Varo menatap pada pintu apartemen di depannya dengan helaan nafas kasar. Ia menarik nafas perlahan dan melepaskan secara perlahan. Varo mengetuk pintu apartemen tersebut. Melihat pintu yang dibukakan oleh Ruby.
Mata Varo terkejut melihat Ruby hanya memakai lingerie saja dan memegang gelas wine di tangannya. Wanita itu tersenyum manis pada Varo, dan menyuruh masuk ke dalam.
“Ayo, masuk. Tidak baik anak tiri Mama ini berdiri di depan pintu terus.” Ucap Ruby dengan suaranya yang mendayu agak manja.
Varo mendengkus. “Mantan.” Sagah Varo.
Ruby tertawa kecil mendengar sangahan dari Varo. Begitu lucu sekali didengar oleh dirinya.
“Ya… mantan anak tiri. Silahkan masuk sayang, sepertinya kau sangat lelah sekali.” Ucap Ruby dengan senyuman manisnya.
Varo masuk ke dalam apartemen memperhatikan apartemen Ruby, yang memang agak mewah dan matanya menatap penuh selidik pada wanita itu. Yang benar saja kalau wanita itu orang kaya? Dia bukan hanya tukang bunga?
“Kau sebenarnya siapa?” Tanya Varo dingin.
Ruby mendengar pertanyaan dari Varo tertawa kecil. Sembari menatap Varo dengan senyuman sinisnya. “Kenapa? Kau terkejut kalau mantan istri kedua ayahmu ini orang kaya hah?”
Varo berdecak pelan mendengar apa yang dikatakan oleh Ruby barusan yang lebih mengejek padanya. Varo menatap pada Ruby.
“Kau serius mau menjadi sugar momnyku Ruby? Berarti kau harus tidur juga denganku.” Ucap Varo.
Ruby mengibaskan lingerienya lalu berjalan mendekati Varo. Ruby duduk di pangkuan Varo, dan menatap pada mantan anak tirinya ini penuh menggoda. Ruby memainkan rahang Varo yang begitu tegas dan sangat tampan sekali. Uh! Membuat Ruby ingin mencium lelaki itu saja.
“Kau kira aku tidak mau tidur denganmu Varo? Kau bisa membuat Mommy hamil sayang. Dan berterima kasihlah pada Mommy nanti, karena Mommy begitu baik sekali mau menolong perusahaanmu yang mau bangkrut itu.” Ucap Ruby tertawa kecil.
Varo meringis pelan ketika Ruby menggoyangkan pantatnya membuat kejantanan Varo menjadi berdiri separuh. Dan Ruby pasti merasakan itu.
“Ups! Mantan anak tiriku ini ternyata sudah terangsang sayang. Tapi Mommy tidak mau melakukannya sekarang. Kita buat perjanjian dulu Varo.” Ruby berdiri dan kembali duduk di depan Varo.
Ruby menatap datar pada Varo yang tampak tersiksa karena kejantanan lelaki itu sudah berdiri separuh.
“Kau tahu, aku bisa saja menghancurkan perusahaanmu kembali. Kalau kau berani menjalin hubungan dengan wanita lain. Patuhi semua yang aku katakan Varo. Kalau kau berani melanggar sedikit saja, kau tahu apa yang bisa aku lakukan? Bukan hanya perusahaan yang hilang, bagaimana kalau kau menemukan ibumu tergantung di dalam rumahmu?”
“Ruby! Jangan macam-macam dengan apa yang kau katakan.” Nafas Varo memburu dan tidak bisa membayangkan melihat ibunya sudah tidak bernyawa oleh wanita di depannya.
Ruby tertawa kecil. “Kenapa kau sangat takut sekali Varo? Aku hanya mengatakan apa yang akan aku lakukan padamu sayang, kalau kau berani macam-macam padaku. Apalagi sampai selingkuh dariku Varo. Ahh… bukan selingkuh ya. Bermain sayang. Sekali saja aku menemukan dirimu bermain dengan wanita lain, maka kau tahu akibatnya tampan.” Ruby mengedipkan sebelah matanya pada Varo.
Varo menghela nafas kasar. “Aku tidak akan melakukan semua itu Ruby. Kau bisa percaya padaku.”
Ruby tertawa kecil. “Oh tentu saja sayang. Maka kau bisa pulang sekarang, atau kau masih mau di sini sayang? Tidak masalah. Malahan aku ingin sekali ditemani.” Ruby perlahan menurunkan tali lingerienya dan memperlihatkan belahan dadanya yang begitu menggoda.
Varo yang melihat itu menelan salivanya kasar melihat bagaimana p******a Ruby yang begitu menggoda. Sial! Varo itu lelaki normal dan dia pasti akan tergoda oleh tubuh seksi yang disuguhkan oleh Ruby padanya sekarang.
“Kau mau bercinta dengan Mommy sekarang? Ahh… bukan bercinta sayang. Tapi seks baby. Tapi lebih baik kau mengurus perusahaanmu itu saja sekarang. Dan orang kepercayaanku namanya Devan, dia akan membantu dirimu sayang. Dia akan menarik investor kembali untukmu sayang. Jadi, kau bisa pergi sekarang.” Ruby menunjuk pada pintu keluar apartemennya.
Varo mendengar itu menghela nafas kasar. Dan mengangguk. Ia berdiri dari tempat duduknya, dan berjalan menuju pintu keluar apartemen Ruby.
Sebelum keluar Varo kembali menoleh pada Ruby.
“p******a mu sangat besar.”
Ruby menyeringai mendengar hal itu. “Tentu saja Honey. Payudaraku memang sangat besar sekali.” Ucap Ruby mengedipkan sebelah matanya.
***
Varo menatap tajam ke arah Devan, pria kepercayaan Ruby—mantan ibu tirinya yang kini menjadi sugar mommy-nya. Di balik senyum sopannya, Varo tahu bahwa Devan bukan orang yang bisa dianggap remeh. Dia terlalu tenang, terlalu terlatih dalam mengendalikan situasi, seperti bidak catur yang tahu kapan harus bergerak dan kapan harus diam.
"Sudah selesai," kata Devan dengan suara tenang namun penuh keyakinan. "Lima investor sudah saya tarik untuk bekerja sama dengan Arjuan Company. Ini daftar nama dan kontak mereka."
Devan menyerahkan selembar kertas ke meja Varo. Di atasnya tertera lima nama dengan nomor kontak dan latar belakang singkat mereka.
Varo mengambilnya tanpa ekspresi, membaca sekilas sebelum mengangguk pelan. "Baiklah," ucapnya singkat.
Matanya tetap terpaku pada daftar itu, namun pikirannya melayang. Dia tidak meragukan kemampuan Devan—pria itu memang bisa diandalkan dalam urusan bisnis.
"Kalau begitu, saya permisi dulu," kata Devan, membungkuk sedikit dengan hormat sebelum berbalik pergi.
Varo hanya mengangguk, menatap punggung pria itu dengan datar hingga Devan menghilang dari pandangannya.
Di dalam ruangan yang sunyi itu, Varo meremas kertas di tangannya. Ini baru permulaan. Dan dia tidak akan membiarkan siapa pun, termasuk Ruby atau Devan, mengendalikan jalannya. Varo memang setuju menjadi sugar baby wanita jalang yang pernah menjadi istri kedua ayahnya itu. Namun dia tidak akan tinggal diam.
Biarkan saja dia seolah menjadi seorang yang patuh terhadap Ruby. Namun nanti dia akan membuat wanita itu menyesal telah bermain dengannya.
***
Ruby memutar gelas wine di tangannya, memperhatikan kilauan merah pekat yang berputar mengikuti gerakan jarinya. Bibirnya melengkung dalam senyum puas. Elvaro Arjuan, anak tiri yang dulu selalu mencoba melawannya, kini berada dalam genggamannya.
Dia telah menyusun rencana ini selama enam bulan. Ketika Vando Arjuan, mantan suaminya, mencampakkannya begitu saja, Ruby bersumpah tidak akan pernah membiarkan dirinya kalah. Sekarang, perlahan tapi pasti, dia akan mengambil alih segalanya—Arjuan Company, kekayaan keluarga Arjuan, dan yang paling penting, harga diri Vando.
Dia menyentuh layar ponselnya, menghubungi seseorang. "Bagaimana perkembangannya?" tanyanya dengan suara lembut namun tajam.
Di ujung telepon, suara Devan terdengar tenang. "Varo sudah menerima daftar investor yang saya berikan. Dia tidak curiga, setidaknya untuk saat ini."
Ruby menyeringai. "Bagus. Pastikan dia tetap percaya padamu. Aku ingin dia bergantung sepenuhnya padaku sebelum aku menghancurkannya."
Devan terdiam sesaat sebelum menjawab, "Saya mengerti."
Ruby menyesap winenya dengan puas. "Oh, dan satu lagi, pastikan tidak ada yang mencurigai bahwa ini semua adalah rencanaku. Aku tidak ingin Varo menyadari apa yang sedang terjadi."
"Baik," jawab Devan, lalu panggilan terputus.
Ruby menyandarkan tubuhnya ke sofa, merasa kemenangan sudah dalam genggamannya. Elvaro memang keras kepala, tapi dia bukan tandingan bagi kelicikannya.
Dan Vando Arjuan… dia akan menyesal telah membuangnya. Dan kini Ruby berhasil menarik putra kesayangan mantan suaminya itu.