Dua Puluh Tujuh

1534 Kata

Ketika Embun duduk di kursi tunggu depan ruang farmasi untuk menebus obat, seorang pria memakai masker putih juga kemeja putih duduk tak jauh darinya, menoleh pada Embun dengan mata sedih. “Bun,” panggilnya dengan suara yang khas, Embun menoleh, dia familiar dengan suara itu, tatapan mata dan gaya rambutnya Embun kenal. Dia adalah Ibas, pria yang menjadi pusat kemarahan sang suami saat ini. Embun mengedarkan pandangan ke sekitar, khawatir ada yang memperhatikannya dan mengenali Ibas. “Kenapa?” tanya Embun dengan suara sengau karena terlalu banyak menangis tadi. “Kamu menangis?” tanyanya dengan raut khawatir, Embun mengalihkan pandangan ke apoteker yang sedang menyiapkan obat untuknya. “Sudah ketemu Sefti?” tanya Embun mengalihkan pertanyaan Ibas. “Belum, kemarin aku mencarinya d

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN