Setelah hari itu, cuaca di sekitar bendungan anastasius terus hujan. Kriss yang awalnya terluka tentu saja merasa kedinginan dan merasa tidak bisa bertahan dengan keadaan itu. Lagipula dirinya tidak bisa menunggu cuacanya membaik dan baru kembali, karena dirinya juga masih harus mematuhi kontrak kerja yang sedang ia jalani.
Di hari terakhir, Kriss memutuskan untuk pergi setelah hujan reda. Kriss menatap ke arah penginapan yang ditinggali laki-laki yang tinggal di sebelahnya. Laki-laki itu belum berniat untuk pergi dan tetap ingin tinggal.
Satu hal yang baru saja Kriss ketahui kemarin, tentu saja tentang ingatan laki-laki itu yang hilang. Untuk itu Kriss memperingatkan laki-laki itu tidak kembali ke bendungan anastasius sendirian. Apapun alasannya, Kriss benar-benar meminta laki-laki itu untuk tidak menginjakkan kakinya di bendungan anastasius. Karena Kriss khawatir laki-laki itu akan melakukan kecerobohannya dan tidak bisa lari dengan tubuhnya yang masih bergetar hebat itu.
Kriss menatap ke pemilik penginapan dalam diam. Kriss menyerahkan uang dan juga kunci penginapan, setelah itu Kriss menundukkan kepalanya dan pergi setelahnya.
"Apakah kamu akan menyerah sekarang? Besok cuacanya sudah akan membaik." Kata nenek itu memberitahu.
"Saya akan kembali lagi kapan-kapan, terima kasih sudah memberitahu." Jawab Kriss kembali menundukkan kepalanya untuk memberikan salam.
"KRISS ...." suara yang sangat familiar membuat Kriss menoleh, menatap ke arah Tiffany yang tengah berlari untuk menghampirinya itu.
Kriss menatap ke arah nenek itu dan kembali memperhatikan Tiffany yang sudah dekat dan langsung melompat untuk memeluk dirinya.
"Kamu tahu? Aku sangat merindukanmu." Ucap Tiffany dengan pelukan yang sangat erat.
Kriss menahan sakit di lengannya karena gerakan yang dibuat oleh Tiffany. Lengannya benar-benar bersih seolah-olah tidak ada luka, tapi sebenarnya itu benar-benar terluka dan tidak akan pernah dilihat oleh orang lain atau dirinya sendiri.
Tiffany melepaskan pelukannya dan menatap ke arah wanita cantik yang tadi berbicara dengan Kriss dengan tatapan sinis.
"Apa? Kamu bertemu wanita cantik di sini? Tanpa aku?" Tanya Tiffany tak percaya.
"Kalau begitu saya permisi dulu nek." Ucap Kriss yang langsung saja membuat Tiffany mengubah ekspresinya dan menatap kembali ke arah wanita cantik yang ia lihat.
Wanita itu tersenyum ke arahnya dan melambaikan tangannya. Sedangkan Tiffany tidak bisa melakukan apa-apa dan menatap ke arah Kriss yang sudah berjalan untuk pergi.
"Apakah kamu pergi ke tempat yang menenangkan sendirian?" Tanya dokter Anya yang ikut datang bersama Tiffany.
Kriss yang mendengarnya tentu saja langsung menganggukkan kepalanya dan tersenyum lebar.
"Sesekali memang hari menghirup udara segar agar tidak lupa jika aku dari desa sebelumnya." Jawab Kriss dengan ramahnya.
Dokter Anya berjalan beriringan, meninggalkan Tiffany yang berusaha untuk menyamakan langkahnya dengan dokter Anya dan juga Kriss yang sudah berjalan lebih dulu.
"Kriss, apakah itu yang kamu ceritakan sebelumnya?" Tanya Tiffany dengan antusias.
Tiffany menyela ditengah-tengah dan hal itu membuat Kriss menatap ke arah dokter Anya yang bergeser karena dorongan dari Tiffany. Kriss lega karena dokter Anya tidak terdorong terlalu jauh hingga menyebabkan dia jatuh.
"Kriss! Tidak bisakah kamu hanya fokus padaku?" Keluh Tiffany sembari memukul lengan Kriss dengan keras.
Kriss meringis pelan, menahan rasa sakitnya. Tiffany yang melihatnya tentu saja langsung khawatir.
"Apakah kamu terluka?" Tanya Tiffany yang langsung saja dijawabi anggukan oleh Kriss.
"Setelah ini jangan menyentuh lenganku sembarangan, ini benar-benar terluka parah." Jawab Kriss memberitahu.
Tiffany yang mendengarnya tentu saja langsung terdiam. Ketiganya masuk ke dalam mobil dengan Tiffany yang duduk di belakang kursi kemudi. Begitupun dengan dokter Anya yang duduk di depan, membiarkan Kriss istirahat di kursi belakang.
"Apakah penelitiannya gagal? Kenapa kamu terlihat tidak bersemangat?" Tanya dokter Anya yang langsung saja dijawabi anggukan oleh Kriss.
"Sepertinya aku akan berhenti di sini." Jawab Kriss memberitahu.
"Apakah kamu yakin?" Tanya Tiffany memastikan.
"Aku terjebak di sana dan lenganku juga berlubang karena tidak sengaja tertarik oleh makhluk itu. Parahnya aku benar-benar tidak menemukan jalan keluar saat terjebak, aku pikir itu akan kembali setelah beberapa jam aku membuka kuncinya, tapi tidak seperti itu. Itu benar-benar tidak bisa kembali. Bisa dikatakan saat itu Kuta benar-benar beruntung karena bisa kabur menjauh." Jawab Kriss menjelaskan.
"Dan wanita cantik yang kamu lihat tadi, itu sebenarnya adalah seorang nenek-nenek yang wajahnya cukup menakutkan. Ada beberapa luka di daerah tubuhnya dan juga dia bisa memutar kepalanya dengan benar-benar memutar." Lanjut Kriss memberitahu.
"Anehnya hanya aku yang bisa melihatnya." Ucap Kriss dengan suara pelan.
"Lalu bagaimana caranya kamu keluar dari situasi itu? Bukankah kamu bilang itu tidak berubah?" Tanya dokter Anya penasaran.
Tadi sebelum berangkat, dokter Anya mendengar sedikit cerita dari Tiffany, untuk itu dokter Anya mengerti sedikit tentang alur yang dibicarakan oleh Kriss.
"Goa yang ada di sebelah bendungan adalah jalan keluarnya. Tapi di sana ada ular yang sangat besar. Ular itu adalah penunggu jalan keluarnya, jika kita takut dengan ular itu maka kita tidak bisa keluar dari situasi itu dan mati sia-sia di makan oleh makhluk itu." Jawab Kriss memberitahu.
"Lalu, setelah kejadian itu. Cuacanya benar-benar berubah sangat parah. Setiap harinya hujan deras dan juga ada guntur, hal itu benar-benar membuatku kedinginan dan tidak bisa pergi lebih cepat." Lanjut Kriss memberitahu.
"Kalau begitu janganlah kembali dan menetaplah bersamaku, jika kamu lelah bekerja maka aku yang akan menghidupi kamu." Ucap Tiffany yang langsung saja membuat Kriss diam saat mendengarnya.
Dokter Anya menoleh ke belakang dan menatap ke arah Kriss untuk mengetahui ekspresi wajahnya.
"Kalau begitu aku akan menggantungkan hidupku padamu." Ucap Kriss yang langsung saja dijawabi senyuman lebar oleh Tiffany.
"Aku akan menantikan setiap harinya." Ucap Kriss dengan senang.
Kriss tersenyum tipis dan menatap ke arah dokter Anya yang melihat ke arahnya.
"Selamat untuk kencannya, apakah berhasil?" Ucap Kriss mengucapkan selamat dan juga bertanya untuk basa-basi.
"Hem, akhirnya aku sudah tidak penasaran lagi tentang bagaimana nikmatnya berhubungan dengan laki-laki." Jawab dokter Anya memberitahu.
"Itu sangat menyakitkan pada awalnya, tapi rasanya benar-benar luar biasa saat sudah terbiasa." Lanjut dokter Anya memberitahu.
"Meskipun begitu, jangan terlalu sering melakukanya, dan pakailah pengaman untuk menghindari adanya hal yang tidak diinginkan." Kata Kriss menasehati.
Dokter Anya hanya tersenyum tipis saat mendengarnya. Bagaimanapun juga dokter Anya merasa sedikit kecewa dengan jawaban yang diberikan oleh Kriss tentang apa yang ia lakukan. Setidaknya, dokter Anya berharap jika Kriss akan memarahinya, tapi ternyata tidak seperti itu.
Sekarang dokter Anya tahu jika Kriss benar-benar tidak tertarik padanya, untuk itu dokter Anya akan berhenti mulai sekarang.