Angin malam berembus pelan dari balkon apartemen mewah itu. Lampu-lampu kota terlihat seperti bintang yang jatuh ke bumi, gemerlap namun dingin. Ruby duduk di atas sofa empuknya, mengenakan gaun tidur satin warna merah darah yang membalut tubuhnya dengan anggun, meski wajahnya tampak sedikit kusut karena kantuk. Perutnya yang masih datar disentuhnya pelan, lalu Ruby mendecak. “Kenapa harus sekarang, sih…” gumamnya jengkel, tapi nada suaranya terdengar manja. Ia melirik ke arah kamar tidur, lalu berdiri dan berjalan pelan ke dalam kamar. Di dalam kamar, Varo tertidur pulas. Napasnya tenang, tubuhnya tenggelam dalam selimut tebal. Wajah lelaki itu tampak damai, tidak menyadari bahwa damai itu akan segera dicabut oleh suara nyaring wanita yang kini berdiri di sisi tempat tidur. “Varo…” T