Varo baru saja melangkah masuk ke ruang tamu dengan langkah pelan, tampak lelah namun dihiasi senyum yang terpaksa. Di sana, ibunya, Shanas, sudah menunggu dengan wajah yang tidak seperti biasanya; senyum manis yang biasa mengembang kini berubah menjadi garis-garis kekesalan yang dalam. Tanpa banyak basa-basi, Shanas menarik tangan Varo ke arahnya dan memimpin putranya menuju meja makan yang telah dihias dengan lilin aroma terapi. Di atas meja, tersaji hidangan istimewa—gulai ikan nila yang masih mengepul panas dan semur daging lezat yang Mama siapkan—sebuah simbol kehangatan keluarga yang selama ini Shanas jaga dengan sepenuh hati. Saat Varo duduk di kursi yang telah ditentukan, Shanas menatapnya dengan tatapan yang tak bisa disembunyikan, campuran antara cinta, kekesalan, dan kegundah