Di rumah Letnan Chen dan dokter Gu, Jing Ling dan Si Zhui baru saja selesai membersihkan. Mereka telah menata ruangan dan membersihkan segala jenis debu yang ada.
"Akhirnya selesai." Jing Yi, setelah memindahkan alat untuk membakar jagung, akhirnya bisa duduk dengan tenang di sofa.
"Rumah ini memang sudah bersih, tidak ada banyak yang perlu dibersihkan." Si Zhui mengambil Jiangguo dan memberikan Snack kucing pada kucing kesayangan dokter Gu itu, "Letnan Chen dan dokter Gu adalah orang yang bersih."
Jing Yi tiba-tiba teringat dengan kamarnya sendiri. Walaupun dia tinggal bersama dengan kedua orangtuanya, tetapi kebersihan kamar polisi muda itu sama sekali tidak bisa disamakan dengan kebersihan rumah letnan Chen. Ya, Jing Yi memang selalu meniru segala hal yang dilakukan oleh kakak sepupunya, Chen Yu, tetapi untuk meniru sikap rajin dan bersih dari letnan Chen, maka lupakan saja.
Bertahun-tahun, sejak Jing Yi berusia sangat muda, saat dia masih berstatus sebagai siswa sekolah dasar, dia sudah mengidolakan kakak sepupunya, Chen Yu. Jing Yi lolos ujian polisi dan menjadi polisi juga karena letnan Chen, tetapi dia benar-benar menyerah jika harus mengikuti standar kebersihan yang ada di diri letnan Chen.
Tidak membuat kamarnya berantakan saja sudah suatu karunia yang besar bagi asisten rumah tangga yang bekerja di rumah Jing Yi, apalagi jika pemuda itu mau untuk merapikan kamarnya sendiri. Itulah sebabnya Jing Yi tidak pernah bisa untuk pindah dan tinggal bersama letnan Chen walaupun mereka bekerja di tempat yang sama.
Suara seseorang memasukkan pin pintu rumah tiba-tiba terdengar. Sang pemilik rumah telah kembali.
Si Zhui dan Jing Yi segera mengambil alih belanjaan yang dibawa letnan Chen dan dokter Gu.
"Ah? Kalian tidak membeli banyak bahan makanan? Ini hanya sedikit?" Jing Yi membuka plastik belanjaan dan hanya menemukan sedikit sayuran dan daging.
"Apakah ada di plastik itu?" Jing Yi menunjuk kantong belanjaan yang dipegang oleh Si Zhui.
Si Zhui menggelengkan kepalanya, "Tidak, di sini hanya ada cola dan camilan lainnya."
"Kita memesan makanan. Mungkin akan datang sebentar lagi." Kata dokter Gu.
Jing Yi diam-diam mencibir, "Siapa yang tadi mengatakan bahwa dia akan memasak? Hotpot? Daging tumis? Tcih, kau berbohong."
Dokter Gu, "….."
"Jing Yi, pergi nyalakan pembakaran dan bakar jagung itu." Kata Letnan Chen dengan tatapan mematikan.
Jing Yi, "….."
Beberapa menit setelah makanan yang di order oleh dokter Gu tiba, para tamu undangan yang 'tidak banyak dan hanya itu-itu saja' akhirnya tiba. Ada jaksa Xifan yang selalu mengusulkan syukuran kepindahan dokter Gu, Jin Ling dan Fu Pei tidak boleh terlewatkan, ada pula Profesor Jiang dan direktur Wang sebagai tamu tertua.
"Ini seperti pesta bujang saja, apa tidak ada tamu gadis?" Tanya jaksa Xifan.
"Tadi ada, kami memiliki junior perempuan, hanya saja dia tiba-tiba harus bertugas." Jing Yi tampak lesu ketika dia mengatakan hal ini.
Profesor Jiang dan direktur Wang sama sekali belum pernah bertemu sebelumnya. Keduanya hanya saling mengetahui nama masing-masing, tapi tidak pernah bertemu. Tetapi siapa yang menyangka bahwa kedua pria paruh baya yang memiliki hobi yang berbeda itu akan tampak sangat akrab sekarang?
"Kasus kejahatan di kota besar seperti Shanghai ini memang tidak ada habisnya." Kata direktur Wang, "Setiap hari akan selalu ada saja orang-orang yang datang untuk melaporkan sesuatu ke kantor polisi."
"Direktur Wang pasti sangat sibuk." Profesor Jiang mempelajari karakter direktur Wang dan menemukan bahwa atasan letnan Chen itu adalah tipikal orang yang menyukai pujian.
"Ah tidak, tidak." Direktur Wang melambai-lambaikan tangannya, tetapi dia juga tidak menolak pujian itu. Dia hanya menambahkan, "Para polisi muda lah yang sangat sibuk. Mereka masih muda dan lincah, jadi mereka sangat bisa diandalkan."
"Ya, melihat bagaimana Xiao Yu, nampaknya itu memang benar." Profesor Jiang menuangkan arak tradisional yang sengaja dibawanya untuk direktur Wang.
Melihat arak buatan yang berharga mahal, yang memang khusus dibuat dan didiamkan dalam kurun waktu yang lama, ekspresi wajah direktur Wang sangat bahagia seolah dia telah minum bersama kaisar Taizong, "Xiao Gu, dia juga adalah dokter muda yang kompeten. Dia benar-benar mahir berbicara. Andai saja aku memiliki seorang putri, aku pasti akan menjodohkannya dengan putriku."
(Taizong aka Emperor Li Shimin: Salah satu kaisar era dinasti Tang)
"Benar sekali. Hanya saja aku juga tidak memiliki seorang putri." Profesor Jiang meneguk arak dalam sekali teguk, lalu kemudian berkata, "Walaupun demikian, dia tetap putraku. Walau hanya putra angkat, tetapi aku sudah menganggap Gu Wei sebagai putra kandungku."
Kedua pria paruh baya itu asyik mengobrolkan hal-hal yang sudah sewajarnya menjadi obrolan orang tua. Sementara kumpulan anak muda tengah sibuk dengan dunia mereka sendiri. Jing Yi, Si Zhui, Jin Ling dan Fu Pei, ditambah dengan Xifan yang berasal dari angkatan yang berbeda, tengah asyik bermain kartu.
Letnan Chen yang berstatus sebagai atasan dua polisi juni-o-r, Jing Yi dan Si Zhui, terlihat sedang membakar jagung. Dokter Gu yang memiliki sesuatu untuk dikatakan pada letnan Chen segera menghampirinya, "Kau sudah mengoleskan mentega?"
"En." Kata Letnan Chen.
"Xiao Yu." Dokter Gu berdiri di samping meja, mengolesi jagung mentah dengan mentega dan madu, "Kenapa kau bisa mengetahui kalau aku adalah Wei gege? Apakah aku sudah bertanya soal ini? Maafkan aku, aku memang pelupa."
Tidak ada jawaban dari letnan Chen, ini berlangsung sekitar tiga puluh detik.
"Luka di tanganmu, ada luka goresan benda tajam di lenganmu. Itu karena kau melindungiku saat itu." Letnan Chen menoleh ke arah dokter Gu, "Selain itu, aku masih dengan samar mengingat rupamu. Kau memiliki mole kecil di bawah bibir kirimu. Bukti yang paling meyakinkan adalah namamu 'Wei'."
"Ah, ruapanya begitu yah." Dokter Gu mencoba memanggil kembali ingatan delapan tahun yang lalu, "Saat itu aku masih berstatus sebagai mahasiswa kedokteran. Aku juga ingat kita sempat beberapa kali bertemu. Tapi aku adalah orang yang teledor saat itu, aku bahkan lupa menanyakan namamu. Setelah beberapa lama, aku tidak lagi bertemu denganmu. Saat itu aku mengira kau memilih Universitas lain."
"En." Letnan Chen memberikan satu jagung pada dokter Gu, "Saat itu aku pergi ke Universitas Fudan untuk mengucapkan selamat tinggal. Aku diterima di akademi kepolisian. Tetapi saat aku pergi ke asramamu, temanmu mengatakan bahwa kau pergi ke Beijing."
Gu Wei mengangguk, dia memakan jagung mentega yang diberikan oleh letnan Chen padanya. Suaranya terdengar tidak jelas ketika dia berkata, "Aku ada urusan saat itu. Ah!"
Dokter Gu, seolah-olah mendapatkan ide, lampu di atas kepalanya tiba-tiba menyala, "Aku jarang tinggal di asrama mahasiswa, aku biasanya akan tinggal di rumah Jiang Pa. Temanku itu juga mengatakan padaku bahwa ada seorang remaja yang mencariku. Saat itu aku pikir itu hanyalah siswa SMA yang menyukaiku."
Letnan Chen, "….."
Memang bukan hal yang tidak benar bahwa dokter Gu yang tampan memiliki sejumlah kelompok penggemar ketika dia masih berstatus sebagai mahasiswa kedokteran. Akan ada beberapa anak gadis yang datang ke asrama mahasiswa untuk mencarinya. Jadi dokter Gu lebih memilih tinggal bersama Profesor Jiang dari pada harus menghadapi segerombolan gadis itu.
"Aku terlalu berpikir negatif, maafkan aku." Dokter Gu sedikit malu, tetapi kepercayaan dirinya segera kembali hanya dalam waktu sepersekian detik saja, "Tapi perihal aku memiliki banyak penggemar, itu benar. Kau jangan meremehkan aku."
Letnan Chen tersenyum, "En."
Saatnya membuka ingatan lainnya. Dokter Gu tanpa keraguan sedikitpun bertanya, "Tadi di mobil, apa yang ingin kau katakan padaku?"
Kedipan mata Letnan Chen tiba-tiba melebihi frekuensi normal. Dia batuk kering dan tidak menjawab. Tapi dokter Gu tentu saja tidak akan pernah melepaskan hal ini, jadi letnan Chen akhirnya mengalah dan berkata, "Ada sesuatu yang ingin aku berikan padamu. Itu seharusnya aku berikan padamu delapan tahun yang lalu."
"Hah? Apa kau berhutang uang padaku?" Dokter Gu menerka-nerka, dia dengan santai melambai-lambaikan tangannya dan berkata, "Kalau itu soal uang, maka lupakan saja."
Letnan Chen, "….."
Apakah dokter forensik ini selalu menjadi orang yang memiliki kulit yang tebal? Dia benar-benar memiliki kemampuan untuk menyanjung dirinya sendiri dan membuat lawan bicaranya kehabisan kata-kata.
"Bukan uang." Kata letnan Chen, "Aku akan memberikannya padamu nanti."
"Baiklah." Dokter Gu, "Sudah, jangan membakar lagi. Kau sudah membakar banyak jagung, cukup untuk kau jual atau kau bagikan ke seluruh penghuni kompleks."
Ya, jagung yang telah dibakar oleh letnan Chen sudah menggunung, benar-benar cukup untuk memberi makan para bocah yang sedang asyik bermain kartu itu.
"Ini dia, Jiang Pa, paman Wang, kemari dan makan makan jagung bakar ini." Kata dokter Gu.
Dokter Gu memanggil para remaja, "Jagung…."
Dokter Gu, "!!!"
"Kalian tidak bermain kartu dan malah bermain Mahjong?" Dokter Gu menunjuk Jing Yi dan Si Zhui, "Aku akan melaporkannya pada atasan kalian. Bisa-bisanya kalian berjudi di bawah hidung letnan Chen dan direktur Wang!"
"Apa..ini..ini.." Si Zhui memucat, "Kami tidak berjudi, Kami hanya bermain Mahjong, tidak ada uang atau koin sama sekali."
"Benarkah?" Dokter Gu menyipitkan matanya.
"Ya." Kata Jin Ling dengan bangga.
Si Zhui tersenyum, sangat tenang dan sopan ketika dia berkata, "Jing Yi mengatakan memiliki dua tiket pertandingan Game of Glory. Dan dia berjanji akan memberikannya satu untuk kami jika salah satu di antara kami ada yang menang. Itu sama halnya dengan berlomba kan?"
Jing Yi berpikir, "Apakah sudah terlambat untuk menutup mulut si kolot ini?"
Jing Yi segera menyingkirkan balok-balok Mahjong berwarna hijau itu dan berkata, "Ini sudah berakhir. Kami akan makan jagung, ya, saatnya makan jagung bakar! Ahehehehe!"
Si Zhui, "…"
"Bagaimana dengan tiketnya? Kau jangan mencoba untuk curang?" Jin Ling, si penggila game of glory benar-benar tidak bisa menerima hal ini.
"Lupakan saja, untuk apa aku harus repot-repot bermain. Aku akan menyuruh kakakku untuk membelikanmu tiket. Ah iya…" Jin Ling menepuk pundak Si Zhui, "Aku juga akan memberikannya padamu Si Zhui."
Jing Yi, "…"