Varo mengendarai mobilnya dalam diam. Udara pagi menyapa melalui celah kecil jendela yang terbuka, membawa aroma kota yang baru saja terbangun. Namun, Varo tidak menikmati pagi itu. Ia bahkan tidak menyadari keindahan langit yang mulai membiru atau sinar matahari yang malu-malu menembus gedung-gedung tinggi di sisi jalan. Kepalanya terlalu penuh, hatinya sesak. Ponselnya kembali bergetar. Suara khas getaran itu memecah keheningan kabin mobil. Sejak ia meninggalkan rumah satu jam lalu, ponsel itu tak berhenti berbunyi. Sudah belasan kali nama yang sama muncul di layar. Ruby. Dengan rahang mengeras dan napas tertahan, Varo melirik ponselnya. Jemarinya sempat terangkat hendak menolak panggilan itu lagi, namun pada detik terakhir, ia berubah pikiran. Ia mengetuk layar dan menghubungkan pangg