Ruby duduk santai di balkon penthouse-nya yang luas, memandang ke arah kota yang gemerlap dalam cahaya malam. Angin lembut membelai rambut panjangnya, sementara lampu-lampu dari gedung pencakar langit di kejauhan memantul di permukaan anggur merah di dalam gelas kristal yang dipegangnya. Di meja bundar kecil di sebelahnya, sebuah ponsel menyala, memutar ulang rekaman suara dari seseorang yang sangat dikenalnya—Shanas. *“Kalau dia bukan orang baik, kami tidak akan biarkan dia merusak masa depan Varo.”* Ruby tersenyum. Senyum sinis yang penuh kemenangan. Lalu tertawa kecil, ringan namun menusuk, seakan mendengar lelucon konyol dari seseorang yang terlalu percaya diri pada kekuatan mereka. “Si tua Shanas benar-benar masih saja merasa dirinya ratu kerajaan Arjuan,” gumam Ruby sambil mengay