Panji memainkan melodi dengan merdu. Melodi itu mampir ke rumah-rumah warga di dalam benteng, menyusup ke hati mereka. Meredakan ketakutan, meredakan kegelisahan. Menciptakan rasa aman dan tenang. Para pendekar yang masih bertahan, menggotong mayat kawannya ke tempat yang layak untuk dimakamkan. Hati mereka terenyuh mendengar melodi itu. Hingga air mata membajiri pipi mereka yang keras. Naraya berdiam lama di tempat. Dia ingin terbang menuju Kiandra. Dia ingin sekali. Namun Kiandra masih menolaknya, masih enggan menyebut namanya. Dia telah berjanji untuk menjauh dari gadis pujaan hatinya tersebut. Melodi yang dimainkan Panji seperti membuka ingatan di malam yang sama ketika Kiandra menyumpahi dan meminta dirinya enyah dari hadapannya. Ingatan yang memuakkan. *** Flashback Saat i