Langit sore tampak mulai gelap, bergurat jingga keemasan di balik deretan gedung pencakar langit. Ruby duduk di kursi belakang mobil mewahnya, sebuah sedan hitam mengilap yang meluncur tenang membelah jalanan ibukota. Di tangannya, masih tergenggam sebuah tablet kecil yang menampilkan laporan keuangan terbaru perusahaannya—angka demi angka yang selalu memuaskan egonya. Kaca mata hitam yang dikenakannya membuat sorot matanya tampak tajam dan tak terbaca. Rambut panjangnya diikat rapi, dan bibir merah marun itu melengkung anggun dalam senyum tipis setiap kali membaca kenaikan grafik yang tajam di layar. Namun, mendadak... CITTT! Rem mendecit keras. Tubuh Ruby sedikit terdorong ke depan sebelum sabuk pengamannya menahan. Tablet hampir terjatuh dari tangannya. “Ada apa?” tanyanya datar, t