A Case and A Lesson

2069 Kata
Adanya kabar yang tiba-tiba mengharuskan letnan Chen ataupun dokter Gu untuk segera pergi ke tempat kerja mereka, bahkan sebelum mereka selesai sarapan, adalah hal umum terjadi. Kali ini, orang yang harus mengunyah makanannya di dalam mobil adalah dokter Gu. Dia harus segera pergi saat dia bahkan belum menyelesaikan makan paginya yang berharga setelah salah satu pegawai di BFS menelponnya. Ya, saatnya untuk melakukan autopsi dadakan. "Berdasarkan kondisi tubuh korban, kami bisa memperkirakan bahwa dia meninggal dua atau tiga hari yang lalu." Pegawai itu berkata melalui sambungan telepon, "Aku dan anak-anak akan segera tiba disana." Kata dokter Gu. "Apa yang terjadi? Ini masih pagi dan sudah ada mayat?" Jin Ling mengemudikan mobil dokter Gu ke arah BFS. "Aku sudah mendapatkan data-data mayat itu." Fu Pei membuka sebuah file yang berisi keterangan mayat. Dia berkata, "Dia seorang gadis Sekolah Menengah Atas. Ada kartu mahasiswa yang ditemukan di tasnya. Ada sejumlah luka lebam ditubuhnya. Sejumlah darah telah keluar dari tubuhnya, itu adalah tanda-tanda yang biasa ditemukan saat seseorang telah meninggal kurang lebih dari tiga hari." "Apakah sudah ada pihak keluarga yang datang?" Dokter Gu menerima tablet dari Fu Pei sembari mengunyah sarapannya, "Siapa yang menyerahkan mayat itu? Apakah pihak kepolisian?" "En." Fu Pei berkata, "Seorang sopir truk yang ingin buang air kecil di jalanan yang sepi secara tidak sengaja menemukan mayat itu." "Benar-benar menjijikkan, kenapa dia harus buang air kecil di jalanan yang sepi? Tcih." Untuk tuan muda Jin, hal seperti ini tentu saja adalah hal yang tabu. Toilet di rumah keluarganya sudah menyerupai toilet di sebuah hotel berbintang lima. Daerah penemuan mayat itu seharusnya masih menjadi area yurisdiksi Letnan Chen, tetapi melihat bagaimana reaksi letnan Chen tadi pagi, dokter Gu bisa tahu bahwa letnan Chen belum mendapatkan kabar ini. Kemungkinan besar, dokter Gu akan segera melihat letnan Chen dan dua juni-o-rnya lagi hari ini. Begitu tiba di BFS, Dokter Gu, Jin Ling dan Fu Pei segera melakukan tugas mereka. Tepat di pukul setengah sembilan pagi, autopsi jenazah pada mayat gadis SMA itu akhirnya dimulai. Hal itu tentu saja setelah menerima izin dari pihak keluarga. Dokter Gu, "…." "Ada apa dokter? Apa ada masalah?" Melihat dokter Gu tidak melakukan apa-apa pada tubuh mayat itu, Jin Ling tentu saja tidak bisa tidak bertanya. Dokter Gu tidak mengatakan apapun, dia langsung bergerak untuk melihat sesuatu. Adalah hal yang normal bagi seorang dokter forensik untuk melakukan pemeriksaan pada tubuh mayat, baik pemeriksaan luar maupun dalam. Dokter Gu hanya melihat organ intim gadis tak bernyawa itu sekilas, dan dia sudah memastikan apa yang ada dipikirannya. Dia berkata, "Dia bukan korban tabrak lari. Dia adalah korban pemerkosaan." Jin Ling, "…." "Aku hanya melihatnya sekilas dan ada beberapa bekas yang tertinggal." Dokter Gu paling tidak bisa mentolerir hal seperti ini, dia benar-benar merasa kasihan dengan korban kekerasan seksual, apalagi jika korban itu harus meregang nyawanya. Dokter Gu, "Seka cairan yang ada di organ intimnya dan lakukan pemeriksaan di lab." Jin Ling, "Baik dokter." Walau sudah tiga hari berada di luar ruangan, tetapi mayat masih bisa meninggalkan bekas. Bekas yang dimaksud disini adalah bukti yang berada di tubuh mayat itu sendiri. Ada sejumlah bekas luka lebam di kulit mayat gadis itu, ada robek di sudut mulut. Dan jika mengatakan bahwa korban