Dua Puluh

1591 Kata

Siang ini tak seperti biasanya, Sefti tampak kacau sekali, dia bahkan hanya menganduk makanannya saja, padahal biasanya dia selalu memakan makan siang itu dengan lahap. Embun dan Kanaya yang berada dihadapannya pun hanya dibuat bingung, dia selalu menghela napas tanpa bercerita permasalahannya. “Sef, cerita dong,” ucap Embun sambil mengusap tangan Sefti. Wanita yang ditanya itu justru mengecurutkan bibirnya dengan pupil mata yang bergetar menahan tangis. “Sef,” panggil Kanaya pelan seraya mengusap bahu Sefti, “ada apa?” imbuhnya. “Rumah sakit Papa dituntut sama pasien atas dugaan mall praktik,” jawab Sefti dengan mata berkabut dan air itu akhirnya turun juga membasahi pipinya. Embun mengambil tissue dan mengusap air di pipi teman kuliahnya tersebut. Sefti terus terisak, hatinya sang

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN