Rosemary XIV: Memories and Three Colloseums in Yan Forest

1700 Kata
~FLASHBACK~ Begitu sampai di rumah sakit, Gu Wei langsung mendapatkan penanganan. Dia harus menerima total 40 jahitan luar dan dalam. Chen Yu, remaja yang tidak masuk ke ruang ujian itu masih menunggui sosok yang telah menyelamatkannya hingga sampai Gu Wei benar-benar siuman. Saat itu, Chen Yu masihlah seoarang remaja, remaja kelas tiga SMA yang tidak sesigap letnan Chen Yu di masa depan. Remaja itu tampak bodoh ketika dia memeluk ranselnya sembari menatap mahasiswa laki-laki yang sedang dalam pengaruh obat bius itu. Satu jam berlalu dan Gu Wei sadar. Gu Wei menatap ke remaja laki-laki itu dan tersenyum, "Kau menungguku disini?" "Maafkan aku dan terimakasih. Aku tidak tahu namamu. Aku juga tidak berani menggeledah tasmu jadi aku hanya mengatakan pada perawat bahwa kau adalah Gege-ku." Chen Yu jarang atau bahkan tidak pernah berbicara pada orang asing, jadi ekspresinya terlihat sangat canggung ketika dia mengatakan hal ini. "Untuk apa minta maaf?" Gu Wei bangun dari posisi tidurnya dan duduk bersandar di sandaran ranjang rumah sakit, "Xiao didi, aku memang lebih tua darimu. Kau bisa memanggilku Wei Gege." (Xiao Didi: Adik laki-laki kecil) Begitulah keduanya saling mengenal di masa lalu. Chen Yu yang benar-benar menyerah akan dunia hukum akhirnya masuk ke akademi Polisi. Mulanya dia berniat mengucapkan selamat tinggal pada Gu Wei karena dia akan segera pergi ke pelatihan, tapi saat itu, Wei Gege yang pernah menyelamatkannya itu telah kembali ke Beijing karena suatu alasan. Alasan Chen Yu ingin menjadi seorang polisi semakin kuat setelah insiden itu. Dia berniat untuk menumpas segala kajahatan dan perundungan. Hingga akhirnya dia benar-benar berhasil meraih mimpinya. Dia sekarang adalah seorang Letnan polisi yang kompeten. Alasan lain mengapa dokter Gu tidak mengenali remaja yang pernah ditolongnya delapan tahun yang lalu itu…, jangan tanya lagi. Gu Wei memberitahukan remaja Chen Yu namanya, tapi dia tidak pernah menanyakan nama remaja itu dan selalu memanggilnya dengan sebutan "Xiao Didi". Pihak yang satu adalah pihak yang sembrono, sementara pihak yang lain adalah orang dengan kepribadian menyerupai biksu. Kau bertanya, aku menjawab, kau diam, maka aku juga akan merapatkan mulutku. Ya, itulah letnan Chen. Dia tidak pernah menyebutkan namanya pada Gu Wei karena Gu Wei tidak pernah menanyakan hal itu padanya di masa lalu. Kesempatan untuk berkenalan hilang saat letnan Chen harus pergi ke akademi kepolisian sementara dokter Gu kembali ke Beijing. Lamunan dan nostalgia konyol tentang sahabat lamanya, tentang korban dan penyelamat, di benak letnan Chen segera buyar begitu seorang pria paruh baya datang padanya. "Permisi…" Pria tinggi itu secara alami adalah Profesor Jiang. Letnan Chen segera bangkit dari tempat dia duduk dan membungkuk sedikit, "Profesor, Gu Wei sedang berada dalam penanganan dokter. Ada pembuluh darah yang harus dijahit, jadi dia harus di operasi." Profesor Jiang mengangguk, "Ya. Terimakasih…ah, kau pasti Xiao Yu!" Letnan Chen, "…" Apakah letnan tampan itu sudah memperkenalkan dirinya pada Profesor Jiang? Di telpon tadi, dia tidak ingat bahwa dia telah menyebutkan namanya karena Profesor itu langsung menutup telponnya begitu dia mendengar putra baptisnya terluka. Letnan Chen tidak banyak bertanya, dia mengangguk dan memperkenalkan dirinya secara sopan, "Itu benar. Aku Chen Yu, housemate Gu Wei." Profesor Jiang tidak bisa membantu tetapi dia mengangguk. Chen Yu memberikan isyarat pada ayah baptis dokter Gu itu untuk duduk. "Xiao Gu sudah menceritakan tentangmu padaku. Aku bersyukur dia memiliki teman sepertimu. Dia pernah tinggal di Shanghai, tetapi dia tidak memiliki teman dekat dan hanya sibuk berkuliah dan meraih cita-citanya." Profesor Jiang menatap ke arah ruang operasi dan berkata, "Dia adalah orang yang ceria, dia tidak pernah merepotkan kedua orang tuanya. Gu Wei kami adalah simbol dari kebenaran. Aku benar-benar bangga memiliki anak angkat sepertinya." Letnan Chen menggangguk, dia kemudian bertanya, "Lalu bagaimana dengan orang tuanya? Apakah Profesor Jiang sudah menghubungi mereka?" Profesor Jiang menggelengkan kepalanya dan berkata, "Xiao Gu tidak akan menyukai hal itu. Untuk sementara aku tidak mengabari mereka. Aku akan mengabari mereka setelah mendengar putusan dari dokter. Gu Wei adalah pemuda yang kuat, dia akan mampu melewati semua ini. Bukankah seperti itu?" Letnan Chen mengangguk setuju. Dia tahu dengan pasti, dan perasaannya sudah menebaknya, bahwa dokter Gu bukanlah orang yang lemah. Dokter periang itu tidak akan mati di meja operasi segampang itu. Dia pasti akan kembali dan menunjukkan senyum cerianya dan sikap konyolnya. Profesor Jiang menepuk pundak letnan Chen dan berkata, "Lain kali kau tidak perlu memanggilku dengan sebutan Profesor lagi. Aku sering melihatmu keluar masuk Badan Forensik Shanghai, tetapi aku tidak sempat menyapamu. Kita berdua benar-benar orang yang sibuk, kedepannya kau bisa memanggilku dengan sebutan Paman Jiang. Aku adalah ayah Gu Wei, jadi bisa dikatakan bahwa aku akan menjadi kerabatmu. Kau bisa memanggilku Paman Jiang." "Baiklah Prof..., ah maksudku baiklah paman." Kata letnan Chen dengan sopan. Jarum jam terus berdetak dan waktu berlalu begitu cepat. Letnan Chen dan Profesor Jiang mengobrol dan membicarakan masa lalu serta pengalaman dokter Gu. Tentang bagaimana pemuda bernama Gu Wei itu memulai karirnya, hingga dia berakhir menjadi seorang ahli patologi forensik yang hebat. Hingga tiba-tiba pembicaraan antara letnan polisi dan ahli forensik itu berhenti ketika dokter yang mengoperasi dokter Gu keluar dari ruang operasi. "Lao Jiang." Dokter yang mengoperasi dokter Gu itu nampaknya telah mengenal Profesor Jiang, jadi dia secara akrab memanggilnya dengan sebutan 'Lao Jiang.' Letnan Chen tidak berbicara dan Profesor Jiang mewakilinya. Dia bertanya, "Lao Xiao, bagaimana keadaan putraku? Apakah dia baik-baik saja?" Dokter spesialis bedah toraks dan kardiovaskuler itu tersenyum. Dokter Xiao yang berusia sama dengan Profesor Jiang itu menepuk pundak letnan Chen yang tampak khawatir. Dokter spesialis itu terlebih dahulu menatap kedua orang yang tengah menunggu jawabannya, dia akhirnya berkata, "Putra angkatmu adalah seorang dokter dan ahli forensik. Dia tahu betul titik vital mana yang tidak boleh tersentuh dan terluka. Tidak ada luka besar, namun dia membutuhkan jahitan untuk menghubungkan pembuluh darahnya yang robek. Dia baik-baik saja, setelah beberapa minggu, dia bisa beraktivitas kembali dan kembali ke ruang autopsi yang benar-benar dia sukai." Profesor Jiang mengehela napas lega, "Dia akan sedikit frustasi karena itu." Profesor jiang tidak bisa tidak bertanya ketika dia mendengar ucapan dari kawan lamanya itu, "Eh, kenapa kau bisa mengetahuinya? Kenapa kau bisa tahu bahwa dia adalah seorang ahli forensik?" Dokter berusia lewat dari separuh abad itu tersenyum dan berkata, "Alasan pertama karena dia mirip denganmu. Alasan kedua, dia bangun sebelum dokter spesialis anestesi memberikan bius padanya. Dia mengigau dan mengatakan untuk membawakannya pisau bedah. Dia berkata, 'Nak, selalu perlakukan mayat dengan lembut seperti bunga.'" Dokter Xiao melanjutkan, "Aku hampir tertawa, dia masih muda, siapa yang dia panggil dengan sebutan 'nak'?" "Itu asistennya." Kata letnan Chen. Dokter spesialis itu melanjutkan, "Benarkah? Ahahah, selain itu, itu adalah kata-kata yang sering dikatakan oleh Lao Jiang kan?" Profesor Jiang mengambil tangan dokter Xiao dan berkata, "Terima kasih banyak Lao Xiao, terima kasih banyak." Selang beberapa saat, pasien yang baru saja dioperasi oleh dokter Xiao, yang tidak lain dan tidak bukan adalah dokter Gu, akhirnya