Varo duduk di balkon kamar Ruby, memainkan ponselnya sambil memantau kondisi perusahaan Yesi yang memang sudah bangkrut. Ia menghela napas panjang, jemarinya sempat melayang di atas layar, ragu-ragu apakah ia harus menghubungi mantan kekasihnya itu atau tidak. Namun, ia tahu betul bahwa menghubungi Yesi hanya akan memperburuk keadaan. Ruby tidak akan senang jika mengetahui hal itu. Dari dalam kamar, Ruby menguap pelan ketika cahaya matahari mulai menerobos masuk melalui celah tirai. Matanya sedikit menyipit, tangannya terangkat ke kepala, mengusap pelan keningnya yang terasa sedikit pening. Setelah beberapa detik, ia melirik ke arah balkon dan melihat Varo yang masih duduk di sana, terpaku pada layar ponselnya. Senyum tipis muncul di wajah Ruby. Ia meraih gaun satin yang tergeletak di