Ruby mengenakan kembali pakaiannya dengan gerakan anggun, mengambil alat rias dari dalam tasnya, dan mulai memoles wajahnya. Matanya sesekali melirik ke arah Varo yang sudah kembali bekerja di kursi kebesarannya, tampak serius menatap layar laptop. Senyum sinis tersungging di bibir Ruby. Ia menyukai bagaimana mantan anak tirinya itu begitu fokus bekerja, seolah tidak terjadi apa pun sebelumnya. Tapi sayangnya, Ruby tidak pernah suka diabaikan. Tanpa peringatan, ia berjalan mendekat dan dengan kasar menutup laptop Varo dengan suara keras. Bum! Varo tersentak, matanya terbelalak menatap Ruby dengan keterkejutan. "Kenapa kamu menutup laptopku?" tanyanya, nada suaranya tidak bisa menyembunyikan ketidaksenangannya. Ruby hanya tertawa kecil, suara tawa yang terdengar seperti ancaman terselu