dibawa keluar dari ruang operasi. Dokter periang itu tampak tidak sadarkan diri, wajahnya sangat tenang dan damai ketika dia berada di bawah obat bius. Menurut diagnosa dokter, dokter Gu harus dirawat di rumah sakit. Dia harus tinggal selama beberapa minggu di rumah sakit untuk mengantisipasi adanya infeksi pada luka operasinya. Selain itu, titik luka bekas susukan benda tajam itu berada di titik vital. Jika bukan di d**a, maka mungkin tidak akan ada masalah lain. Tetapi dokter Xiao takut bahwa akan adanya komplikasi lain yang mungkin saja terjadi. Jadi dia menyuruh dokter Gu untuk tetap tinggal di rumah sakit. Letnan Chen, selama beberapa hari belakangan ini, dia keluar masuk rumah sakit untuk menjenguk atau lebih tepatnya mengawasi dokter Gu agar dokter aneh itu dia melakukan hal-hal yang lebih aneh. Letnan Chen akan pergi mengurus kasus Hu Lixin di pagi hari hingga di sore hari, dan ketika dia memiliki waktu luang dimalam harinya atau di sore harinya, maka dia akan kembali ke rumah sakit untuk menjaga dokter Gu. Sudah satu minggu berlalu dan letnan Chen masih menjaga dokter Gu yang telah membaik. Dokter itu bahkan mengoceh dan berkata bahwa dia tidak perlu dijaga karena dia memiliki asisten yang siap datang kapan pun saja, tetapi letnan Chen menolak hal itu. Sesuatu mengganggu pemikiran dokter Gu, itu tentang ingatannya yang samar, ketika dia mendengar letnan Chen memanggilnya dengan sebutan 'gege', tetapi dia tidak berani untuk mempertanyakannya terlebih dahulu, mengingat letnan Chen kini dipenuhi akan pemikiran mengenai kasus Hu Lixin. "Aku keluar sebentar, aku harus menelepon seseorang." Kata letnan Chen setelah dia mengupaskan jeruk dan memberikannya pada dokter Gu. Dokter Gu melahap jeruk itu dan berkata dengan suara sinis, "Gunakan waktumu dengan baik letnan." Yang ditelpon oleh letnan Chen itu adalah direktur Wang. Ya, dia adalah direktur Wang yang juga adalah senior letnan Chen yang terlibat dalam penutupan kasin yang ada di hutan Yan bertahun-tahun yang lalu. Hutan Yan, yang mana hutan itu adalah tempat Hu Lixin berkeliaran. Letnan Chen sudah memastikan bahwa ada beberapa tempat di sana yang bisa menjadi tempat kejahatan, tetapi ketika dia dan kedua juni-o-rnya pergi untuk melihat tempat itu, letnan Chen sama sekali tidak bisa menemukan apa-apa. Jadi dia memutuskan untuk bertanya pada direktur Wang yang lebih senior darinya. Melalui sambungan telepon direktur Wang berkata, "Itu benar, ada tiga bangunan menyerupai Colosseum di sana. Aku ingat sekali, di sana sangat ramai waktu itu. Tetapi karena kondisi tanahnya yang buruk, tempat itu ditutup. Aku mengawasi langsung proses penutupan tempat itu." Letnan Chen tampak tidak setuju. Dia bertanya, "Tiga? Aku rasa itu hanya dua. Apakah anda tidak salah mengingatnya?" "Tidak, tidak, bagaimana aku bisa salah mengingatnya. Dua bangunan besar itu adalah bangunan yang normal dan berdekatan, tetapi satu bangunan yang lainnya aku tidak begitu yakin. Tempat itu sering dijadikan tempat prostitusi secara sembunyi-sembunyi. Itu adalah bangunan ketiga, aku yakin ada tiga bangunan di situ. Tetapi untuk lokasinya sendiri, aku kurang mengetahui." Kata direktur Wang. Direktur Wang melanjutkan ucapannya, "Bangunan pertama dan bangunan kedua didirikan berdekatan dan bisa ditempuh dengan berjalan kaki. Tetapi untuk bangunan ketiga ini, bukan aku yang mengurus penutupannya. Itu adalah rekanku." "Jadi benar-benar ada tiga bangunan." Pikir datang Chen. Letnan Chen kemudian bertanya, "Apakah anda memiliki kontak rekan anda? Bisakah aku memintanya?" Direktur Wang terdengar menghela nafas, dia terdengar frustasi ketika dia mendengar pernyataan dari polisi yang kompeten ini. Dia kemudian berkata, "Nak, abunya telah disebar di laut timur, kau tidak perlu mencarinya lagi." Letnan Chen, "...."
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN