BAB 5 - KISSES IN THE RAIN

1752 Kata
KITR.05 KARENA KAMI BERBEDA KEYAKINAN Setelah mengakhiri panggilan dari Calvin Carter, aku terus kembali mengendarai mobilku menuju villa. Namun sepanjang perjalanan yang hampir dua jam menuju villa, aku kembali teringat dengan kejadian beberapa bulan yang lalu. Dimana aku merasa barada dalam lingkungan masalah keluarga yang runyam. Dan aku adalah salah satu penyebab kerunyaman masalah itu. Flashback On… Beberapa bulan yang lalu… Kami baru mengetahui bahwa kakakku Ariella Xander tengah menjalin hubungan dengan seorang pria yang berstatus suami orang dari Uncle Ahmed Ali. Waktu itu Uncle Ahmed Ali bertemu dengan Ariella Xander dan Exel Wang di London. Uncle Ahmed Ali menceritakan semuanya pada Daddy Abraham Xander saat beliau telah kembali ke Hong Kong dan berkunjung ke villa. Kami yang baru mendengar hal itu merasa sangat kaget. Saat itu aku belum bisa menyalahkan siapa pun dengan hubungan mereka berdua, karena aku belum menyaksikannya secara langsung, baru mendengar sepihak dari Uncle Ahmed Ali. Kemudian suatu hari terjadi kecelakaan yang menimpa kakakku Ariella Xander saat ia berada di Istanbul. Saat itu ia ke Istanbul untuk menemui kekasihnya yang bernama Exel Wang itu. Dan pada saat itu juga ia baru mengetahui kalau kekasihnya adalah suami orang. Aku tidak tahu pasti bagaimana kejadiannya secara jelas, karena aku tidak bersamanya saat itu. Namun dari kejadian itu kami keluarga Xander harus membayar mahal. Tidak hanya mengganti mobil milik temannya Ariella Xander yang telah rusak akibat kecelakaan itu, tapi juga mengurus semua perawatannya hingga ia sembuh. Dari kejadian itulah aku baru mengetahui, bahwa apa yang diceritakan oleh Uncle Ahmed Ali adalah benar. Dan aku mulai tidak menyukai pria yang bernama Exel Wang tersebut. Kemarahanku kepadanya semakin bertambah saat pria yang bernama Exel Wang itu datang secara tiba-tiba di hari pernikahan kakakku dengan teman masa kecilnya, Samuel Arthur. Ia datang tepat di saat upacara pemberkatan akan di mulai, membuat semua orang yang menghadiri acara sangat terkejut dan heboh. Saat itu aku hampir saja memukulinya karena aku sangat marah padanya. Namun Samuel Arthur mencegahku. Sempat terjadi drama yang sulit aku gambarkan dalam waktu cukup lama. Antara malu dengan para tamu undangan dan keluarga Arthur, kemarahanku pada Exel Wang, kesedihan kakakku yang memohon restu dari kedua orang tuaku, dan perasaan lainnya yang sulit untuk di jabarkan. Semuanya bercampur aduk menjadi satu memenuhi seluruh ruang Cathedral. Meski Samuel Arthur telah merelakan Ariella Xander bersama Exel Wang, tapi aku belum merelakan kakakku menikahi pria yang telah menyakiti perasaannya. Awalnya aku berpikir, setelah Samuel Arthur merelakan pria lain menikahi calon pengantinnya dan kakakku mendapat restu dari kedua orang tuaku, drama yang terjadi di dalam cathedral berakhir. Ternyata tidak, karena drama yang lebih mencengangkan masih berlanjut. Saat pria yang bernama Exel Wang itu telah berdiri di altar, ia bukannya melanjutkan prosesi pernikahannya, tapi malah menghentikan pernikahan. Saat itu juga aku merasa ingin membunuhnya. Ia tidak hanya membuat kekacauan, tapi membuat kami sekeluarga malu karena telah menghentikan acara pernikahan. Exel Wang dan kakakku Ariella Xander telah berdiri di depan altar. Mereka berdua berdiri cukup lama di hadapan kami dan para tamu semua tanpa adanya tanda-tanda upacara akan di mulai. Mereka berdua sempat berdiri saling mendekat dan berbisik seperti sedang membicarakan sesuatu. Tidak lama kemudian, Exel Wang yang tengah berdiri di atas altar membalikan tubuhnya dan berkata, “Maaf Tuan Abraham Xander, Nyonya Freya, Steven, dan para tamu undangan lainnya. Pernikahan kami tidak bisa di laksanakan hari ini karena sesuatu dan lain hal.” Seketika terdengar suara gemuruh memenuhi ruangan. Semua orang merasa kaget dan membicarakan kekacauan yang terjadi saat ini. Dan suara gemuruh itu mereda saat Exel Wang kembali bersuara, “Kami pasti akan menikah, hanya saja tidak bisa menikah hari ini karena aku datang tanpa persiapan dan tanpa membawa kedua orang tuaku.” “Ya, benar. Mohon maaf jika kami tidak bisa menikah hari ini. Kami akan melangsungkan pesta pernikahan di lain waktu dan maaf atas keributan yang terjadi hari ini. Kami sangat menyesal atas keributan yang telah terjadi. Tapi akan menggantinya di lain hari.” Ariella Xander menambahkan. Aku yang mendengar ucapan kedua orang yang berdiri di altar itu merasa geram. Aku tidak mengerti dengan pikiran mereka berdua. Dan aku tidak menyangka acara hari ini akan berakhir seperti ini. Aku hanya bisa menggelengkan kepala sambil menghela nafas panjang berusaha meredam emosiku sendiri. Sedangkan kedua orangku yang tadinya berdiri, kini telah terduduk di kursi yang tersedia dengan wajah kecewa dan tidak mengerti dengan semua yang terjadi. Dan para tamu undangan lainnya telah berangsur-angsur pergi keluar ruangan dengan wajah kecewa dan percakapan aneh yang membuat keluarga kami malu. Setelah semua tamu undangan pergi, hanya tinggal aku, Daddy Abraham Xander, Mommy Freya, Exel Wang, dan juga kakakku Ariella Xander di dalam ruangan yang sangat luas ini. Suasana dalam ruangan sangat hening dan terasa mencekam. Exel Wang dan kakakku turun dari altar dengan perlahan. Kemudian mereka berdiri di hadapan kami bertiga memberi hendak memberi penjelasan. “Daddy… Aku ingin menjelaskan sesuatu.” Ariella Xander berbicara sambil menundukkan kepala di hadapan kami. Spontan Daddy yang duduk menarik tangan Mommy Freya untuk berdiri. Dengan ekspresi datar Daddy Abraham Xander pun berkata, “Tidak ada yang perlu di jelaskan di sini. Selesaikan semuanya di villa. Aku akan menunggu kalian di villa.” Daddy Abraham Xander berjalan sambil menggandeng Mommy Freya yang kini terlihat lesu keluar ruangan. Dan aku mengikuti beliau dari belakang tanpa berkata apa-apa pada kakakku atau Exel Wang. Kami bertiga berjalan keluar ruangan menuju parkiran yang ada di depan Cathedral dan memasuki mobil Limousin yang telah tersedia. Sedangkan kakakku dan pria pembuat onar itu menaiki mobil lainnya. Perjalanan dari pusat kota menuju villa memakan waktu 1,5jam. Suasana di dalam mobil di sepanjang perjalanan terasa begitu dingin, sedingin tatapan kosong Daddy Abraham Xander yang duduk di samping Mommy Freya dan di hadapanku. Kami yang berada di dalam mobil saling diam cukup lama. Hingga akhirnya Daddy Abraham Xander mulai bersuara saat melihat Mommy Freya yang duduk di sampingnya sambil merangkul lengannya meneteskan air mata. “Sayang, kenapa kamu menangis?” “Aku hanya merasa sedih. Aku tidak menyangka acara hari ini akan berakhir seperti ini.” Daddy Abraham Xander membelai rambut Mommy Freya dan mencium puncak kepalanya di hadapanku berusaha menenangkan. Aku yang sudah terbiasa melihat kemesraan dua sejoli itu hanya diam. Dengan suara rendah Daddy Abraham Xander berkata, “Sudahlah, jangan menangis lagi. Setelah sampai villa kita akan mendengar penjelasan dari mereka. Kita akan mencari solusinya bersama.” Mommy Freya mengangguk dan menghapus air matanya yang mengalir dari tadi. Sedangkan aku yang sudah tak kuasa menahan segala rasa yang ada di hatiku pun bersuara, “Dad, kenapa Daddy membiarkan mereka menikah? Jelas-jelas pria itu telah membuat keluarga kita malu di depan orang banyak.” “Steve, kita harus mendengar semuanya lebih jelas terlebih dahulu. Kita tidak boleh menyelesaikannya dengan emosi.” “Dad, bagaimana aku tidak emosi? Pria itu telah mengecewakan Cece ku. Ia juga penyebab kecelakaan itu. Di tambah lagi hari ini pria itu telah mengacaukan acara hari ini.” “Steve, bagaimana pun Ariella adalah cece mu dan Exel adalah pria pilihannya. Jika ditanya apa Daddy marah? Ya, Daddy marah dengan segala apa yang telah terjadi dan menimpa Cece mu. Tapi apa boleh buat? Di saat seperti tadi Cece mu masih tetap memilih pria itu. Ia terlihat lebih bahagia saat pria itu datang di banding saat ia memasuki aula pernikahan. Berarti itu yang membuatnya bahagia.” “Tapi Dad… Daddy tidak tegas untuk melarangnya.” Dengan wajah yang begitu tenang Daddy Abraham Xander menjawab, “Bagaimana bisa melarang Cece mu yang sudah dewasa itu? Apa lagi itu adalah urusan perasaan. Kita tidak bisa memaksa orang lain untuk masalah perasaan.” “Jadi apa Daddy akan membiarkan mereka berdua menikah?” Daddy Abraham Xander mengangguk, “Ya, Daddy akan membiarkannya menikah.” “Tapi, Dad…” “Sudahlah, Steve. Biarkan saja, karena yang akan menjalaninya adalah mereka berdua. Kita sebagai keluarga hanya bisa memberi restu kepada mereka.” “Tapi aku tidak merestuinya.” Aku menyela ucapan Daddy Abraham. “Mau tidak mau, kamu harus bisa menghargai perasaan dan pilihan Cece mu. Suatu saat kamu akan berada di posisinya yang akan mengambil keputusan dalam urusan perasaan.” Setelah mendengar ucapan Daddy Abraham Xander, aku tidak lagi berkata apa-apa. Aku hanya diam dengan pikiran dan perasaanku sendiri yang masih tidak bisa menerima semua yang telah terjadi. Aku juga belum bisa menerima Exel Wang untuk masuk ke dalam keluargaku. Setelah sampai di villa, aku langsung melangkah ke kamarku menaiki lift menuju lantai 4. Di mana ruang bermain saat kami masih kecil dulu telah di sulap menjadi kamarku yang ada di dekat ruang gym. Sedangkan Daddy Abraham dan Mommy Freya duduk di sofa yang ada di tengah ruangan. Dari dulu hingga sekarang, beliau berdua selalu begitu. Beliau berdua selalu bersantai di ruangan yang luas itu untuk menonton TV atau memandangi pantai Silvermine Bay dari dalam villa bersama. Aku pergi ke kamarku untuk mengganti pakaianku dan beristirahat sejenak, menenangkan pikiranku setelah melihat keributan tadi. Setelah bersantai cukup lama, aku pun melangkah keluar kamar menuju lantai dasar villa dengan lift. Setelah aku keluar dari lift dan berjalan di koridor hendak ke dapur untuk minum, aku telah melihat sepasang kekasih itu tengah duduk bersimpuh di hadapan kedua orang tuaku. Saat ini Daddy Abraham dan Mommy Freya masih menggunakan setelan formal seperti di acara tadi. Sedangkan kakakku Ariella Xander masih menggunakan gaun pengantinnya. Dan Exel Wang masih dengan setelan jas casualnya. Aku yang telah terlanjur melangkah ke tengah ruangan pun meneruskan langkahku menghampiri mereka. Aku duduk di sofa yang ada di sisi lain ruangan sambil diam mendengarkan perbincangan keempat orang yang saling berhadapan dengan wajah serius itu. “Daddy, maafkan aku. Maafkan aku telah membuat Daddy dan Mommy kecewa dan malu dengan keluarga Arthur dan para tamu yang hadir. Aku tahu ini semua mungkin terasa begitu berat, tapi aku tidak bisa tidak mencintai Exel. Aku ingin hidup bersamanya.” Ariella Xander berbicara dengan menundukkan kepala dan wajah bersalah. Kemudian si pria pembuat onar pun bersuara, “Aku juga minta maaf atas keributan yang telah terjadi hari ini, Tuan, Nyonya. Maaf aku telah membuat kalian marah dan malu dengan orang banyak. Tapi aku jauh-jauh datang dari Istanbul hanya untuk memperjuangkan cintaku pada Ariella. Karena aku sangat mencintainya.” “Bagaimana ini bisa terjadi? Kamu memiliki istri tapi kamu juga menjalin hubungan dengan putriku.” Mommy Freya berbicara dengan wajah menahan emosi. “Nyonya, aku tahu aku salah karena tidak jujur dari awal. Tapi hubunganku dengan mendiang istriku hanyalah pernikahan bisnis. Aku tidak pernah mencintainya atau pun menyentuhnya. Yang aku cinta hanya Ariella. Jika aku tidak mencintai Ariella, aku tidak akan datang jauh-jauh dan melakukan semua ini.” Daddy Abraham yang dari tadi diam mendengarkan ucapan sepasang kekasih itu akhirnya bersuara, “Jika kalian saling mencintai, kenapa kalian tidak melanjutkan upacara pernikahan tadi.” Exel Wang menggenggam tangan Ariella Xander yang bersimpuh di sampingnya dan menjawab, “Karena kami berbeda keyakinan, Tuan.”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN