Varo mengerjapkan matanya perlahan ketika cahaya matahari masuk melalui jendela besar kamar Ruby. Siluet tirai putih yang tertiup angin menari lembut, menandakan pagi telah datang. Kelopak matanya terasa berat, tubuhnya sedikit pegal, tetapi ia tetap bangkit, membiarkan selimut tebal melorot dan memperlihatkan tubuh polosnya. Tatapannya menyapu sekeliling kamar yang mewah namun kosong. Ruby tidak ada di sini. Dengan gerakan malas, Varo turun dari ranjang dan berjalan menuju kamar mandi. Lantai marmer dingin menyentuh telapak kakinya, membuat kesadarannya semakin penuh. Ia masuk ke dalam kamar mandi, menyalakan shower, membiarkan air hangat mengguyur tubuhnya. Ia menghabiskan sepuluh menit di sana, mencoba mengumpulkan pikirannya yang masih sedikit berkabut. Setelah selesai, Varo k