Ruby duduk di lantai kamar mandi, memeluk lututnya, napasnya masih tersengal setelah memuntahkan isi perut yang tak seberapa. Hanya cairan bening yang keluar, tapi rasa mualnya begitu nyata, mengguncang perut dan kepalanya tanpa ampun. Rambutnya yang acak-acakan menempel di wajahnya yang pucat. Keringat dingin mengalir di pelipisnya, membuat bajunya lembap. Ia menunduk, mencoba mengatur napas, sementara pikirannya kalut. Ada yang aneh. Ini bukan sekadar masuk angin. Suara langkah kaki cepat mendekat, lalu terdengar suara pintu kamar mandi yang terbuka perlahan. “Ruby?” suara Varo yang serak karena baru bangun terdengar khawatir. Ia berdiri di ambang pintu dengan wajah panik, matanya menatap Ruby yang duduk lemas di lantai keramik dingin. “Kamu muntah?” Ruby mengangguk pelan, mengusap mu