Bukannya panik melihat mama yang berada di ruanganku, aku malah senang. Tawaku menggelegar di saat Tira memilih kabur dari ruangan. Mungkin dia bingung mau berkata apa. Tertangkap basah saat aku tidur di atas pahanya oleh mamaku, tentu saja membuat Tira malu. "Mama harusnya tadi marah-marah, bukan malah biasa aja reaksinya. Mama harusnya bilang gini, "kalian harus menikah! Dari pada mesra-mesraan yang Mama nggak tahu apa yang kalian lakuin di belakang Mama". Ah, Mama payah!" Mama menjewer telingaku. "Kamu itu suka maksa-maksa Tira? Jangan-jangan, kamu udah nidurin dia lagi dengan paksaan?" "Astaga, Ma, aku enggak sebejad itu. Aku harus halalin dia dulu lah, sebelum kasih mama cucu. Kalau yang dulu, jangan dibahas lagi. Aku lagi mabuk soalnya.” Aku mengusap-usap telingaku. "Gimana cer