Saat malam semakin larut, dua tetua, Profesor Jiang dan juga direktur Wang akhirnya pulang setelah dokter Gu menelponkan keduanya sopir pengganti.
Karena arak berusia puluhan tahun yang dibawa oleh Profesor Jiang itu, para tamu undangan kini tak sadarkan diri dan mabuk. Para remaja tergeletak di ruang tamu dan tidur secara sembarangan.
Letnan Chen juga terlihat sangat tidak normal. Wajahnya memerah tetapi dia masih sepenuhnya sadar. Setidaknya itulah yang dipikirkan oleh dokter Gu. Letnan Chen Yi terlihat duduk di sofa dan tidak melakukan apa-apa, tapi nyatanya ada sesuatu yang belum diketahui oleh dokter Gu.
"Xiao Yu, jangan diam saja. Aku tahu tidak menyukai kontak fisik dengan sembarang orang, tetapi dia adalah adik sepupumu." Dokter Gu berusaha memperbaiki posisi tidur Jing Yi yang sangat tidak beraturan, "Ke..Kemarilah dan bantu aku."
Dokter Gu, "……"
Letnan Chen 'yang normal' tiba-tiba ambruk dan tertidur di atas sofa. Besar kemungkinannya bahwa letnan polisi itu telah mabuk. Dia memang tidak banyak bertingkah dan melakukan hal-hal yang membuat dokter Gu sakit kepala, tetapi bagaimana cara letnan Chen mabuk benar-benar berbeda dari kebanyakan orang.
"Dia benar-benar mabuk. Apakah aku salah ingat? Aku rasa dia hanya minum beberapa teguk arak tadi? Ah tidak, itu hanya seteguk." Kata dokter Gu.
Dokter Gu adalah seorang peminum yang handal, hanya saja dia tidak bisa minum karena masih dalam tahap pemulihan. Hanya saja, ketertarikannya terhadap permainan kartu menjadi semakin besar setelah dia memenangkan beberapa ronde. Tapi tepat di ronde ke delapan, dokter Gu harus menerima kekalahan dan diwajibkan meminum arak.
Letnan Chen adalah orang yang paling tidak bisa melihat sesuatu yang tidak benar. Jadi walaupun dia tidak terlibat dalam permainan itu, dia masih harus turun tangan untuk merawat Shixiong-nya itu. Letnan Chen akhirnya harus meminum arak itu dan menjadi mabuk seperti saat ini.
Dokter Gu sekarang telah selesai dengan tugasnya. Dia telah mengambil setumpuk selimut dan membiarkan beberapa pria itu tidur di ruang tamu. Susunan mereka bahkan sangat rapi, mirip seperti sekumpulan ikan sarden yang berjejer.
Setelah memastikan semua manusia aman dan tidur dalam keadaan nyaman, dokter Gu juga berbaring di atas sofa. Bola bulu yang sedari diabaikan olehnya tiba-tiba melompat ke atas perut dokter Gu dan mencari kehangatan.
"Aiya, Xiao Yu, kau kenapa harus mabuk juga? Bukankah kau ingin menunjukkan sesuatu padaku?" Dokter Gu juga memejamkan matanya ketika malam semakin larut.
Prinsip hidup 'siapa yang cepat tidur, maka dia juga akan cepat bangun di keesokan harinya' adalah prinsip yang tidak ditekankan di era modern saat ini. Mungkin lebih tepatnya, kurang diilhami oleh para pemuda kota macam Jing Yi dan Jin Ling.
Di pagi-pagi sekali, letnan Chen tiba-tiba terbangun setelah sesuatu yang lengket menjilatinya. Itu adalah Jiangguo, kucing betina yang menjadi tuan rumah.
Kepala letnan Chen terasa sakit saat dia memaksakan dirinya untuk bangun dan memberi makan pada putri kesayangannya.
Begitu selesai menuang setengah makanan basah dan setengah makanan kering di mangkuk kucing berwarna hijau milik Jiangguo, letnan Chen lantas tidak melanjutkan tidurnya lagi.
Dia melihat jam yang menunjuk ke angka 5 pagi. Tatapannya kemudian beralih ke jejeran ikan sarden yang telah lama rusak. Tanpa mengeluarkan suara apapun, letnan Chen dengan eskpresi acuh tak acuh terlihat memperbaiki selimut Jing Yi dan kawan-kawan.
Melihat bagaimana dokter Gu meringkuk di atas sofa tanpa adanya selimut yang menutupinya, letnan Chen segera mengambil selimut miliknya dan menutupi tubuh dokter Gu yang sudah meringkuk menyerupai gaya tidur Jiangguo.
Dan bahkan ketika beberapa jam berlalu, saat jam telah menunjukkan pukul delapan, kumpulan ikan sarden yang telah tersebar ke segala arah itu masih juga belum bangun.
Dokter Gu adalah orang kedua yang bangun. Dia terlebih dahulu mengamati sekitar dan meregangkan otot-otot tubuhnya yang kaku. Dia menghitung jumlah manusia, dan seperti dugaan, dia tidak melihat sosok letnan Chen.
"Dia pasti pergi berlari pagi." Kata dokter Gu.
Dokter Gu menurunkan kakinya dan kaki itu tidak menginjak lantai, ada sesuatu yang lembut dan hangat.
"Jing Yi!" Dokter Gu melihat kakinya berpijak ke sesuatu yang tidak benar. Dia segera mengangkat kakinya dan berpindah tempat.
Di samping Jing Yi, ada Jiangguo yang juga masih tertidur. Kucing pemalas itu tidak akan lagi meminta jatah makan paginya setelah dia kekenyangan karena makanan tengah malamnya.
Kelanjutan dari aktivitas dokter Gu sangat muda ditebak. Ya, itu adalah pekerjaan hariannya selain membedah mayat, apalagi kalau bukan memasak sarapan. Apalagi kali ini ada banyak kepala yang harus dia beri makan, jadi dokter Gu harus memasak makanan cukup banyak.
Baru saja langkahnya mencapai dapur, tetapi suara pintu terbuka telah terdengar. Dokter Gu mengeluarkan wortel dari kulkas, mencucinya lalu mengigit wortel mentah itu seperti kelinci yang kelaparan.
"Eh? Kenapa kau cepat sekali kembali? Apa kau hanya lari sekali putaran?" Dokter Gu melihat letnan Chen tengah membuka sepatunya.
"Jangan memasak." Letnan Chen memungut dua kantong plastik berwarna putih dan berkata, "Aku membeli makanan, ada bubur, sup dan mantou."
Jadi, saat semua manusia sedang tertidur, letnan Chen yang bangun lebih awal pergi keluar rumah bukan untuk berolahraga melainkan untuk membeli sarapan di pasar.
Benar-benar pemikiran yang cerdas. Memang akan sedikit menyusahkan jika harus memasak banyak bubur di pagi hari. Terlebih lagi yang harus dokter Gu masakkan adalah dirinya sendiri, Letnan Chen sebagai housemate-nya, di tambah lagi dengan lima orang pria dewasa yang sedang mati suri di ruang tamu.
"Aiya, bangun! Sarapan sudah siap!" Kata dokter Gu.
Si Zhui adalah orang ketiga yang bangun, benar-benar hal yang tidak mengherankan lagi. Fu Pei orang keempat adalah suatu fakta yang normal. Tetapi kenyataan ketika Jing Yi menjadi orang yang selanjutnya bangun, itu benar-benar sedikit kurang bisa dimengerti.
"Apa kau lapar sekali? Aku tahu kau adalah tipikal orang yang sulit untuk dibangunkan, kenapa kau tiba-tiba menjadi penurut?" Dokter Gu tidak memuji, melainkan bertanya dan membuat mood Jing Yi memburuk.
"Kau akan menutup mulutku dan mencubit hidungku sampai aku tidak bisa bernapas. Itu benar-benar menyebalkan sekali." Jing Yi bangun, tatapannya bertemu dengan tatapan kakak sepupunya yang sedari tadi duduk santai di meja makan. Pemuda itu kemudian melipat selimut dan berkata dengan suara rendah, "Aku bahkan mengalami mimpi buruk karena hal itu."
Dokter Gu, "…."
Hanya ada dua orang tersisa. Orang pertama adalah seorang jaksa, pamannya adalah seorang yang berpengaruh di bidang hukum, siapa lagi kalau bukan jaksa Xifan.
"Aku akan membangunkannya." Kata letnan Chen.
Dokter Gu, Jing Yi, Si Zhui, dan Fu Pei tengah mengamati hal apa yang sebenarnya akan dilakukan oleh letnan Chen pada jaksa Xifan.
"Xifan, ibumu menelpon." Kata letnan Chen dengan suara santai.
Mata jaksa Xifan yang tertutup rapat tiba-tiba terbuka. Cukup menyeramkan tapi lucu di waktu yang bersamaan.
"Apal?!" Jaksa Xifan masih linglung saat dia dengan panik berkata, "Mana?"
Letnan Chen tampak sangat alim, begitu ahli dan profesional, dia menjawab pertanyaan jaksa Xifan dengan dua kata simpel, "Pergilah sarapan.
Jaksa Xifan, "….."
Dokter Gu, "Hanya itu? Wah, benar-benar hebat." Dokter Gu mengacungkan jempolnya, entah mengapa, dan karena suatu alasan tertentu, tetapi dokter Gu merasa bahwa cara letnan Chen ini benar-benar keren.
"Ah, kepalaku benar-benar sakit." Ini adalah kata-kata ketiga yang dikeluarkan oleh Jaksa Xifan setelah dia bangun dan mencuci mukanya.
Kesadarannya yang sepenuhnya telah kembali membuatnya secara alami berjalan ke arah meja makan dan mengambil mantou untuk dilahap.
"Apa kau masih akan pulang?" Dokter Gu menyodorkan segelas s**u untuk jaksa Xifan.
"Oh, tentu saja. Aku masih harus mandi dan berganti baju." Jaksa Xifan meminum s**u itu dan mencelupkan sebagian mantou-nya ke dalam s**u, "Aku juga harus memberikan salam pada ibuku. Salam pagi lebih tepatnya."
"Jaksa, apakah kau hidup di era dinasti kuno? Ahahah, kau benar-benar terlihat seperti seorang selir dari dinasti Ming yang harus datang setiap pagi untuk memberi salam pada istri sah." Begitu ada kesempatan untuk meledek dan membully, maka Jing Yi pasti tidak akan melewatkannya.
Jin Ling juga sama, dia adalah manusia sejenis yang kali ini bertugas untuk menambahkan minyak ke dalam kobaran api, "Hahahah, ibuku bahkan tidak seperti itu."
Jaksa Xifan tidak bisa mengatakan apa-apa lagi. Itu memang adalah sebuah kebenaran yang tidak dapat dipungkiri lagi.
Usut punya usut, pihak keluarga dari ibu jaksa Xifan masih terkait hubungan dengan keluarga kekaisaran. Tapi karena ibu jaksa Xifan telah menikah, dan statusnya sebagai seorang wanita, maka dia harus mengikuti pola kehidupan suaminya.
Tetapi dalam mengajari dan membesarkan Xifan, ibu Xifan masih memberlakukan beberapa aturan-aturan kuno yang tercatat bahkan di era dinasti terdahulu seperti, memberi salam pada orang tua di pagi hari, tidak merusak nama keluarga, tidak ini, tidak itu, dan masih banyak lagi.
"Aku benar-benar tidak bisa berkompromi lagi dengan semua aturan-aturan itu. Aku bahkan merasa takjub pada diriku sendiri karena telah berhasil menghapal sutra Buddha di usiaku yang masih muda." Jaksa Xifan tersenyum pahit saat ia berkata, "Andaikan saja ibu memberlakukan aturan itu untukku…"
"Aturan macam apa?" Tanya dokter Gu yang penasaran.
Jaksa Xifan dengan semangat berkata, "Memiliki satu istri utama dan beberapa selir."
Dokter Gu, "…."
Letnan Chen, "…."
Para remaja, "…."