Bab 10

1485 Kata
Musik berdentum keras, memenuhi setiap sudut klub malam dengan irama yang menggoda. Lampu warna-warni berputar, menciptakan suasana yang semakin liar. Ruby menarik tangan Varo dengan antusias menuju lantai dansa, di mana orang-orang sudah bergerak mengikuti irama lagu. Di tengah lantai dansa, Ruby mulai menggoyangkan tubuhnya dengan penuh gairah. Gaun merahnya yang ketat membalut tubuhnya dengan sempurna, menarik perhatian banyak pria di sekitar mereka. Tapi Ruby tidak peduli. Dia hanya fokus pada satu orang—Varo. Dia melingkarkan tangannya ke leher pria itu dan mendekat, tubuhnya menempel erat. “Jangan hanya diam saja, Sayang,” bisiknya dengan nada menggoda. “Ikuti aku.” Varo tetap diam, wajahnya tanpa ekspresi. Tapi Ruby tidak membiarkan itu. Dia menarik pinggang pria itu agar lebih dekat dan mulai menggerakkan tubuhnya dengan lebih berani, membuat orang-orang di sekitar mereka mulai melirik dengan penuh minat. Jannie dan Lita yang masih duduk di meja VIP tertawa kecil melihat aksi Ruby. Jannie mendekati mereka sambil membawa segelas wine, lalu menepuk pundak Ruby dengan tawa geli. “Kalau kau masih menikah dengan si tua Vando itu,” katanya dengan nada bercanda, “kau tidak akan bisa menikmati malam seperti ini, Ruby. Paling-paling dia akan mengajakmu ke gereja.” Ruby tertawa mendengar itu. Dia menggelengkan kepalanya, matanya berkilat penuh kemenangan. “Biarkan saja Vando menikmati masa tuanya bersama istri penyakitannya itu.” Dia melirik ke arah Varo dengan senyuman menggoda. “Aku sudah punya sugar baby yang lebih muda dan lebih menarik untuk menemaniku.” Varo yang sejak tadi diam mulai mengeraskan rahangnya. Ucapan Ruby benar-benar menusuk, tapi dia tidak bisa melakukan apa pun. Dia hanya bisa menggenggam pinggang wanita itu erat, membiarkannya bersandar padanya dengan tubuh yang mulai kehilangan keseimbangan karena alkohol yang terus diminumnya. Ruby tersenyum puas melihat ekspresi Varo. Dia membelai rahang pria itu perlahan, lalu berbisik di telinganya, “Kau sangat tampan, Varo… Mommy benar-benar beruntung memilikimu.” Varo tetap diam, hanya menatap Ruby dengan tatapan dingin. Tapi Ruby tidak peduli. Dia tertawa kecil, kemudian mengambil gelas wine dari tangan Jannie dan menyesapnya lagi. Alkohol semakin menguasai tubuhnya, membuatnya semakin berani dan tidak peduli dengan apa pun. Musik terus mengalun, dan malam ini Varo akan menghadapi sifat Ruby yang memang seperti w************n! ** HUEKS! Ruby memuntahkan isi perutnya di trotoar saat mereka berjalan menuju mobil. Tubuhnya limbung, dan tangannya terus memegangi kepala yang berdenyut hebat akibat terlalu banyak minum. Varo, yang berdiri di sampingnya dengan ekspresi datar, hanya menghela napas kasar, berusaha bersabar menghadapi wanita yang sudah kehilangan kendali ini. Setelah selesai memuntahkan isi perutnya, Ruby tertawa kecil, lalu menatap Varo dengan mata setengah terbuka. Tiba-tiba, dia melingkarkan lengannya ke leher pria itu dan menyandarkan kepalanya ke d**a bidang Varo. "Kau tampan sekali, Varo," bisiknya dengan suara mabuk. "Seharusnya aku menikah denganmu saja dulu, bukan dengan Vando si tua bangka itu. Kalau begitu, aku tidak akan pernah diceraikan... Hahahaha!" Tawa Ruby bergema di tengah malam, terdengar nyaring di telinga Varo yang hanya bisa mengatupkan rahangnya. Matanya menatap ke jalanan dengan kesal, berusaha menahan dorongan untuk mendorong wanita itu menjauh darinya. Ruby menatapnya dengan seringai sinis, lalu mengusap rahang tegasnya dengan lembut. "Tapi tidak masalah..." lanjut Ruby, suaranya melembut dan semakin menggoda. "Yang terpenting, sekarang kau adalah sugar baby-ku. Dan kau tidak boleh dimiliki oleh wanita lain. Hanya aku yang berhak memiliki Elvaro Arjuan." Matanya menatap tajam ke arah Varo. "Jangan pernah mencoba bermain dengan wanita lain. Karena aku bisa melenyapkan wanita itu dan membuatmu bangkrut. Mengerti?" Tawa Ruby kembali pecah, terbahak-bahak di tengah malam yang sepi. Lalu, tiba-tiba dia terhuyung ke depan dan kembali memuntahkan isi perutnya. Varo menggelengkan kepala dengan kesal, lalu segera membuka pintu mobil dan menyuruh Ruby masuk. "Masuklah," katanya dingin. Ruby tertawa lagi, meskipun kepalanya masih terasa sakit. Dia masuk ke dalam mobil dengan tubuh limbung dan membiarkan dirinya terjatuh ke kursi penumpang. Varo menghela napas panjang sebelum masuk ke kursi pengemudi dan mulai melajukan mobil menuju apartemen Ruby. Sepanjang perjalanan, Ruby masih tertawa-tawa sendiri. Matanya berkaca-kaca karena efek alkohol, namun bibirnya tetap melengkung dalam seringai licik. "Kau tahu, Varo... Aku senang bisa memiliki anak Vando sekarang..." Ruby menyentuh lengan pria itu dengan lembut. "Vando si tua itu memang b******n! Dia pikir dia bisa membuangku begitu saja? Sekarang lihat aku! Aku punya kau... brondongku yang tampan." Varo hanya menggenggam kemudi dengan erat, tidak berniat menanggapi omongan mabuk Ruby. "Dan kau tahu apa yang lebih menyenangkan?" Ruby menyeringai lagi. "Vando pasti akan menyesal melihat kau berada di bawah kekuasaanku... Sama seperti perusahaannya yang perlahan-lahan akan berada dalam genggamanku." Varo tetap diam. Namun dalam hatinya, amarah mulai membara. Dia tahu Ruby tidak hanya sekadar berbicara omong kosong. Wanita itu berbahaya. Licik. Dan tidak akan berhenti sampai mendapatkan apa yang diinginkannya. Mobil akhirnya berhenti di depan apartemen mewah Ruby. Varo keluar terlebih dahulu, lalu berjalan ke sisi penumpang untuk membukakan pintu. Ruby, yang masih mabuk, tersenyum lebar saat melihat Varo membantunya keluar. "Lihat? Kau memang sugar baby yang baik," katanya seraya merangkul lengan Varo dengan erat. Dengan enggan, Varo membiarkan Ruby bertumpu padanya saat mereka masuk ke dalam gedung. Saat pintu lift terbuka, Ruby menarik Varo masuk, lalu menekan tombol ke lantai penthouse tempatnya tinggal. "Aku ingin kau tinggal bersamaku malam ini," ujar Ruby tiba-tiba. Varo menoleh, menatapnya dengan tatapan tajam. "Aku harus pulang." "Pulang?" Ruby terkekeh. "Tidak ada pulang untukmu, Sayang. Aku sudah membayar segalanya untukmu. Mobilmu, apartemenmu, bahkan perusahaanmu... Itu semua berkat aku. Kau pikir bisa pergi begitu saja?" Varo mengepalkan tangannya. "Aku tidak meminta bantuanmu." "Tapi kau menerimanya, bukan?" Ruby menempelkan tubuhnya ke Varo, wajahnya hanya beberapa inci dari pria itu. "Jadi, aku berhak atasmu." Pintu lift terbuka di lantai tertinggi. Ruby menarik tangan Varo, menyeretnya masuk ke apartemen luasnya. Begitu pintu tertutup, Ruby melepaskan sepatu hak tingginya, lalu membanting tasnya ke sofa. "Aku butuh mandi..." gumamnya, lalu menatap Varo dengan mata menggoda. "Mau ikut?" Varo memalingkan wajah, berusaha menahan rasa jijik yang mulai merayapi tubuhnya. "Aku akan menunggu di sini." Ruby mengangkat bahu. "Terserah," katanya sebelum berjalan masuk ke dalam kamar mandi. Saat suara air mengalir terdengar dari dalam, Varo menghela napas panjang dan duduk di sofa. Matanya menatap apartemen Ruby yang penuh dengan kemewahan. Rak-rak kaca berisi anggur mahal, meja marmer, dan lampu gantung kristal yang berkilauan. Varo menatap tangannya yang mengepal. Dia tidak akan membiarkan ini terus berlanjut. Tidak peduli berapa lama, dia akan menemukan cara untuk lepas dari Ruby. Tapi sebelum itu, dia harus bermain cerdas. Saat Ruby keluar dari kamar mandi dengan hanya mengenakan jubah sutra, dia berjalan mendekati Varo dan duduk di atas paha pria itu. Ruby menatap wajah Varo dengan seringai menggoda. "Kau tidak mandi?" tanyanya dengan nada lembut. "Lebih baik kau mandi agar lebih segar. Aku tidak suka pria ku bau." Varo menghela napas dan mengangguk. "Aku akan mandi." Ruby tersenyum puas. "Bagus. Aku sudah menyiapkan pakaian untukmu di lemari. Semuanya masih baru dan tentu saja mahal. Aku punya banyak uang untuk menghidupimu dalam kemewahan." Varo hanya mengangguk tanpa banyak bicara. Dia bangkit dan berjalan menuju kamar mandi, sementara Ruby menyandarkan tubuhnya di sofa dengan senyum puas di wajahnya. Malam ini adalah miliknya. Dan Varo adalah miliknya… *** Ruby yang melihat Varo keluar dari dalam kamar mandi memakai handuk yang menggantung di pinggangnya membuat Ruby menjilat lidahnya menggoda. Ruby berdiri dari tempat duduknya. Lalu berjalan mendekati Varo. Ruby dulu adalah gadis yang tidak pernah seperti ini apalagi bersikap m***m pada seorang lelaki. Tetapi, karena Vando si tua bangka itu. Membuat dirinya berubah dan menjadi wanita jalang sekarang seolah haus akan sentuhan. “Kau sangat seksi menggoda sekali sayang.” Ucap Ruby mengusap d**a bidang Varo yang dibentuk begitu sempurna. Ruby menjulurkan lidahnya perlahan dan menjilat p****g kecil Varo. Varo mengeram dengan apa yang dilakukan oleh Ruby. Shit! Dia itu lelaki normal. “AKH!” Varo mengerang ketika Ruby meremas kejantanan Varo dari balik handuk pria itu. Ruby tertawa kecil. “Kenapa? Kau mau dipuaskan sayang?” Tanya Ruby menaik turunkan alisnya. Lalu Ruby berlutut di depan Varo. Dan Ruby membuka handuk Varo melihat kejantanan Varo yang ada di depannya sekarang. Sangat besar dan begitu panjang sekali. Memang sangat panjang dan menggoda sekali. “Mau Mommy jilat sayang?” Tanya Ruby menggoda, menjulurkan lidahnya dan menjilat ujung kepala kejantanan Varo. Varo memejamkan matanya dengan apa yang dilakukan oleh Ruby. Varo semakin mengeram ketika Ruby memasukan kejanganan Varo ke dalam mulutnya dan mengulum kejantanan Varo dengan lembut. Membuat tubuh Varo merasa tegang dan dia ingin menumpahkan spermanya di dalam mulut Ruby. Varo yang akan hampir sampai. Namun Ruby segera melepaskan kulumannya dari kejantanan Varo. Membuat Varo merasa kehilangan dengan apa yang dilakukan oleh Ruby padanya. Varo menatap wanita itu dengan tanda tanya. Ruby menepuk d**a Varo pelan dan tertawa kecil. “Puaskan dirimu sendiri di kamar mandi ya sayang. Mommy mengantuk. Dan kepala Mommy masih pusing.” Ucap Ruby berjalan menuju ranjang dan membaringkan tubuhnya dengan melepaskan jubahnya memperlihatkan tubuh sintalnya. Sialan! Varo ingin memerkosa wanita itu jadinya. Karena sudah beraninya mempermainkan Varo. Dengan meninggalkan Varo yang dalam keadaan tegang ini.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN