begitu, Tiffany tidak bisa kembali tidur lagi, untuk itu dirinya memutuskan untuk beres-beres kamarnya. Mulai merapikan almari pakaiannya, lalu menyapu lantai dan juga yang lainnya. Tiffany benar-benar melakukan hal yang tidak pernah ia lakukan. Jam yang berdenting berulang kali membuat Tiffany menoleh ke arah jam dindingnya. Waktu sudah menunjukkan pukul 12 siang, di mana sudah waktunya istirahat dan makan siang. Tiffany menyelesaikan sapuannya dan masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri lebih dulu, setelahnya dirinya bisa bergabung di kantin untuk makan siang. Tiffany keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melilit di tubuhnya, matanya menatap ke arah laki-laki yang tengah duduk di atas ranjangnya. "Tadi nggak sarapan?" Tanya Kriss yang langsung saja menoleh begitu mendengar suara pintu kamar mandi terbuka. Tiffany berjalan mendekat dan menganggukkan kepalanya. "Aku baru bangun beberapa jam yang lalu, jadi aku pikir tidak masalah untuk diet." Jawab Tiffany memberitahu. "Papa bilang Anto yang mengambilkan cuti?" Tanya Tiffany penasaran. "Itu karena yang bertugas hari ini tidak menyukaiku, jadi aku sengaja mengirimkan pesan pada Anto dengan ponselmu." Jawab Kriss memberitahu. "Pantas saja." Balas Tiffany pada akhirnya memutuskan untuk berjalan ke arah almari dan memakai baju ganti. Tiffany membuka almarinya dan mengambil pakaian dalam dan juga baju santai. "Aku sudah bawakan makan siang, jadi makanlah setelah selesai berganti." Kata Kriss memberitahu. "Terima kasih." Ucap Tiffany pada akhirnya. Kriss menganggukkan kepalanya dan berjalan ke arah pintu untuk pergi. Kriss keluar dari kamar Tiffany dan kembali ke kantin untuk makan. "Dari mana?" Tanya dokter Anya yang ada di kantin. "Kamar Tiffany, takutnya belum bangun dan melewatkan makan siang." Jawab Kriss memberitahu. Kriss meletakkan piringnya dan makan di meja yang sama dengan dokter Anya dan juga Ani. "Apakah lukamu sudah sepenuhnya sembuh? Kamu tidak pernah datang lagi untuk meminta obat." Tanya Ani basa-basi. "Yah, lebih baik." Jawab Kriss dengan singkat. "Bulan depan dokter Anya ambil cuti melahirkan kan?" Tanya Kriss sembari menatap ke arah dokter Anya. "Iya, mas Heri memintaku untuk ambil cuti lebih awal. Dia takut kalau aku makin lelah." Jawab dokter Anya dengan tersenyum lebar. "Semoga prosesnya lancar, jangan lupa memberikan kabar. Aku akan datang untuk memberikan hadiah kunjungan nanti." Balas Kriss mendoakan. Dokter Anya tentu saja menganggukkan kepalanya dan tersenyum lebar. Merasa senang karena dirinya bisa lebih dekat dengan Kriss. Memang benar, laki-laki itu akan mudah didekati jika dirinya tidak menaruh harapan padanya. Seseorang yang tiba-tiba duduk di samping Kriss membuat Kriss menoleh, menatap ke arah Tiffany yang datang dengan menggunakan bawahan jeans sebatas paha, aromanya pun harum khas sekali dengan Tiffany yang baru selesai mandi. Kriss meletakkan perlengkapan makannya dan melepaskan jas putih yang ia pakai. Setelah itu Kriss menutupi paha Tiffany dengan jasnya. "Kenapa tidak makan di kamar saja?" Tanya Kriss sembari mengambil kembali peralatan makannya. "Karena aku ingin mengawasimu." Jawab Tiffany dengan jujur. "Kemarin kamu memintaku untuk menjauh, jadi aku jaga-jaga agar kamu tidak mencari wanita lain." Lanjut Tiffany yang tentu saja membuat dokter Anya sedikit terkejut. "Kalian bertengkar?" Tanya dokter Anya penasaran. "Tidak ada, aku hanya memintanya untuk lebih hati-hati saja." Jawab Kriss dengan cepat. Tiffany melirik ke arah Ani, dokter baru yang sedari tadi terus mencuri pandang ke arah Kriss. Tidak hanya itu, wanita itu juga terlihat sangat senang saat dirinya mengatakan jika hubungannya dengan Kriss merenggang. "Jika kamu tertarik pada Kriss, setidaknya kamu harus tahu levelmu berapa." Sindir Tiffany yang langsung saja disenggol oleh Kriss. "Kamu membelanya?" Tanya Tiffany tak percaya. "Makanlah dengan tenang!" Seru Kriss memberitahu. Tiffany menggerutu pelan dan menekan makanannya dalam diam. Meskipun begitu, Tiffany tidak mengalihkan pandangannya dari Ani yang masih terus mencuri pandang secara terang-terangan. "Kenapa ambil cuti?" Tanya Anto yang baru saja datang dan bergabung di meja yang sama dengan Tiffany. "Aku terlambat tidur, Kriss yang mengirimkan pesan untukmu." Jawab Tiffany dengan jujur, Tiffany bahkan juga menunjuk ke arah Kriss, memberitahu Anto jika bukan dirinya yang meminta tolong. "Wah! Dia bahkan bilang tidak tahu masalahnya." Balas Anto tak percaya. "Jadi dia membuatmu kelelahan dan dia juga yang bertanggung jawab?" Tanya Anto menggoda. "Bicaralah yang baik saat ada banyak orang." Tegur Kriss dengan suara pelan. Kriss tidak suka jika ada orang yang membahas terkait hubungan pribadi di depan banyak orang. Apalagi itu tentang Tiffany. Meskipun sudah banyak orang yang menduga-duga, tapi tetap saja Kriss tidak suka jika nantinya akan ada banyak orang yang bergosip buruk tentang wanita itu. "Wkwkwk, sorry." Balas Anto tanpa merasa bersalah. "Tidak makan?" Tanya Tiffany pada Anto. "Aku habis makan dari luar," Jawab Anto memberitahu. "Masih sama tante-tante?" Tanya Tiffany ragu. "Aku sudah mengakhirinya, seleraku sekarang tinggi." Jawab Anto menyombongkan diri. "Tapi masih main sama cleaning servis," balas Tiffany berbisik. Kriss menoleh, menatap ke arah Tiffany dan Anto yang terlihat terlalu dekat. Meskipun Kriss tidak menyukainya, Kriss juga tidak dapat mengakuinya. "Sialan! Bagaimana kamu tahu?" Tanya Anto tak percaya. "Rahasiaaaa." Jawab Tiffany dengan tatapan meledek. Tiffany berbalik menatap ke arah Kriss dan meneruskan makan siangnya. Karena haus, Tiffany mengambil gelas milik Kriss dan meminum minuman Kriss dengan sedotan yang sama. Ani yang melihatnya tentu saja terkejut, tapi tidak dengan yang lainnya yang sudah terbiasa dengan hal itu. "Hari ini aku akan nge-gym." Kata Tiffany memberitahu. "Hati-hati saja berangkatnya." Jawab Kriss mengingatkan. Tiffany yang mendengarnya tentu saja hanya bisa memanyunkan bibirnya ke depan, merasa sakit hati dengan Kriss yang terus bicara seadanya itu. Dia benar-benar tidak banyak bicara, dan itu sangat menyebalkan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN