Bab 63

862 Kata

Udara malam yang dingin menggigit kulit saat Varo memarkir motornya di depan rumah besar itu — rumah masa kecilnya, rumah yang kini terasa asing. Lampu teras menyala terang, seolah menunggu kedatangannya, tapi tak ada kehangatan dari sinar itu. Hanya dingin, hanya tekanan yang berat menindih bahunya. Ia menghela napas panjang. Tangan di genggaman stir motor gemetar sedikit, bukan karena kedinginan, melainkan karena kegelisahan. Ponselnya berbunyi lagi. Nama "Mama" terpampang di layar. Panggilan kesekian kalinya. Pesan-pesan itu juga sudah masuk bertubi-tubi sejak tadi: "PULANG. SEKARANG." "KITA HARUS BICARA." "JANGAN BUAT MAMA MARAH, VARO!" Varo mematikan mesin motornya. Ia tak ingin masuk, tak ingin menghadapi tatapan penuh tuduhan itu. Tapi ia tahu... tidak ada jalan lain. Ia harus me

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN