“Kamu intership di rumah sakit lain saja, nanti Aa rekomendasikan—” Aku menatapnya tanpa mengatakan apa-apa, benar-benar hanya menatapnya saja. Sungguh, aku tak percaya dengan apa yang baru saja dia ucapkan. Aa sengaja mengusirku dari rumah sakit Harapan Nusa. “Sayang,” panggilnya saat aku menatapnya lekat. Saat ini kami sedang makan malam bersama keluarga di restoran hotel dan malam ini kami juga akan menginap di sini, hotel tempat digelarnya sumpah dokter. “Ya sudah kalau tidak mau.” Dia bicara dan menjawab sendiri. “Atau dia saja yang—” “Aa …!” Akhirnya kali ini aku angkat bicara, melayangkan protes padanya. Masih saja cemburu pada Bara padahal aku sudah menolak lelaki itu dan memilih Aa dalam hidupku. Bahkan saat ini Bara sedang dijodohkan dengan adik angkatnya sendiri. “Iya …