adalah korban tabrak lari, maka sepertinya itu kurang tepat. Memang ada bekas yang menunjukkan bahwa ada benturan di salah satu bagian tubuh, hanya saja..itu sedikit tidak masuk akal. Dokter Gu yang telah menyelesaikan autopsinya segera menemui letnan Chen yang juga datang setelah dia menerima tugas ini dari atasannya, "Benturan tidak ditemukan di kepalanya. Tengkorak kepalanya utuh, tidak ada ada yang retak. Dia, mungkin ditabrak, tapi hanya kakinya yang lecet. Maksudku, tidak ada tulang yang patah sama sekali. Kemungkinan besar, benda yang menabraknya itu tidak sampai membuat gadis itu terpental. Lebih tepatnya hanya tergores." "Kau tidak salah." Letnan Chen berkata, "Aku telah mendatangi lokasi kejadian, tidak ada tanda-tanda adanya tabrakan di jalan itu. Jika memang ada, kendaran yang menabrak gadis itu pasti sudah akan menginjak rem. Di saat itu, akan terjadi gesekan antara aspal dan ban mobil. Gesekan masih akan kelihatan bahkan dalam kurun waktu lima hingga tujuh hari." Di tengah-tengah pembicaraan letnan Chen dan dokter Gu, Jing Yi dan Si Zhui tiba-tiba menerobos masuk. Mereka baru saja mendapatkan sebuah hal yang menarik, bukan menarik, tetapi mencengangkan lebih tepatnya. "Ada apa?" Tanya letnan Chen. "Ini, Jin Ling mengatakan pada kami bahwa katanya ayah tiri Ou Huiwen menolak untuk meng-autopsi tubuh Huiwen." Jing Yi mengalihkan pandangannya pada dokter Gu. "Dia tidak mengatakan hal itu padaku. Katanya kakak laki-laki gadis itu berhasil meyakinkan ibunya hingga tanda tangan persetujuan untuk melakukan autopsi bisa didapatkan." Dokter Gu juga terlihat kebingungan. Hingga akhirnya dia mendapati bahwa dirinya memang terlalu ceroboh. Ya, sebelum memasuki ruang autopsi, Jin Ling memang berniat mengatakan sesuatu pada dokter Gu, hanya saja dokter Gu segera menepisnya dan menyuruh bocah itu segera masuk ke ruang autopsi. Urgensinya dan ketidaksabarannya untuk meng-autopsi benar-benar sudah menjadi kanker stadium akhir! "Ah." Dokter Gu menggaruk-garuk kepalanya, "Jadi itu yah. Aheheheh, aku memang ceroboh dan membiarkan Jin Ling tidak memberitahuku." Setelah mendapatkan informasi itu, letnan Chen langsung pergi untuk menemui kakak laki-laki dari Ou Huiwen untuk meminta keterangannya. "Aku tidak bisa menerima kematian adikku ini." Ou Yanxing adalah kakak kandung Ou Huiwen yang berkuliah di luar negeri, tetapi dia menyempatkan pulang setelah mendapatkan kabar bahwa adik kesayangannya meninggal. "Ayah tiri kami bukanlah orang yang baik. Dia.., lupakan saja! Dia menolak untuk memberikan persetujuannya agar Xiao Wen di autopsi. Aku sudah curiga saat melihat gelagatnya hari ini." Ou Yanxing berkata, "Aku yakin kalian mendapatkan sesuatu yang tidak biasa." Ou Yanxing, setahun yang lalu masih seorang anak SMA. Di tahun berikutnya, dia mendapatkan beasiswa ke Inggris. Mulanya, pemuda cerdas itu enggan untuk pergi ke Inggris karena khawatir akan adik perempuannya dan ibunya. Tetapi Ou Huiwen meyakinkan kakak laki-lakinya itu untuk pergi meraih mimpinya. "Dia tahu bahwa Universitas Stanford adalah Universitas yang sudah aku targetkan sejak lama. Jadi dia menyuruhku pergi." Kata Ou Yanxing. "Aku berniat membawanya. Warisan dari almarhum ayah kami sudah lebih dari cukup untuk biaya hidup di sana." Ou Yanxing melanjutkan, "Tetapi Xiao Wen menolak karena dia tidak mau meninggalkan ibu kami. Tentang bagaimana ayah tiri kami memperlakukan ibu kami, itu sangat normal. Tetapi aku melihat adanya perlakuan berbeda pada Xiao Wen. Kalian tahulah, itu semacam insting pria." Ucapan dari Ou Yanxing ini memang tidak berdasar. Tetapi ketika dia memberikan alasan mengapa dia memaksa bahwa mayat adiknya harus diautopsi, ucapan tak berdasar itu menjadi cukup masuk akal, "Aku hanya melihat mayatnya sekilas. Aku baru saja sampai di Shanghai ketika mayatnya sudah berada di kamar mayat. Aku melihat tanda-tanda tidak biasa di tubuhnya. Jadi aku meyakinkan ibuku dan membawa mayat adikku ke BFS untuk diautopsi." Ou Yanxing adalah mahasiswa kedokteran yang bisa dikatakan sangat cerdas. Hal itu sudah terbukti saat dia sendiri mengakui dirinya adalah mahasiswa berprestasi yang mendapatkan beasiswa sampai ke negeri ratu Elizabeth. Sehari setelahnya, dokter Gu telah berhasil mendapatkan hasil autopsi. Benar dugaannya dan juga Ou Yangxing, Ou Huiwen terlebih dahulu diperkosa sebelum akhirnya dibunuh. "Ibu, dimana paman Li?" Ou Yangxing sama sekali menolak untuk memanggil ayah tirinya itu dengan sebutan 'ayah', jadi dia akan selalu memanggil ayah sambungnya itu dengan sebutan paman. "Dia tentu saja sedang bekerja." Kata ibu Ou Yangxing. Dokter Gu sudah siap untuk memberitahu hasil autopsi jenazah Ou Huiwen pada pihak keluarga. Ekspresinya benar-benar tidak bisa ditebak. Dia berkata, "Ou Huiwen tidak meninggal karena kecelakaan mobil. Dia dibunuh!" Ou Yangxing sudah tidak terkejut lagi ketika dia mendengar ucapan dokter Gu itu. Dia sebaliknya, tampak putus asa ketika berkata, "Apa penyebabnya dokter? Apa ada luka yang membuatnya meninggal?" "Hal b***t yang dilakukan oleh seseorang telah membuat adikmu terbunuh. Dia mengalami pendarahan hebat di organ intimnya. Dan juga…" Dokter Gu menatap ibu Ou Yangxing yang sama sekali tidak mengeluarkan pendapatnya. Dokter Gu bisa melihat ekspresi tidak wajar dari wanita itu, "Nyonya, kenapa kau tidak berbicara sendiri. Mustahil kau tidak tahu akan perilaku b***t suamimu." Ou Yangxing menatap ibunya, "Apa maksudnya ibu?" "Ada DNA ibumu di kuku Ou Huiwen. Kalian meninggalkan jejak kalian." Dokter Gu, "Nyonya, kau sama sekali tidak melarang kami dan bahkan memberikan persetujuanmu pada putramu agar putrimu di autopsi. Apakah itu karena rasa bersalah?" Tanpa ampun dokter Gu berkata, "Aku tidak tahu bagaimana kalian menabrakkan mobil ke gadis yang telah tidak bernyawa. Mayat bahkn tidak bisa berdiri, apakah kalian mengikatnya di sebuah kursi dan menabraknya? Kalian menggunakan SUV kan?" Air mata mulai membasahi pipi ibu Ou Yangxing, "Maafkan aku, Yangxing, maafkan ibu. Ibu terlalu takut untuk bicara!" Kemungkinan besar ibu Ou Yangxing mengetahui penderita yang dialami oleh putrinya semakin besar. Dia tahu betul hal b***t yang dilakukan oleh suaminya pada putri kandungnya sendiri. Hanya saja… "Ibu takut kalau dia akan membunuh kami semua." Ibu Ou Yangxing berlinang, "Ibu dibutakan oleh cinta. Maafkan ibu." Ou Yangxing menepis tangan ibunya seolah-olah tangan ibunya itu adalah sesuatu yang menjijikkan. Dia berkata, "Katakan, dimana b*****h itu?!" "Ibu, ibu masih tidak mau mengatakannya. Apakah ibu tahu, putri ibu, Xiao Wen, dia telah mati Bu!' Ou Yangxing meraung, "Dia tidak mau ikut aku ke Inggris karena dia tidak mau meninggalkan ibu! Tapi ibu.., apakah kau pantas dipanggil ibu?!!" Ibu Ou Yangxing segera ditangkap oleh pihak kepolisian. Beberapa jam kemudian ketika dia melakukan interogasi, dia akhirnya mau mengakui bahwa suaminya telah melarikan diri. *_ Di BFS, dokter Gu terlihat tengah mengobrol bersama dengan Ou Yangxing. Pemuda itu duduk di sebuah bangku yang ada di koridor saat dokter Gu memberikannya surat kematian Ou Huiwen. "Apa rencanamu setelah ini?" Dokter Gu memberikan permen karet pada Ou Yangxing. "Entahlah." Ou Yangxing mengehela napas panjang, seolah ia telah lelah karena menghadapi kejamnya kehidupan ini. "Aku berencana kembali ke Inggris setelah menabur abu adikku di laut. Dia begitu menyukai laut dan pantai." Kata Ou Yangxing. Dokter Gu menepuk pundak Ou Yangxing dan tidak mengatakan apa-apa. Ia kemudian pergi meninggalkan Ou Yangxing yang tampak ingin sendiri. Dan baru saja dokter Gu berbelok dari koridor, dia mendengar suara tangisan tersedu-sedu dari tempat Ou Yangxing berada. Tangis pemuda yang selalu nampak kuat itu akhirnya pecah. *_ Tidak butuh waktu lama untuk Unit Kejahatan Kepolisian Shanghai untuk bisa menangkap seorang penjahat kelas ikan teri bernama Li Luyang. Ya, suami kedua ibu Ou Yangxing itu berhasil ditangkap saat dia berniat melarikan diri ke Jepang. Ou Yangxing, setelah dia menyebar abu kremasi adiknya, dia pergi ke kantor polisi untuk mendengarkan penjelasan ibunya sendiri. Pemuda itu benar-benar ingin tahu bagaimana proses kematian adik kesayangannya, dimana ibu kandungnya sendiri ikut terlibat. "Li Luyang adalah suami keduaku. Dia memang b***t. Dia telah menodai putriku sendiri. Aku tahu kejadian itu beberapa bulan yang lalu. Tapi aku tidak bisa melaporkannya, selain karena dia mengancam akan membunuhku dan putriku, dia juga meyakinkan aku tentang warisan yang ditinggalkan mantan suamiku untuk Huiwen. Aku gelap mata, aku berdosa." Ibu Ou Yangxing menangis tersedu-sedu. Letnan Chen tahu bahwa Ou Yangxing tengah mengamati proses interogasi itu. Letnan Chen menatap ke arah kaca hitam yang tak tembus pandang, dia kemudian berkata, "Dan bagaimana kalian membunuh Ou Huiwen?" "Aku, aku tidak tahu. Aku bersumpah! Bukan aku yang membawa mayatnya!" Kata ibu Ou Yangxing. Ou Yangxing yang berada di ruang pemantau tidak bisa tidak mengepalkan tangannya. Kemarahan dan kekecewaan tumbuh semakin besar di hatinya. Ketika, proses interogasi selesai, ibu Ou Yangxing akhirnya keluar dari ruang interogasi dan dia secara langsung berpapasan dengan putranya, Ou Yangxing. Ou Yangxing hanya melihat sekilas ibunya, tetapi dia tidak mengatakan apa-apa. Ibu Ou Yangxing tampak akan berjalan ke arah putranya, tapi Ou Yangxing segera pergi dan mengabaikan wanita yang telah melahirkannya itu. *_ Beberapa hari berlalu, dan persidangan kasus kematian Ou Huiwen akhirnya digelar untuk pertama kalinya. Secara mengejutkan, Ou Yangxing datang ke kantor polisi dan meminta untuk bertemu dengan ibunya sebelum persidangan dimulai. Keduanya dipertemukan dengan adanya dinding yang menjadi sekat. Ibu dan putranya itu tidak bisa saling memeluk dan menyentuh, hanya bisa saling menatap melalui dinding kaca yang transparan. "Yangxing." Melihat putranya datang untuk bertemu dengannya, ibu Ou Yangxing merasa bahagia. "Aku akan pergi ke Inggris hari ini. Aku tidak akan datang ke persidangan…." Kata 'ibu' hampir keluar dari mulut Ou Yangxing, tetapi kata itu kembali ia telan. Ou Yangxing melanjutkan, "Lakukan apapun yang bisa menenangkan Ou Huiwen di surga sana. Dia telah menderita." "Maafkan ibu." Kata ibu Ou Yangxing. "Jangan meminta maaf padaku. Ou Huiwen yang telah kau siksa dan lukai." Suara Ou Yangxing terdengar sangat dingin. Ou Yangxing berdiri dan segera pergi dari kantor polisi, meninggalkan ibunya yang masih menangis di ruang besuk.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN