Di dalam kamar rawat VIP rumah sakit itu, sunyi terasa begitu menyayat. Hanya suara mesin infus dan detak jam dinding yang terdengar menghantui ruangan putih bersih tersebut. Varo terbaring lemah di ranjang, wajahnya masih pucat, tubuhnya terasa lemas, dan emosinya jauh lebih rapuh dari yang terlihat. Sudah tiga hari berlalu sejak kejadian nasi goreng sialan itu. Sudah tiga hari pula ia dirawat di rumah sakit. Tapi selama itu pula, tak sekalipun Ruby datang menjenguknya. Tak ada pesan suara. Tak ada panggilan video. Hanya satu kali pesan teks yang dikirim dengan nada dingin: *“Jangan drama, Varo. Kau akan baik-baik saja.”* Itu saja. Tidak ada lagi yang lain. Tak ada kata sayang, tak ada kekhawatiran. Padahal ia hampir kehilangan kesadaran saat dibawa ke IGD, padahal makanan itu ia makan